Bab 3 - Pertemuan Pertama

251 33 4
                                    

Selama Bara bekerja sebagai photograper di studio, pelan-pelan Bara membuat studio foto sendiri. Mendapatkan izin dari orang tuanya, Bara menggunakan kamar bagian depan yang di renovasi menjadi sebuah studio  minimalis impiannya. Sudah banyak pelanggan yang menggunakan jasanya. Ada yang mengatakan harganya lebih miring dibanding studio foto yang besar, ada yang mengatakan jaraknya dekat, ada pula yang mengatakan studio foto Bara bisa kapan saja sekalipun mendadak. Itu salah satu kelebihan yang Bara sematkan dalam promosinya.

Dibantu temannya yang masih bisa dikatakan sebagai sahabat, Bara menjalankan bisnis ini bersama Marvel. Menurut Bara, Marvel lebih bisa diandalkan dibanding Zaki atau Jemian. Mereka berdua hanya bisa merusuh tanpa menyelesaikan tugas yang sudah diberikan Bara.

Seperti sekarang, jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam. Baru dua jam lalu Bara tiba di rumahnya, membersihkan tubuhnya yang lengket dan mengisi perutnya yang kosong. Kini di studionya sudah ada yang menanti sepasang kekasih yang ingin menggunakan jasanya. Pasangan kekasih ini membutuhkan photograper untuk membuat foto pra-wedding mereka terlaksana. Setelah berbagai macam negosiasi bersama pelanggan, Bara menentukan waktunya. Sebisa mungkin tidak boleh mengganggu waktu saat ia bekerja.

Akhirnya Bara bisa beristirahat sekarang, merebahkan tubuhnya di kasur empuk. Rutinitas Bara sebelum tidur mengabari orang tuanya. Sekedar bertukar pesan atau melakukan panggilan video. Menyalurkan rasa rindunya pada ayah serta ibunya atau bercerita tentang pekerjaan, ketiga sahabatnya atau hal sepele seperti tukang parkir yang menagih bayarannya di tempat kerja. Setelahnya Bara akan tidur nyenyak usai mengeluarkan semua yang ia rasakan.

Sedikit di jelaskan bahwa Bara adalah sosok yang selalu menceritakan apapun yang sudah ia alami seharian ini. Itu adalah kebiasaan Bara sejak kecil, bercerita apapun kepada sang ibu untuk merasakan pengalamannya setiap hari. Maka hingga Bara sudah sebesar ini, Bara masih saja menceritakannya pada sang ibu.

Mungkin saja ketika Bara sudah menikah nanti, ia akan tetap melakukan kebiasaannya itu. Bedanya, dulu Bara menceritakan segalanya pada sang ibu, maka setelah menikah Bara akan menceritakan semuanya kepada istrinya kelak.

•••••

Hari ini tepat hari minggu, hari santai untuk semua orang di seluruh penjuru dunia. Tapi tidak berlaku untuk Bara.
Ingat ketika malam hari ada yang meminta Bara menjadi photographer? Nah, hari ini waktunya.

Kedua insan yang menyewa jasa Bara untuk mengambil beberapa gambar mereka dilakukan di sebuah galeri lukisan disalah satu jalan di Kota Bandung. Bukan galeri pada umumnya yang hanya mempertontonkan hasil karyanya, tapi galeri ini memiliki izin untuk siapapun yang ingin belajar melukis. Terlihat beberapa piagam yang berjajar diantara banyaknya lukisan. Menandakan bahwa galeri ini dibangun oleh seseorang yang miliki jiwa seni yang sangat tinggi.

"Wah edan bagus gini galerinya. Hebat lah yang punyanya." Gumam Bara dengan mata yang tidak berhenti meneliti seluruh ruangan. Bara sedikit terhipnotis karena indahnya galeri ini. Ia menggelengkan kepalanya perlahan lalu menyiapkan perlengkapan untuk pengambilan gambar.

Sepintas terdengar obrolan sang penyewa jasanya dengan sang pemilik galeri. Memberikan arahan ke ruangan yang memang di khususkan untuk pengambilan gambar. Bara mengekori ketiga orang itu dengan perlengkapannya. Ruangan yang ia pakai sebagai latar pengambilan gambar ini sedikit lebih privat. Maksudnya, sedikit lebih tertutup. Agar lebih leluasa dan lebih santai.

"Kalau gitu saya pamit ya Teh, Kang.. Kalau perlu apa-apa saya ada di depan." Terdengar suara halus nan lembut dari seseorang yang Bara yakini pekerja di galeri ini. Sedikit ada perasaan aneh saat mendengar suaranya. Tak sempat Bara melihat wajahnya, lelaki itu keluar dari ruangan meninggalkan Bara dan sepasang kekasih.

Bandung Dan KamuWhere stories live. Discover now