Bab 12 - Menginap

156 17 0
                                    

Seperti janjinya Bara pada kedua orang tua Kalangga, ia mengantarkan Kalangga sampai rumah dengan selamat. Tentu dengan perasaan bahagia. Di halaman rumah, keduanya kini sudah turun dari motor Bara. Seperti biasa, Bara  membantu Kalangga melepas pelindung kepalanya. Berhadapan, bola mata yang saling bertatapan, oh dan jangan lupakan senyuman keduanya.

"Masuk gih, udah malem." Ucap Bara sembari mengusap kepala si manis dengan lembut.

Kalangga menggelengkan kepalanya. Ia mengulurkan tangannya tepat pada pinggang sang dominan. "Sebentar lagi aja, masih mau sama kamu." Diakhiri dengan mengerucutkan bibirnya lucu. Bara yang melihat tingkah kekasihnya ini terkikik geli.

"Ya udah masuk ke dalem aja, sekalian Bara mau pamitan sama Papa Mama.."

"Sebentar," Kalangga menatap Bara dengan seksama. "Kamu bilang apa tadi?" Kaget, Bara mengubah panggilan kepada orang tuanya?

Bara tersenyum, "iya, Papa Mama. Ayo ah, masuk. Ga enak nanti diliat tetangga, anak Papa Cakra berduaan malem-malem.." Bara terkikik geli diakhir setelah mengucapkan kalimatnya.

"Bisaan banget ya omongannya.." Kalangga sedikit mencubit lengan Bara perlahan. Hatinya berdesir lagi. Seperti gelombang cinta yang Bara salurkan lewat perlakuannya.

Bara dan Kalangga kini sudah di dalam rumah. Bedanya, kini berjalan ke arah ruang keluarga dimana Papa Cakra dan Mama Wendy sedang duduk disana. Seperti biasa, Bara mencium kedua punggung tangan yang kini menjadi orang tuanya juga.

"Eh udah pada pulang. Udah makan belum? Kalo belum makan dulu sana. Kakak ajak Bara makan, Mama udah masak."

"Udah kok, tadi mampir ke pecel lele depan Indoapril Ma." Jawab Kalangga.

"Yaudah kalo gitu, kirain Mama belum makan." Mama Wendy melihat buket bunga cantik yang ada di genggaman sang anak. Tersenyum saat mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sekilas melirik sang suami, memberikan isyarat untuk lebih teliti apa yang sudah terjadi.

Papa Cakra yang mengerti dengan isyarat yang diberi istrinya, ia tersenyum senang. Tapi kedua orang tua Kalangga memilih untuk berpura-pura tidak paham. Papa Cakra menatap Bara, memberi acungan jempol saat Kalangga mengobrol dengan sang ibu. Bara tersenyum saat calon Papa mertuanya itu memberi acungan jempol. Ia ikut memberi acungan jempol juga membalas apa yang Papa Cakra lakukan.

"Istirahat dulu sana, kasian nak Bara habis nyetir motor. Oh iya, tadi tuh Mama kamu bikin cookies. Bawa buat nyemil sana." Ujar Papa Cakra.

"Mama bikin cookies? Yang waktu itu?" Tanya Kalangga. Mama Wendy mengangguk sebagai jawaban. "Kakak bawa ke atas ya, ada yang mau Kakak bahas sama Bara." Diakhir kalimatnya, Kalangga tersipu malu. Pipinya sedikit merona.

"Pas pagi Bara bilang ke Kala, pengen cookiesnya Tante lagi. Eh sekarang cookiesnya ada hehe.." Ucap Bara mengalihkan pembicaraan.

"Mama, panggil Mama aja. Gih bawa cookiesnya ke atas." Mama Wendy terkikik geli di akhir kalimat saat melihat Kalangga semakin tersipu malu.

"U-udah ya Ma, Kakak ke atas dulu. Pegangin ini ya, aku bawa cookiesnya." Kalangga menyodorkan buket bunga kepada Bara, ia meraih toples berisi cookies diatas meja. Ia juga menarik lengan Bara untuk segera naik ke lantai atas.

Bara yang sudah menggenggam buket bunganya itu kaget karena tarikan di lengannya. Ia berpamitan kepada Papa Cakra dan juga Mama Wendy, meminta izin untuk masuk ke kamar anaknya. Baru saja keduanya menginjakkan kakinya di anak tangga, terdengar ucapan dari Papa Cakra.

"Jangan dulu macem-macem ya, kalian belum nikah." Sedikit meninggikan nada bicaranya, lagi-lagi diakhiri dengan kekehan kecil saat bertatapan dengan sang istri.

Bandung Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang