[Chapter 6] Bimantara dan Oka

182 127 145
                                    

"Sambutlah! SMA Bina Nusantara Basket club, Bimantara!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sambutlah! SMA Bina Nusantara Basket club, Bimantara!"

Hari ini, upacara terpotong karena Bimantara baru saja datang dari seleksi olimpiade Basket Nasional dan membawa kabar gembira itu tentunya. Setidaknya harus ada yang berterimakasih atas sumbangsih pemotongan waktu upacara ini.

Sorak sorai memenuhi lapangan sekolah itu hingga banyak yang menghampiri segerombolan pemuda yang pulang membawa golden ticket yang mengantar mereka ke babak semifinal itu.

Sang pembawa golden ticket yang sengaja mereka pamerkan—masih dengan tubuhnya yang berkeringat—diangkat dan diterbangkan keatas layaknya memantul diatas trampolin.

Sementara itu, Berryl bersama dengan dengan teman sebangkunya, Rebin Agista, atau yang kerap disapa Agi, sedang menyaksikan kericuhan pendukung Bimantara yang sibuk meluapkan suka cita mereka dikala kebingungan Berryl.

Sepertinya baru dua hari lalu Berryl pergi makan bersama Oka ... Apakah Berryl belum layak diceritakan hal sesederhana 'gue ada turnamen besok'?.

"Pakketu Bimantara Sabi nih!" ujar salah seorang pemuda dengan logat Timur khasnya.

"Mario Mario, mana bisa gue nandingin Bang Farrel," jawab sang pembawa golden ticket yang baru saja diturunkan setelah dilambungkan keatas oleh teman-temannya, Marco Raioka Aarav.

"Ae ... Kapten dulu itu, paling sudah lupa dia sama SMANATARA."

"Kita sambut! Mario Edagawa dan Davinsena Palska Wiguna!" ujar Pak John selaku MC pada acara penyambutan ini.

"Nama Oka tidak disebutkan?" batin Berryl.

Pemuda berambut agak keriting dengan kulit gelap dan logat khas timur yang kerap dipanggil Mario itu berlari kecil meninggalkan Oka lalu seolah menembaki penonton dengan tangannya yang dibentuk menyerupai pistol. "Pechiew! Sa tembak bola ke ring saja bisa, apalagi tembak Nona pu hati!"

Salah seorang pemuda lainnya datang sembari memasang wajah kesal karena terheran-heran dengan kelakuan Mario.

"Cukardeleng ..."

"Ee Davin itu sa pu kata-kata andalan!" ujar Mario tak terima.

"Lo gaya elit penggemar sulit. Liat gue dan pelajari," kata Davin sembari membuka ponselnya dan menunjukkan akun instagramnya yang kebanyakan diikuti oleh cewek-cewek yang cantik.

Pemuda berdarah Tionghoa Surabaya itu mendecih saat Mario membentuk tangannya mengikuti cara bicara Davin untuk mengejeknya.

"Lalu ada Poco Balehian dan Abby Padya Tanoegenidra!" ujar Pak John lagi.

Lalu datang dua pemuda, yang satu bereskpresi mengesalkan dan tengil sembari meggandeng tangan temannya, sementara yang digandeng menampilkan ekspresi datar terkesan kesal.

That's OkA!Where stories live. Discover now