08 = Mendapatkan Keputusan

885 173 17
                                    

Arkein menatap dua orang di hadapannya dengan datar. Sekembalinya dari pertemuan di luar kantor tadi, Arkein cukup dikejutkan dengan kehadiran kedua orangtuanya di dalam ruang kerjanya. Tetapi meskipun begitu, Arkein tetap memasang wajah datar membalas tatapan tajam kedua orangtuanya.

"Hal apa yang membawa kalian repot-repot datang kemari?"

"Jangan lupa jika perusahaan ini masih milikku, Arkein. Berhenti berlagak sombong di depan orangtuamu sendiri!" Robin membentak Arkein dengan keras.

"Lebih dari setengah saham dari perusahaan ini adalah milikku, kuingatkan jika kalian lupa. Kakek menyerahkan kepimimpinan perusahaan ini padaku, bukan padamu, Ayah. Jika aku mau, aku bahkan bisa merumahkanmu dari anak perusahaan yang kakek ijinkan untuk kau kelola."

"Anak kurang ajar!"

"Robin, hentikan." Mady menahan tangan sang suami yang ingin menampar Arkein. Setelahnya, Mady menatap Arkein dengan tatapan geram yang berusaha diredam hebat. "Ada hal penting yang harus kita bicarakan dengan kepala dingin, Arkein."

Sebelah alis Arkein menukik samar. "Kurasa kalianlah yang datang dengan emosi di sini. Aku bahkan sama sekali tidak mengerti apa pun."

"Kau benar-benar..!"

Arkein menahan seringai puas saat lagi-lagi berhasil membuat sang ayah emosi. "Katakan saja apa tujuan kalian datang, Bu. Karena jujur saja, aku masih ada pertemuan penting sebentar lagi."

Mady menghela napas menahan kesal, sedangkan Robin terlihat seperti sudah ingin menelan putranya hidup-hidup.

"Ibu mendengar kau membeli sebuah mansion untuk wanita sial itu. Apa kau sudah gila?!"

Arkein sedikit terkejut karena orangtuanya ternyata mengetahui tentang mansion yang memang baru resmi dibelinya kemarin. "Memangnya apa yang salah? Aku membelinya dengan uang pribadiku."

"Tidak peduli kau membelinya dengan uang pribadimu atau tidak, tapi tidak seharusnya kau mengeluarkan uang sebanyak itu untuk wanita yang berasal hubungan haram. Benar-benar membuat malu!" sambar Robin keras.

"Tidak peduli darimana Chareez berasal, kalian tidak bisa menyangkal jika sekarang dia adalah istriku sekarang. Aku sama sekali tidak peduli jika kalian tidak bisa menerimanya dan bahkan merasa malu dengan keberadaannya di sisiku. Terima saja semua rasa malu itu."

"Kau benar-benar sudah gila!" Mady berseru kencang. "Begini caramu membalas kami hanya karena kami tak bisa menerima wanita miskin itu?! Dia bahkan sudah mati, Arkein!"

Arkein mengepalkan kedua tangan dengan raut wajahnya yang sudah mengeras sempurna. "Berteriaklah sesukamu, Bu. Semakin kalian bertindak seperti orang tak berpendidikan hanya karena wanita yang kujadikan istri, itu semakin membuatku bahagia."

"Arkein!!"

"Jangan membuatku semakin muak," sergah Arkein dingin menatap kedua orangtuanya. "Aku bisa saja melupakan kenyataan jika kalian adalah kedua orangtuaku. Tapi jika aku melakukannya, percayalah kalian tidak akan suka. Karena aku bisa membuat kalian terlempar ke jalanan dan berakhir hidup seperti orang-orang yang selama ini kalian hina."

Robin dan Mady seketika terdiam. Mereka tentu sadar jika Arkein tak pernah main-main dengan ancamannya. Bahkan ketika pertengkaran mereka setahun yang lalu, saat keduanya mengetahui jika Arkein sedang berhubungan dengan salah satu wanita—yang berasal dari panti asuhan, Arkein tidak pernah mengeluarkan nada dingin seperti sekarang. Hubungan mereka sebagai orangtua dan anak memang tidak terlalu dekat sejak Arkein dipaksa belajar keras untuk meneruskan perusahaan keluarga, dan semakin memburuk ketika mereka tidak menyetujui wanita pilihan Arkein yang bagi mereka sangat tidak sepadan.

The Truth Untold [Completed] ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt