01 = Keadaan Aneh

2.5K 254 22
                                    

Kedua mata Chareez mengerjap pelan dan menyadari jika ia tengah berada di rumah sakit. Chareez kembali menutup kedua matanya saat sadar jika ia ternyata masih selamat. Setelah berguling tak karuan karena mobilnya yang ditabrak dari belakang di tengah derasnya hujan, Chareez tak berpikir jika ia akan selamat begitu saja.

Seharusnya mati saja, lirih Chareez dalam hatinya.

"Jika kau sudah bangun, tidak perlu berpura-pura tidur lagi."

Chareez seketika membuka kedua matanya dan menoleh ke samping. Ia hampir saja terjungkal saat menemukan sosok Arkein di sana. Kedua matanya tentu saja bergetar karena takut. Chareez masih ingat dengan jelas bagaimana Arkein berdiri di dekat mobilnya saat kecelakaan itu terjadi.

"Kau benar-benar merepotkan sekali," gerutu Arkein datar yang mengernyit saat melihat Chareez memundurkan tubuh seolah berusaha menjauhinya. Setelahnya, Arkein memencet tombol di samping ranjang untuk memanggil dokter.

"Apa ada bagian tubuh Anda yang terasa sangat sakit, Nyonya?"

Kepala Chareez menggeleng menjawab pertanyaan dari sang dokter. "Semuanya baik-baik saja."

"Tentu semuanya baik-baik saja. Kau dirawat di rumah sakit terbaik. Merepotkan saja."

Chareez memilih tidak menanggapi kalimat sarkas Arkein. Sudah terlalu biasa baginya. Jadi Chareez tak mau mengambil pusing.

Sedangkan dokter dan suster yang memeriksa keadaan Chareez cukup terkejut mendengar kalimat dari pria yang mereka tahu adalah suami si pasien. "Baiklah. Besok kita akan melakukan observasi lebih lanjut, jika memang benar-benar sudah tidak ada masalah, dua atau tiga hari lagi Anda sudah boleh pulang."

"Dia sudah bilang jika baik-baik saja. Kenapa tidak bisa langsung pulang saja?" ketus Arkein.

"Iya, aku sudah merasa sangat baik-baik saja, Dokter." Chareez menambahkan. Tak ingin membuat Arkein semakin kesal.

"Istri Anda baru sadar setelah empat hari dalam keadaan kritis, Tuan. Kami tetap harus melakukan observasi pada keadaannya untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Saya mohon kerjasama Anda sebagai wali dari pasien." Dokter menjelaskan dengan nada tenang—walau sedikit menyembunyikan rasa tak nyaman melihat tatapan tajam dari pria di depannya.

"Arkein—"

"Ck! Merepotkan! Terserah kalian saja!" Arkein memilih meninggalkan ruangan itu dengan wajah kesalnya.

Sedangkan Chareez hanya mampu mengulas senyum meminta maaf pada dokter dan suster yang berada di dekatnya.

Sang dokter tetap membalas dengan senyum profesionalnya. "Jika merasa tidak nyaman pada bagian tubuh tertentu, mohon segera beritahu kami ya, Nyonya. Saya pamit dulu."

Kepala Chareez mengangguk, lalu berujar terima kasih. Setelahnya, Chareez kembali menatap langit kamar ruang rawatnya. Bayangan tentang kecelakaan malam itu kembali memenuhi kepalanya. Chareez tak akan pernah lupa bagaimana rasa takut dan terkejutnya saat mobilnya tiba-tiba ditabrak dari belakang, lalu kehilangan keseimbangan dan berakhir berguling-guling di jalanan yang licin karena sedang hujan deras. Tubuhnya terasa sangat sakit malam itu. Chareez bahkan tak mampu bergerak sedikit pun untuk keluar menyelamatkan diri. Jadi, ketika dalam posisi tubuh yang terbalik, melihat samar-samar sepasang sepatu yang amat dikenalnya, Chareez merasa semakin dilanda kesakitan, tapi juga kebingungan di saat yang bersamaan.

"Seharusnya tadi kau menabrak lebih kencang lagi. Jika begini, kita akan kerepotan! Dasar bodoh!!"

Chareez tahu jika itu adalah suara Arkein. Samar-samar pula Chareez mendengar balasan ketakutan dari Jimmy—asisten Arkein, yang sedang berusaha mengeluarkannya dari dalam mobil.

The Truth Untold [Completed] ✔️Where stories live. Discover now