part 11

843 111 25
                                    

Karena langkah si perempuan yang terburu-buru, Dirga menjadi kehilangan jejaknya.

Dirga mempercepat langkahnya, tapi dia juga tidak kunjung menemukan perempuan itu. Dirga memutuskan untuk kembali ke mejanya saja. Lagipula perempuan itu belum tentu juga orang yang Dirga kenali.

Dirga berbalik badan dan melangkah kedepan. Baru saja tiga langkah dia berjalan, terdengar suara perempuan berteriak meminta tolong.

"Tolong." Suara itu terdengar lagi tidak lama setelah suara pertama. Dirga menghentikan langkah dan berbalik.

Entah kenapa dia merasa penasaran dengan suara itu, seperti ada dorongan dalam dirinya untuk menghampiri suara itu.

"Tolong aku." Semakin Dirga melangkah, semakin suara itu terdengar dekat.

Tekat Dirga sudah bulat untuk menghampiri suara tersebut. Di antara lorong, dia melihat seorang perempuan dan juga laki-laki, dimana laki-laki tersebut tengah memegangi lengan sang wanita.

Wanita terlihat meronta-ronta dan ingin segera melepaskan tangannya dari cengkraman sang laki-laki.

"Lepasin aku."

Dirga ingat bahwa wanita itu adalah wanita yang dicarinya. Dirga mempercepat langkahnya, dan matanya melotot saat bisa mengenali perempuan tersebut.

"Kiara?" Gumam Dirga dengan mata yang membulat. Dengan cepat dia mencengkram tangan laki-laki yang dengan kurang ajarnya menyentuh Kiara.

"Lepas." Dirga mencengkram dengan keras tangan kurang ajar tersebut. Dia menatap tajam pada keduanya bola mata laki-laki itu.

Tidak ingin menciptakan keributan, laki-laki tersebut langsung melepaskan cengkeramannya.

"Sorry bro, gue gak tau kalau dia udah punya Lo." Ucapnya menengadahkan kedua tangan ke atas, setelahnya pria itu berlalu meninggalkan Dirga juga Kiara.

Kiara langsung berhambur pada pelukan Dirga, suara isak tangis terdengar setelahnya. Dirga membalas pelukan Kiara, dia lantas mengusap-usap punggung Kiara.

"Kita pulang sekarang" ucap Dirga. Dia merangkul bahu Kiara, melindungi nya agar tidak terjangkau dengan tangan-tangan tidak kurang ajar lainnya.

Sebelum pulang, Kiara sempat dibawa menuju ke meja Dirga sembari Dirga berpamitan dengan teman-temannya.

Disana Kiara juga bisa melihat tatapan perempuan yang duduk di samping Dirga seperti tengah menahan kesal saat Dirga memilih pergi bersamanya.

Dirga menuntun Kiara masuk ke dalam mobil, lalu menutup pintu disampingnya. Suara dentuman pintu yang tertutup cukup kencang, membuat isak tangis Kiara kembali mengeras.

Dirga menyusul masuk kedalam mobil. Dia mantap Kiara, melihat Kiara yang kembali terisak.

"Kamu ngapain di tempat ini?" Dirga mengeluarkan kekesalannya yang dia pendam sedari tadi. Dia tentu kaget saat melihat Kiara di tempat seperti ini.

Bukannya menjawab, isak tangis Kiara malah semakin terdengar kencang saja. Dirga dibuat frustasi, dia mencengkram rambutnya sendiri sebagai pelampiasan.

Dia benci melihat Kiara menangis, dan lebih benci lagi melihat Kiara di tempat laknat seperti ini.

"Udah jangan nangis." Suara Dirga dibuat lebih lembut lagi. Dia mengusap rambut Kiara, yang wajahnya dibenamkan dalam antara kedua lututnya.

"Gue takut." Gumam Kiara di sela isak tangisnya.

"Ada saya disini, gak perlu takut." Dirga masih berusaha menenangkan. Meraih jari-jari Kiara lalu digenggamannya dengan erat, bahkan Dirga sempat melayangkan satu kecupan disana.

Destiny Where stories live. Discover now