part 7

800 97 11
                                    

Pagi ini Kiara harus datang ke perusahaan penerbitan, yang akan membantunya dalam menerbitkan salah satu novelnya.

Dengan pemakaian rapi dan formal, Kiara kini berjalan menuju meja makan dimana Papanya itu telah menunggu.

"Tumben rapi, mau kemana?." Papanya Kiara bertanya karena tidak biasanya dia melihat putrinya yang berpenampilan rapi di pagi hari.

"Iya Pa, meeting sama penerbit." Jawab Kiara. Karena pagi ini tidak ada nasi yang tersaji di depan. Maka Kiara berinisiatif untuk mengoleskan selai pada roti dan menyajikannya untuk Papa sekaligus.

"Masih lanjut jadi penulis kamu? Papa kira udah gak lanjut."

"Lanjut dong Pa, mana mungkin aku berhenti. Ini hobi aku, aku suka jalaninnya." Kiara menjawab dengan sewot.

"Biasa aja jawabnya. Papa cuma nanya karena akhir-akhir ini jarang liat kamu didepan laptop lagi."

"Iya Papa jarang lihat, orang aku kerjanya pas siang. Papa sibuk di kantor."

"Pulang jam berapa nanti?"

"Gak tau. Tapi kayaknya siang sih. Kenapa emang?"

"Sekalian mampir ke kantor Dirga kamu. Bawain makan siang."

"Dirga kan udah besar, Pa. Bisa lah ngurus dirinya sendiri."

"Kamu jangan terlalu cuek sama Dirga. Sesekali kamu perhatiin dia kan gak masalah, lagi pula selama ini kamu belum pernah datang ke kantornya kan."

"Tapi kan aku sibuk Pa, aku..."

"Jangan cari alasan terus untuk menghindar. Nanti siang bawain Dirga makanan, Papa gak mau dibantah." Jika Papanya sudah mengeluarkan nada seperti itu, mana berani Kiara untuk membantahnya.

"Cepat atau lambat, kamu dan Dirga akan menikah." Ucap Papanya melanjutkan. Kiara yang tengah mengunyah roti di mulutnya, langsung menelannya bulat-bulat.

Dia menatap serius ke arah Papanya.

"Pa, perjanjian kita diawal gak kayak ini."

"Iya, asal kamu nurut sama Papa. Tapi kenyataannya apa? Kamu masih sering ketemu sama laki-laki itu kan?"

Mata Kiara membola, dari mana Papanya tau? Atau jangan-jangan Dirga yang memberitahu Papanya?

"Dirga yang kasih tau Papa?"

"Gak penting Papa tau dari mana, yang jelas kamu sudah melanggar janji."

"Pa, aku sama dia udah benar-benar gak ada hubungan lagi. Kita cuma teman aja Pa, wajar dong kalau ketemu cuma buat main."

Papa Kiara berdiri dan pamit untuk berangkat kerja. Tapi sebelum itu, dia memeringati anaknya kembali.

"Buang jauh-jauh perasaan kamu untuk laki-laki itu, karena sampai kapanpun Papa gak akan pernah restuin kalian."

"Pa, Papa kenapa jahat banget sih." Teriak Kiara saat Papanya telah berlalu dari meja makan.

Mood Kiara yang lagi bagus pagi ini, tiba-tiba saja anjlok seketika. Kiara benci dengan situasi ini, tapi dia juga tidak bisa berkutik.

"Dirga sialan." Kiara menuruti Dirga yang sebenernya tidak tau apa-apa itu dengan berbagai sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.

Demi apapun, Kiara sangat benci sekali dengan Dirga.

Meeting dengan penerbitan berjalan dengan cukup alot karena Kiara yang berkali-kali kehilangan fokusnya. Meeting yang diperkirakan akan selesai pada waktu makan siang itupun ngaret menjadi satu jam lebih lama.

Destiny Onde histórias criam vida. Descubra agora