[ 30 DWC 2023 - NPC ]
Suatu malam; hening yang penuh racau, seorang tokoh kemala mengetuk pintu rumah puan yang lama tak disinggahinya.
:::
"Anak perempuan bukan bercahaya, sekian lama dalam keadaan jumud, akhirnya kau datang mengunjungiku. Apa gera...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • • o O o • • •
::: Short Story :::
"Spongebob Squarepants adalah mimpi buruk!"
"Siapa kau mengata-ngatai Spongebob? Justru, Masha lah yang terburuk!"
"Mana ada! Aku kasihan pada si ikan buntal yang selalu mengajari Spongebob cara mengemudi yang baik. Karena Spongebob benar-benar tidak tahu dan tidak pernah tahu caranya mengemudi dengan baik, dan benar!"
"Masih lebih baik! Kau tidak pernah mau menyadari betapa Tuan Bear terlihat ingin sekali mati agar bisa lepas dari lingkaran setan si Masha."
"Hei kalian berdua! Kupikir ada baiknya kalian melepas tontonan tidak berfaedah itu, dan beralih ke Upin-Ipin saja."
Ah, kapan konvensi itu terjadi? Saat SD? Dengan siapa aku beradu mulut kala itu? Dan siapa yang tiba-tiba datang dengan maksud menengahi, tapi malah membawa bahan debat baru yang menambah bara api di suasana yang sudah panas?
Memori itu mencuat kala diriku yang sekarang, menyaksikan sesosok manusia berumur paruh awal yang memasung tatap pada LCD sebuah iPad, dan kudapati bahwa anakku tengah menonton kartun lama yang mana tokoh utamanya adalah sebuah spons hidup berwarna kuning di bawah laut.
"Sejak kapan kamu suka nonton Spongebob?" ia mengangkat sorotnya sebentar, lalu kembali menonton seraya melontar jawab, "Lila baru menontonnya. Teman Lila ada yang menyarankan tontonan ini saat Lila menanyakan kartun-kartun lama. Ibu tahu?"
"Ya, ibu tahu," mendudukkan diri, aku ikut menonton di sampingnya, "Bagaimana pendapatmu tentang Spongebob?"
"Lila?" aku mengangguk, "Kalau menurut Lila, sih, Spongebob itu cukup unik. Sepanjang Lila menontonnya, karakter-karakter terkadang dibuat terlalu berlebihan, contohnya ya si Spongebob itu sendiri. Tapi berkebalikan dengan perilaku, kata-kata mereka justru terdengar lebih realistis."
Wah, anak-anak zaman sekarang. Sembari mengelus rambut yang merupakan darah dagingku, aku sadar bahwa mereka sudah bisa berpikir lebih maju dibanding anak-anak di masa lampau. Aku hanya mengambil contoh diri sendiri, karena sesaat kemudian, satu memori lagi mencuat dan bisa membuatku tertawa ringan sekaligus agak malu kalau mengingat-ingat lagi.
Tiga hari selepas pertengkaran itu, aku tak berbicara satu patah kata pun kepada teman yang menjadi lawan debatku, begitu pula dengannya. Di malam ketiga, aku mengalami sebuah mimpi yang mengubah obsesiku terhadap Spongebob menjadi rasa benci.
Ketika membuka mata, langit kamarku berubah biru dengan citra seperti bunga, namun kutangkap sedetik kemudian bahwa itu adalah gambaran awan yang terlihat ketika dirimu menonton Spongebob Squarepants.
Ubur-ubur pink bertotol ungu melewati sudut pandang, ketika kulihat bahwa penanda tempat berupa ban pelampung bertuliskan "Bikini Bottom" terpampang di samping tubuhku. Wali kelasku, Pak Tono, telah menjelaskan materi mengenai pernapasan pada hewan, bahwa hewan yang bisa hidup di dalam air, pada umumnya bernapas menggunakan insang. Pengetahuan selintas itu membuatku gagu seketika, lantas lega bahwa ternyata aku bisa bernapas dengan normal. Berarti aku memang benar-benar sedang bermimpi.
Tak ada yang spesial. Ketika tahu bahwa kau tengah berada di dunia kartun yang menjadi kesukaanmu, tentu saja kau akan merasa senang. Hal itu terjadi pula padaku. Bahkan bertemu dengan penduduk yang merupakan ikan sekali pun, kau tentu tak mendapatkannya setiap hari.
Tatkala asyik menyusuri kota Bikini Bottom, aku sadar telah terjadi sesuatu. Ikan-ikan itu mulai melipir tunggang-langgang, berusaha menghindari sesuatu. Sesuatu yang datang dari ujung jalan berlawanan dari arah kedatanganku. Di sana, sebuah mobil perahu melaju liar dengan kecepatan penuh. Tanpa diberi kesempatan berpikir dan bertindak, aku dilindas begitu saja. Sekelibat spons kuning dan ikan buntal merasuki sorotku, dan aku terbangun begitu saja dalam keadaan terjatuh dari tempat tidur.
Begitu saja.
Begitu saja untuk kemudian membuatku benci pada Spongebob dan kembali menjalin hubungan dengan temanku.
