part 12

807 101 46
                                    

Menghabiskan satu malam bersama dengan Dirga nyatanya tidak semudah yang Kiara bayangkan. Kiara tidak bisa terlelap dengan tenang saat memikirkan bahwa dia sedang berada di tempat yang sama dengan seorang pria yang paling dihindarinya, berdua pula.

Kiara rasanya was-was saja, meskipun mereka sekarang beda ruangan. Kiara tidur di kamar, sedangkan Dirga tidur di sofa luar.

Rasa waspada Kiara tentu saja melejit ke permukaan, bisa saja kan saat Kiara sedang terlelap di kasur, Dirga diam-diam menerobos masuk ke kamar.

Dirga pasti punya kunci cadangan, mengingat apartemen ini adalah miliknya.

Kiara berguling-guling di atas kasur. Dia ingin sekali tidur dan memejamkan mata tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukan itu.

Kiara bangkit, membuka pintu kamar dengan pelan, meminimalisir suara yang akan ditimbulkan.

Berjalan mengendap-endap keluar, hendak mengecek apakah Dirga sudah tidur atau belum. Suasana ruangan yang gelap, membuat Kiara sulit untuk melihat.

"Nyari apa?" Suara dari belakang Kiara terdengar, Kiara telonjak kaget lalu membalik badannya.

Suasana yang sunyi, membuat deru nafas Kiara bisa terdengar. Kiara mengelus-elus dadanya, berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Ngagetin aja." Seru Kiara. Tangannya menggeplak dan mendarat dengan sempurna di lengan Dirga, menimbulkan suara nyaring disana.

Dirga tampak meringis sejenak sambil mengusap-usap lengannya yang terasa panas. Pukulan Kiara lumayan juga ternyata.

"Kamu nyari apa? Jalan mengendap kayak mau maling aja."

Ditanyai seperti itu lagi membuat Kiara gelagapan, Kiara tidak mungkin mengatakan bahwa dia ingin memeriksa Dirga. Bisa besar kepala laki-laki itu nanti.

"G-gue mau ambil air, iya di kamar airnya habis." Jawab Kiara dengan terbata-bata.

"Dapurnya disana." Tunjuk Dirga ke arah yang berlawanan dengan Kiara melangkah tadi.

"Iya gue lupa tadi, gelap sih makanya gue bisa salah jalan." Ucap Kiara, lalu berbalik tujuan menjadi arah yang ditunjukkan Dirga tadi.

Dirga menatap dengan tatapan datar dan dia menggedikkan bahunya acuh. Dirga pun membaringkan dirinya di atas sofa, membungkus badannya dengan selimut dan mulai memejamkan mata.

Sedangkan di dapur, Kiara merutuk pada dirinya sendiri. Dia mengambil air dari dispenser dan diteguknya hingga tandas.

Dia malu sekali saat ini. Kiara melirik sebentar ke arah dimana Dirga berada, dia menghembuskan nafas lega saat samar-samar melihat laki-laki itu yang telah terbalut selimut di atas sofa.

Setelah meletakkan gelas kembali, Kiara berjalan menuju kamar. Langkahnya terhenti saat mendengar suara yang ditujukan padanya.

"Katanya mau ambil air." Ujar suara itu yang terdengar seperti menyindirnya. Kiara melirik sinis ke arah Dirga.

"Udah minum barusan di dapur." Ucapnya lalu membuka pintu dan menutupnya dengan keras. Memutar kunci demi keamanannya.

Diluar, Dirga terkekeh geli melihat gelagat Kiara. Ternyata menghabiskan satu malam dengan perempuan itu tidak buruk juga.

Dirga selalu menertibkan dirinya untuk bangun sebelum matahari bersinar terang menyinari bumi.

Jam setengah lima, Dirga telah membuka matanya. Sebelum mandi, Dirga sempatkan untuk beberes apartemen yang tidak seberapa berantakan.

Bantal-bantal sofa yang tercecer dia rapikan seperti semula. Menyalakan alat canggih yang selama ini membantunya dalam bebersih debu yang menempel di lantai.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang