[ 5 ] - Kuasa di Angkasa

26 4 1
                                    

::: Senin, 5 Juni 2023 :::

"Masuk ke website https://random-ize.com/random-website/
Lalu klik tombol 'Next Website' satu kali. Buat cerita dengan tema sesuai website yang muncul."

• • • o O o • • •

::: Short Story :::

Suara ibu mendegam-degam dari ruang dapur, menembus kisi-kisi plafon dan menyerocos masuk melalui celah pintu kamarku yang terbuka segelintir. Bersamaan dengan rentet gelontang barang bermassa ringan yang disinyalir merupakan aluminium dan suara tangis balita, aku menghitung bahwa ini kali ketiga di hari Kamis yang tertutup kapas abu, adik dan ibuku membuat perkara baru yang berasal dari kecerobohan masing-masing.

Hela napasku yang terkeras kali ini. Langkahku bergerak menjauhi sebuah ruang beraroma antariksa yang menjadi pemendam setia sosok belum tersentuh air dari malam terakhir hingga menuju siang hari ini.

"Ah, no no. Ibu sudah bilang, ibu bisa melakukannya. Jangan khawatir, nak! Masuk ke kamar, dan kembalilah belajar," seorang wanita bertampang kusut dan semrawut terlihat menopang sesosok balita yang sama rupanya, di tengah lautan susu putih, panci dan sendok tergeletak, serta kacang putih matang yang berceceran.

Pemandangan seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kami, tiga manusia di ujung gang terpencil, tiga tahun belakangan ini. Di hadapanku, ada ibu; pekerja harian lepas di sebuah pabrik bahan bangunan berbahan kayu, yang turut merangkap IRT atau Ibu Rumah Tangga berbuntut dua. Putra sulungnya, aku; pelajar menengah atas yang tengah mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi negeri. Terakhir, segumpal daging lucu yang kini berpindah topang kepadaku; si lelaki bungsu berusia tiga setengah tahun.

Masih diteman tangis sesenggukan, kutebas pelan sepah-sepah lembek kacang putih yang menempel pada kain sandangnya. Setelah itu, kemeja yang terlanjur buluk parasnya kusingkap, membiarkan hanya kaus kutang biru dan popok sebagai penutup tubuhnya, "Jatah liburku masih tersisa empat hari, Bu. Melewati satu hari rutinitas belajar takkan membuatku lupa pada materi-materi yang setengah hidup kupaksa hafal selama tiga tahun."

"Ya, tapi tetap saja, ibu bisa menitipー"

"Bu," hening suasana kucipta, tangis si bungsu telah reda, "Biarkan aku beristirahat. Jangan titip Ade ke Bi Risna. Dia bersamaku hari ini."

Begitulah konferensi dadakan kami berakhir. Citra dapur berwarna abu kusam telah berganti hijau yang memanja pandang. Bersandar pada ujung kursi di tapak rumput, kuamati lamat-lamat tubuh mungil yang berlari riang di tengah taman bermain bersama makhluk-makhluk sebayanya. Setelah dipakaikan baju yang lebih layak, aku membawa Adeーbegitu kami memanggilnyaーke taman yang tidak terlampau jauh jaraknya dari rumah kami.

Mendongak pandang kemudian, kusadari bahwa cukup lama masa terlewat dari terakhir kali aku memandang langit kelabu dengan perasaan sebebas ini.

Cukup singkat waktu berlalu, ketika sebias suara khas belum baligh merongrong gendang telinga, "Kak!"

"Hm?" ini dia makhluk mungilnya, berdiri di hadapku dengan tatapan sepolos sutra, "Udahan mainnya?"

"Anak it-cu ga cuka Ate. Ate mau main cama kakak acah!"

Aku yakin hanya padanya senyum paling tulusku dapat terbentuk, "Nggak papa. Sini, duduk di paha kakak."

"Kurci?" satu kata cukup untuk mengutarakan keheranannya.

Vivere Militare Est Donde viven las historias. Descúbrelo ahora