part 8

777 90 3
                                    

Ternyata ucapan Dirga bukanlah omong kosong belaka, terbukti dengan kedatangan laki-laki tersebut pagi hari ini dengan niat untuk mengajak Kiara berkencan ke taman safari.

Kiara kaget tentu saja, sebelumnya Dirga tidak pernah mengajaknya kencan yang benar-benar hanya berdua saja. Biasanya jika tidak ditemani oleh orang tua mereka pasti dengan adiknya, Rania.

Ini merupakan pengalaman pertama mereka pergi berkencan hanya berdua saja. Semoga saja hari ini tidak berakhir kacau dengan terjadi pertengkaran seperti yang sering keduanya lakukan.

"Cepat siap-siap nya, Dirga udah nungguin." Ucap Papa Hendra dari luar kamar Kiara. Kiara berdecak pelan, dia paling tidak suka jika diburu-buru seperti ini.

"Sabar, Pa." Jawab Kiara jengah, dia masih mengeringkan rambutnya sebelum dia catok agar terlihat on pint nantinya.

Belum lagi, dia harus make up tipis-tipis agar wajahnya tampak lebih fresh. Tidak bisa dong menyalahkan Kiara, suruh siapa tidak memberi kabar terlebih dahulu. Kalau memberi kabar lebih dulu kan Kiara bisa siap-siap lebih awal.

"Gak perlu dandan, kasihan Dirga kalau nunggunya kelamaan."

"Gak bisa Papa, aku jelek kalau gak dandan." Ucap Kiara yang sebal dilarang untuk berdandan. Lagipula dia berdandan juga agar orang yang bersamanya tidak malu membawanya sebagai gandengan.

Papa Kiara yang semula berada di perbatasan antara pintu, kini masuk dan melihat apa yang sedang anaknya lakukan di depan meja rias, tempat yang menjadi favorit Kiara sejak meja itu dibelikan oleh Papanya.

"Anak Papa cantik gini kok, siapa yang bilang jelek."

Kiara memutar bola matanya, tidak menghiraukan ucapan Papanya karena itu akan memperlambat acara berdandannya.

Dengan cekatan Kiara menggambar alisnya agar lebih tegas dan berbentuk rapi. Memberi warna di kelopak mata dan di pipinya. Setelahnya Kiara memakaikan mascara agar bulu matanya tampak lentik. Sebagai sentuhan terakhir Kiara mengoleskan lipstik berwarna natural di bibirnya.

Dan Yap, Kiara sudah terlihat lebih cantik dan mempesona.

"Cepetan keluar." Ucap Papanya yang melihat anaknya sudah berpose narsis didepan cermin. Jika hal tersebut dibiarkan terjadi, bisa-bisa yang ada Kiara akan menghabiskan waktu lebih dari satu jam hanya untuk berkaca saja.

Kiara meraih tas yang tergantung di pojok, dia mengambil dompet dan handphone sebelum keluar dari kamarnya.

Hari ini dia mengenakan dress yang panjangnya di atas lutut, dress berwarna putih dengan dilapisi kardigan berwarna cream, Kiara sudah terlihat seperti cewek feminim saja. Sangat berbeda dengan sifat aslinya yang sering membuat Dirga sakit kepala.

"Itu Kiara sudah selesai." Papa Hendra menunjuk ke arah Kiara yang baru saja memunculkan dirinya dari balik dinding yang memisahkan ruang tamu.

Dirga langsung menengok ke arah yang ditunjuk, rasanya waktu satu setengah jam yang berlalu hanya untuk menunggui Kiara tidak sia-sia saat melihat perempuan bak titisan bidadari itu berjalan mendekat kearahnya.

Dirga terpana, tapi dia berubah untuk menutupinya. Dirga terlalu jaim jika menunjukkan kekagumannya secara langsung. Dirga berdeham pelan dia pun bangkit dan sekali lagi berpamitan pada Papa Kiara untuk membawa putrinya pergi.

"Pa, minta uang jajan." Ucap Kiara dengan santai, membuat Dirga tersentak mendengarnya.

Dirga tertampar. Harga diri Dirga terjun bebas saat Kiara meminta uang jajan pada Papanya tepat didepan mata Dirga langsung.

Meksipun itu sebenarnya hal wajar, saat anak meminta uang jajan pada Papanya. Tapi apa iya harus didepan Dirga juga? Dirga kan jadi merasa canggung dibuatnya.

Destiny Où les histoires vivent. Découvrez maintenant