[Chapter 2] Muka Kamu Tuh!

216 135 143
                                    

Jam pada ponsel Berryl menunjukkan pukul 15

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam pada ponsel Berryl menunjukkan pukul 15.00 dan Berryl baru saja pulang dari kegiatan MPLS hari pertamanya.

Sekolah memiliki gerbang depan dan gerbang belakang. Namun, Berryl memilih lewat gerbang belakang karena kos Berryl lebih dekat dengan gerbang belakang-tanpa mengetahui jika warung disekitar lingkungan kosnya itu kerap dijadikan tempat nongkrong anak-anak SMANATARA.

Biasanya warung itu sangat sepi dan hanya dikunjungi bocah-bocah yang sekedar membeli permen yang stick-nya dapat menyala saat gelap. Namun, kini jajaran warung itu berisi penuh dengan anak-anak SMA yang sekedar bersenda gurau ataupun melakukan hal-hal yang dilakukan remaja pada 'umumnya'.

"Mau pura-pura nelpon, tapi gue belum punya temen disini ... Sialan," umpat batin Berryl saat jajaran anak SMA itu terus menatapnya seolah Berryl ialah maling sandal masjid.

Meskipun hanya beberapa yang melakukan cat calling, tapi tetap saja mental Berryl sedikit diuji sekarang.

"Eh! Si kasuari itu!"

Berryl langsung merasakan gelombang kejut. Tubuhnya menegang seolah habis tertangkap basah melakukan tindakan kriminal.

Hanya ada 3 golongan yang tahu tentang jokes Kasuari Berryl itu: PJ kelas Diponegoro, teman-teman Berryl dikelas Diponegoro, dan 3 pemuda basket tengil itu.

"Mau kemana Lo?"

Dan benar saja. Masih mengenakan seragam basket yang sama, itu adalah pemuda basket yang menanyai Berryl tentang transportasi apa yang Berryl gunakan untuk ke sekolah.

"Mau pulang, Kak ..."

"Biar enak, sok atuh kenalin, gue Adipati Damai Damaram, biasa dipanggil Damai," kata pemuda itu sambil menyodorkan tangannya pada Berryl.

Berryl menatap bet kelas yang ada di lengan anak-anak SMA yang ada disini. Dan benar saja, dari sudut matanya, Berryl mendapati anak-anak SMANATARA yang ada disini kebanyakan berasal dari kelas sebelas dan duabelas. Dari pertimbangan itulah Berryl takut disangka adik kelas yang kegenitan sehingga ia tak membalas uluran tangan Damai. Mata Damai yang tajam dan berapi-api malah membuat Berryl semakin tertekan.

Ia menatap cowok dengan rambut belah tengah dan satu kancing seragam yang dibuka serta tak lupa dengan kemeja seragamnya yang dikeluarkan itu-dengan berbagai keraguan Berryl karena terlalu lama membiarkan tangan Damai menggantung didepannya-meskipun akhirnya Berryl hanya menunduk dengan ramah.

"Berryl kak."

"Ah ..."

Damai langsung mengepalkan tangannya dan berpura-pura memukul-mukul pahanya seolah pahanya sedang pegal-sementara teman-temannya mulai menertawai Damai dan hal itu membuat Berryl merasa tidak enak sekaligus tak nyaman berada diantara kerumunan kakak kelas cowoknya itu.

"Saya permisi ya kak-"

"Wait! At least kasih tahu gue, Lo dari kelas mana?"

"Saya kan baru MPLS kak ..."

That's OkA!Where stories live. Discover now