Oka baru saja memarkirkan motor Cafe Racer-nya itu di garasi rumah yang berada di samping rumahnya.
Rumah besar dengan konsep Mediteranian itu terlihat begitu kokoh namun juga seolah rapuh dari dalam karena suasana yang begitu sepi mengarah pada sendu.
"Aku pulang ..." ujar Oka seraya masuk dari pintu samping rumahnya yang langsung mengarah ke ruang keluarga.
Didalam ruang keluarga yang dipenuhi barang-barang antik itu, ada sesosok pria yang duduk di meja makan dan ber-snelli atau yang kita ketahui sebagai jas dokter—sedang melakukan zoom meeting dari laptopnya dan menjelaskan sesuatu mengenai kesehatan jantung. Pada jas tersebut masih lengkap dengan nametag betuliskan 'Dr. Iwan B. Sp. JP'.
Sementara itu di sudut ruangan lainnya—tepatnya di meja depan televisi—ada seorang wanita berambut pendek dengan dress selutut yang sedang membaca sesuatu di ponselnya.
"Ma, Papa ada seminar lagi?" tanya Oka sambil menghampiri Sang Ibu dan mencium tangannya.
"Iya itu ..."
Oka mengangguk lalu berjalan kearah anak tangga menuju lantai dua yang berada tak jauh dari tempat ayahnya.
"Dek!"
Oka langsung berbalik saat ayahnya berbisik memanggilnya sambil mengisyaratkan tangannya dari bawah agar tak terlihat dari kamera bahwa ayah Oka sedang memanggil Oka.
"What?"
"Kopi ..."
Oka mengeriyit bingung saat ayahnya berbisik. "Me?"
"Iya kamu pesenin online aja ... Kopi mama nggak enak ..."
Seketika Oka langsung melotot dan mengisyaratkan bahwa ia akan segera mengadu pada Ibunya perihal kopi buatan ibunya itu. Namun, ayah Oka dengan segera langsung menggeleng dan mengepalkan tangannya kearah Oka sebagai isyarat bahwa Oka tak boleh memberitahukan pada ibunya soal ini.
"Iya iya ..."
"Jangan sampai ketahuan."
"Iyaa ..."
Sambil membuka aplikasi pemesanan makanan online, Oka berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan begitu hati-hati agar tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Kamar berkonsep nokturnal dengan kursi gaming berwarna hitam di sudut ruangan dan PC 8Pack OrionX yang senada dengan warna lampu LED di kamarnya—membuatnya langsung melemparkan tasnya di ranjang dan berbaring sembari meletakkan tangannya diatas kepala.
Pintu kamar Oka itu berderit secara tiba-tiba saat seseorang mencoba membuka pintu itu dengan memutar kenop pintunya. Karena pintu itu tak kunjung terbuka, terdengarlah suara 'tok tok tok' dengan tempo cepat seolah pengetuk itu begitu terburu-buru.
DU LÄSER
That's OkA!
Tonårsromaner[Jangan lupa follow dulu sebelum membaca] _____ "Ini diluar kendaliku, aku hanya bisa menunggu dan melepaskan mu." "Pada ahirnya semua yang kita lalui hanya dikenang sebagai suatu situasi yang pernah kita alami." Seandainya Berryl tidak datang ke hi...