09 = Menunda Perpisahan

906 142 5
                                    

Sejak malam di mana tiba-tiba Arkein meminta dibuatkan mie instan dan juga ternyata menyembunyikan ponselnya, Chareez tak lagi melihat pria itu berada di apartemen. Bukannya sengaja mencari-cari, tapi Chareez memang tidak menemukan adanya pergerakan apa pun di apartemen selain dirinya sendiri. Hal itu jujur saja membuat Chareez merasa cukup tenang selama seminggu terakhir. Sekalipun malam itu Arkein terlihat lebih bersemangat, Chareez tetap tidak bisa seketika menghapus jarak yang sudah membentang di antara mereka. Biar bagaimana pun, Arkein seperti seorang atasan bagi Chareez.

Sudah seminggu ini juga Arkein tidak meminta Chareez menemani pria itu di atas tempat tidur. Hal itu tentu cukup membawa keuntungan bagi Chareez, karena ia akhirnya bisa menyelesaikan tiga rajutan—termasuk untuknya yang dibuat kembar dengan Cheryl. Satu rajutan lainnya dibuat Chareez untuk seorang rekan kantornya lain yang langsung memesan setelah melihatnya memakai rajutan buatannya.

Sejak dua hari yang lalu juga, sudah ada tiga pesanan lagi dari rekan kantornya. Chareez juga berniat mulai membuka usaha rajutan melalui akun media sosialnya dengan sistem pre order. Dengan keadaannya sekarang, Chareez harus mulai belajar melakukan usaha yang lain—tanpa memerlukan indera perasa. Seperti katanya, merajut adalah pilihan terbaik. Chareez bahkan sudah mulai mengatur ulang jadwal kesehariannya. Setiap pagi Chareez akan bangun pukul lima pagi dan menyicil pekerjaannya sebagai proofreader dan beberapa pesanan pembuatan desain sebuah web. Malam harinya, setelah pulang kerja, Chareez akan melanjutkan rajutan yang dipesan padanya. Setidaknya, Chareez merasa harinya sudah dipenuhi dengan kegiatan bermanfaat yang menghasilkan uang.

Ketika Chareez sedang sibuk dengan kegiatan merajutnya, ponselnya tiba-tiba berbunyi dan membuatnya seketika langsung menjawab panggilan tersebut karena berasal dari perawat Lyli yang selama ini mengurus ibunya. "Halo?" sapanya dengan nada sedikit khawatir. Tubuh Chareez menegang saat perawat Lyli mengatakan jika ibunya terjatuh di kamar mandi. Tanpa mempedulikan apa pun, Chareez segera mengambil cardigan dan kunci mobilnya untuk pergi ke rumah sakit yang diinfokan oleh perawat Lyli.

Tanpa sengaja, Chareez justru berpapasan dengan Arkein saat ia baru saja keluar dari pintu apartemen.

"Mau ke mana malam-malam begini?"

"Maaf, Arkein, aku harus ke rumah sakit sekarang." Chareez menjawab terburu-buru, lalu kembali melanjutkan langkah—yang kali ini justru ditahan Arkein dengan memegang tangannya. Hampir saja Chareez berdecak kesal pada Arkein, tapi segera ia urungkan karena ingat jika pria itu adalah sumber uangnya sekarang.

"Siapa yang sakit?"

"Ibuku," jawab Chareez cepat. "Arkein, maaf. Aku sedang sangat terburu-buru." Chareez melepaskan tangan Arkein dan kembali melangkah lebar menuju lift. Tetapi ternyata, Arkein justru mengikuti langkah Chareez dan tiba-tiba saja pria itu sudah berada di sampingnya.

"Biar aku yang mengantarmu."

"Ti-tidak perlu—"

"Aku akan menemanimu. Sudah, sebaiknya kau diam saja," tegas Arkein sambil menatap Chareez dengan raut serius dan mengambil kunci mobilnya.

Pada akhirnya, Chareez membiarkan Arkein menyetir mobilnya yang sudah tua itu. Beberapa kali Chareez melihat Arkein menghembuskan napas keras di balik kemudi. "Seharusnya tadi kita memakai mobilku saja," keluh Arkein—yang sama sekali tak diberi tanggapan oleh Chareez.

Memangnya Chareez bisa memberi tanggapan apa? Chareez pun sama sekali tak berpikir jika Arkein akan mengendarai mobil tuanya—yang tentu saja tak terlalu mampu dibawa dalam keadaan buru-buru. Chareez juga sedikit mengutuki diri karena keteledorannya soal yang satu ini. Padahal jelas jika Chareez sedang ingin buru-buru, tapi tidak terpikir sama sekali mengambil pilihan selain mengendarai mobil tuanya.

The Truth Untold [Completed] ✔️Where stories live. Discover now