12 = Perkara Uang

889 132 8
                                    

Tidak perlu waktu lama, Arkein sudah mendapatkan informasi tentang Chareez seperti yang diinginkannya.

"Apa yang membuat Anda tiba-tiba mencari tahu informasi pribadi tentang Chareez, Tuan?" Jimmy tentu sedikit kebingungan saat kemarin pagi, atasannya itu tiba-tiba memintanya mencaritahu tentang Chareez. Padahal sejak memutuskan menikahi Chareez pun, atasannya itu tidak memerlukan informasi apa pun tentang Chareez selain bukti bahwa wanita itu adalah sosok yang harus bertanggung jawab atas kematian sang kekasih.

"Apa aku harus menjelaskan alasanku mencari tahu informasi pribadi istriku sendiri?"

Seketika itu juga Jimmy langsung membungkam bibirnya.

Arkein perlahan menyandarkan punggung di kursi kerjanya sambil menatap Jimmy dengan kedua mata memicing. "Kau yakin tidak menyukai istriku, Jimmy?"

"Tentu saja tidak, Tuan!" Jimmy membantah dengan nada yang tanpa sadar sudah mengeras. "Bagaimana mungkin saya menyukai Chareez—"

"Nyonya, Jimmy. Nyonya. Biasakan mulai memanggilnya dengan sebutan itu, karena dia istriku," decak Arkein.

Jimmy memilih mengiyakan saja. Padahal seingatnya, Arkein-lah yang memintanya untuk tidak memanggil Chareez dengan sebutan nyonya.

Arkein masih mendelik kecil, lalu tatapannya perlahan beralih pada lembaran kertas di tangannya. Seluruh informasi pribadi Chareez ada di sana. Arkein bisa mengetahui tanggal lahir Chareez bahkan tempat sekolah wanita itu dulu sampai kantor wanita itu sekarang.

David Bradley ternyata memang sungguhan pilih kasih. Terbukti jika semua tempat Chareez menimba ilmu sungguh jauh berbeda dari yang diperuntukkan bagi Hanna—saudara tiri Chareez.

"Chareez bekerja paruh waktu sejak SMP?" gumam Arkein saat menemukan informasi beberapa tempat Chareez bekerja sepulang sekolah.

Kepala Jimmy mengangguk kecil. "David Bradley hanya membiayai sekolah Cha—maksud saya, Nyonya Chareez, Tuan. Selebihnya, nyonya membiayai keperluan lainnya dengan bekerja paruh waktu."

Tanpa sadar, rahang Arkein berkedut tak terima. Tetapi detik selanjutnya, raut kaku itu melonggar perlahan saat menemukan jika Chareez adalah penerima beasiswa di salah satu universitas terbaik di negara mereka. Arkein seperti merasa ada sudut hatinya yang bangga pada pencapaian itu—karena terbukti, Chareez sekarang akhirnya diterima bekerja di bank swasta terbesar.

"Tuan, apa Anda sedang tersenyum?"

Seketika itu juga Arkein berdeham kecil dan kembali membaca beberapa informasi tentang Chareez—yang sungguh baru diketahuinya. "Dia membuka jasa untuk pesanan sarapan dan makan siang di kantor?" Arkein bergumam heran.

"Nyonya juga bekerja lepas sebagai proofreader dan kadang juga menerima beberapa pesanan dalam membuat desain sebuah web," tambah Jimmy.

Arkein terpekur di tempat duduknya saat membaca beberapa pekerjaan yang dikerjakan oleh Chareez selain sebagai pegawai bank swasta.

"Tapi sekarang nyonya tidak lagi membuka jasa menjual sarapan dan makan siang, Tuan. Dari informasi yang saya dapatkan, justru nyonya sekarang sedang membuka usaha menjual rajutan buatannya sendiri—entah itu pakaian maupun tas." Jimmy kembali menjelaskan, karena melihat atasannya itu masih diam saja.

"Semua ini—untuk apa dia masih mengerjakan begitu banyak pekerjaan?" Arkein berujar lirih tanpa sadar.

Tentu saja untuk mencari uang tambahan. Aku kan, juga ingin bisa punya banyak uang.

Tiba-tiba saja Arkein menegakkan tubuh dan menatap Jimmy dengan raut wajah penuh keseriusan. "Aku ingin kau mencaritahu mutasi rekening Chareez, Jimmy."

The Truth Untold [Completed] ✔️Where stories live. Discover now