11 = Mencari Tahu

846 139 8
                                    

Sudah lima hari ibunya dirawat di rumah sakit. Selama itu juga Chareez bolak-balik ke rumah sakit dan malam harinya akan menginap menemani sang ibu di sana. Arkein juga tak pernah absen menemaninya menginap di rumah sakit. Seringkali Chareez meminta Arkein pulang secara halus karena tak ingin merepotkan pria itu. Tetapi yang Chareez dapatkan justru delikan sebal yang seketika membuatnya terdiam. Sekalipun begitu, Chareez tetap berterima kasih atas semua bantuan yang Arkein berikan padanya. Belum lagi sikap Arkein yang perhatian pada ibunya, membuat Chareez merasa memiliki hutang pada pria itu.

Chareez tidak menyangka jika Arkein yang sering bersikap tidak terlalu ramah padanya, justru bisa bersikap sedikit lembut pada ibunya. Padahal jika diingat-ingat lagi, sejak awal pernikahan mereka, Arkein bahkan tidak peduli di mana ibunya tinggal. Terbukti jika pria itu tidak pernah datang ke rumah kontrakannya hanya untuk sekadar basa-basi menemui ibunya. Tetapi tentu Chareez tak menyalahkan sikap Arkein yang satu itu, karena ia sadar bagaimana bentuk pernikahan mereka sebenarnya.

"Ada yang ingin kau bicarakan padaku?" Arkein akhirnya bertanya setelah melihat gerak-gerik Chareez yang gelisah sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit. Hari ini ibu mertuanya diijinkan untuk pulang dengan catatan seminggu lagi harus melakukan pemeriksaan darah agar bisa memulai kemoterapi. Arkein bahkan sengaja memundurkan jadwal pertemuannya untuk menemani Chareez menjemput ibu mertuanya, karena Chareez sudah ijin pulang lebih awal dari kantor.

Sebelum menjawab pertanyaan Arkein, Chareez menoleh kecil ke arah kamar ibunya yang sudah tertutup rapat. Chareez baru saja selesai mengantarkan ibunya ke kamar dan meminta Lyli menemani ibunya di sana. "Aku... ingin meminta ijin untuk tinggal di sini selama pengobatan ibu masih berjalan," cicitnya penuh permohonan. "Perasaanku tidak akan tenang jika tidak menemani ibu yang masih dalam pengobatan. Setidaknya, sampai jadwal kemo terakhirnya. Kumohon."

"Ya, tentu saja. Tinggallah di sini dulu. Aku mengerti kau tidak mungkin meninggalkan ibu yang masih dalam pengobatan."

Kedua mata Chareez seketika membelalak saat mendengar jawaban tanpa jeda dari Arkein. Chareez sama sekali tidak menyangka jika Arkein akan memberikan ijin dengan sangat cepat. "Terima kasih! Terima kasih, Arkein." Suara Chareez bahkan bergetar saat mengucapkan terima kasih pada pria itu.

Lagi-lagi Arkein mencebik malas dengan sikap Chareez yang selalu memberi respon berlebihan. "Aku bahkan sejak awal mengijinkanmu langsung memanggil nama depanku, tapi kenapa kau selalu bersikap seolah bawahanku?" cibirnya.

Chareez memilih tidak membalas. Ia justru hanya memberi cengiran lebar menandakan bahwa sekarang perasaannya sangat senang sekali.

Untuk beberapa saat Arkein tertegun menyadari cengiran polos itu menampilkan lesung pipi di wajah kecil Chareez. Sesuatu yang baru disadarinya, dan cukup membuatnya terlihat bodoh karena seperti baru pertama kali menemukan seseorang yang memiliki lesung pipi.

"Aku tahu tidak akan bisa membalas kebaikanmu padaku dan ibu. Tapi..."

Arkein seketika mengerjap cepat saat tiba-tiba Chareez bangkit berdiri dan membungkukkan setengah badan tepat di hadapannya. Chareez bahkan menyatukan dua telapak tangan wanita itu di atas perut—seolah-olah menunjukkan rasa hormat yang besar.

"...terima kasih, Arkein. Aku berjanji akan berusaha melakukan tugasku dengan baik."

Sekali lagi, Arkein mengejap lamat-lamat. Detik selanjutnya, Arkein berdecak keras saat mengulang kalimat Chareez dalam kepalanya. Apa Chareez berpikir jika ia mengharapkan imbalan saat memberi bantuan untuk wanita itu? Sial. "Maksudmu tugas yang mana? Melayaniku di atas ranjang?" sinisnya. Tetapi Arkein justru dibuat tak habis pikir karena sama sekali tidak menemukan raut tersinggung dari Chareez.

"Semuanya. Aku berjanji akan melakukan yang terbaik."

Bukannya merasa senang, Arkein justru mendelik tidak terima. "Sudahlah. Aku mau kembali ke kantor," ujarnya mengibaskan sebelah tangan di udara. "Nanti aku akan meminta Jimmy menjemputmu untuk mengambil barang-barangmu di apartemen."

The Truth Untold [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang