[Chapter 1] Cowok dan Coach

270 137 195
                                    

"Kamu adalah ketidakmungkinan yang tak bisa kulepaskan"

Hari baru, lingkungan baru, dan versi diri yang telah ia perbarui

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari baru, lingkungan baru, dan versi diri yang telah ia perbarui.

Berryl merasa bahwa itu adalah hari Senin yang aneh. Udara terasa berbeda di hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah itu. Suasana ricuh itu membuat Berryl tersenyum dan entah kenapa meskipun Berryl tersenyum, hati Berryl merasakan suatu ketidaknyamanan—yang sepertinya mengarah pada hal baik.

Semuanya sibuk dengan teman lama mereka yang berasal dari SMP yang sama dengan mereka sehingga Berryl tak memiliki kesempatan untuk bertanya pada siapapun. Ia rasa hanya ia yang tak memiliki teman dari sekolahnya terdahulu.

"Duh ... Kelasnya dimana ya-" Saat melihat kerumunan di lobby sekolah, Berryl memiliki feeling bahwa disanalah papan informasi berada.

'Kelas Diponegoro: Cathalhea Berryl Abinaya'

Berryl mengeriyit, berjinjit dan bersusah payah untuk membaca tulisan pada papan pengumuman itu dengan mata yang ia rasa sudah mencapai minus 3 serta badan yang tidak sampai 1,5 meter tingginya.

"Para peserta MPLS dimohon segera masuk ke kelasnya masing-masing melalui lorong Utara dengan arahan papan yang dibawa PJ kelas masing-masing!"

Berryl langsung terkesiap dan tanpa pikir panjang ia segera berlari kearah kerumunan peserta yang sibuk mencari kelas mereka masing-masing. Berryl sampai harus berjinjit untuk mencari dimanakah pengurus OSIS atau panitia yang membawa papan nama kelas Diponegoro.

"Sudah saya bilang, kamu tidak perlu ikut demo ekstra basket!"

Seolah bisa merasakan radar suatu keributan di manapun dan kapanpun, Berryl langsung berhenti didepan ruang guru itu dengan sedikit rasa penasaran yang ia punya saat ia mendengar suara pria tua yang mengomel.

"Kalian itu atlet basket sekolah kita, sebentar lagi ikut DBL, tidak usah repot-repot ikut demo ekstra," pria itu melepaskan jaket olahraganya lalu menepuk punggung seorang murid pria yang duduk didepannya. "Kalau kalian cedera, kita semua yang susah."

"Terutama kamu, Oka. Kamu rising star SMA Bina Nusantara. Kalau kamu kenapa-kenapa, mau ditaruh dimana nama sekolah kita?"

Berryl mengintip dibalik pintu saat pria tua itu mengomeli tiga pemuda yang berdiri didepan mejanya. Sepertinya itu adalah guru olahraga yang sedang mengomel—terutama pada pemuda dengan nomor punggung '02' dan nama lapangan 'Raioka' itu.

Namun, ia tak sendiri. Ada dua pemuda lain yang bersamanya dan masing-masing dari mereka memiliki nomor punggung '07' dengan nama 'Lix' serta nomor punggung '05' dengan nama 'Damai'.

"Tapi saya wajah Bimantara, Pak. Gimana club basket SMANATARA mau terlihat profesional pada kesan pertama murid baru kalau kaptennya saja tidak menghadiri demo ekstrakurikuler, Pak?" bantah si '02' itu dengan yakin dan tegas.

That's OkA!Where stories live. Discover now