Bab 17 - Silent Treatment

115 23 2
                                    

Sudah tiga hari dari sejak Bhanu mengirim pesan pada Kalangga yang isinya memberitahu bahwa Bara sedang bersama perempuan, sudah tiga hari pula Kalangga melakukan silent treatment pada Bara. Tidak sepenuhnya silent treatment, ketika Bara mengirim pesan, Kalangga hanya menjawab singkat. Tidak ada pesan romantis balasan untuk Bara, tidak ada sikap manja, tidak ada perhatian yang selalu Kalangga lakukan kepada Bara.

Bara yang di hadapkan dengan kondisi seperti ini pening bukan main. Ia bingung, kenapa kekasih manisnya begitu dingin padanya. Bahkan saat Bara datang ke galeri untuk menjemput Kalangga, dengan tegas Kalangga menolak. Ia sudah memiliki janji bersama Bhanu, dan akan di jemput Bhanu. Bara bisa apa? Hanya bisa menerima atas keputusan Kalangga.

Seperti hari ini, Bara sedang berada di studio bersama Marvel. Menceritakan semuanya kepada Marvel tentang sikap Kalangga yang sangat acuh padanya.

"Urang bingung kenapa Kala kaya gitu."

"Maneh buat salah ga sama dia? Maksudnya ada sikap maneh yang bikin dia marah atau kesel." Marvel bertanya dengan jari yang masih menari diatas keyboard melakukan pengeditan foto.

"Ga ada, urang ga bikin salah apa-apa. Udah dipikirin apa yang udah urang lakuin sampe dia kaya gini." Bara mengacak surainya frustasi. Ini adalah masalah pertama dalam hubungannya. Masalah yang begitu besar sampai-sampai si manis bersikap acuh. Tapi ia tidak merasa melakukan hal yang huruk pada Kalangga.

"Coba pikirin lagi sama maneh, urang cuma bisa bantu buat nyari tau kesalahannya dimana." Marvel menyeruput kopi yang ia buat tadi, "dari kapan dia cuek sama maneh?" Lanjutnya.

"Mau dipikirin sampe kepala urang botak juga ga nemu salah urang dimana. Udah tiga hari sama sekarang." Bara semakin menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan yang ia tumpu di atas meja. Ia benar-benar bingung harus bagaimana. Berusaha untuk meluruskan lewat panggilan telfon sudah, tapi di tolak oleh Kalangga. Di kirimi pesan, jawabannya hanya 'gapapa'. Apalagi bertemu, sudah Bara ajak untuk bertemu, bahkan ke rumahnya, tapi tetap di tolak.

"Urang harus ngapain sekarang?" Teriak Bara frustasi.

"Urang bilang maneh pikirin dulu apa yang udah maneh lakuin. Di jabarin apa apa aja Urang bantu cari tau kenapa dia kaya gitu." Ujar Marvel yang sudah menyelesaikan proses pengeditan foto untuk pelanggannya.

Bara diam setelah mendengar ucapan Marvel. Ia memikirkan hal apa saja yang sudah ia lakukan. Melakukan hal pemicu pertengkaran dingin dari kekasihnya. Surai legam yang senantiasa menjadi bahan pelampiasan emosinya. Merutuki diri sendiri karena sudah melakukan hal yang membuat Kalangga seperti ini, tapi ia tidak tau dimana letak kesalahannya.

"Nih udah beres fotonya, mau di kirim kapan?" Marvel memecah keheningan yang tercipta. Menyadarkan Bara yang masih bergelut dengan pikirannya.

Bara melirik jam dinding yang menempel, "kirim sekarang aja, sama maneh ya. Urang ga mood gini anjir, rusak." Kepalanya menoleh ke arah Marvel yang memang duduk di seberangnya.

"Jangan sampe mood rusak maneh ngerusak kerjaan." Masih dengan acara mengomeli Bara, Marvel mengirimkan foto-foto untuk pelanggannya melalui email. Membiarkan Bara yang masih merenungi segala hal, Marvel meninggalkan Bara sendirian.

•••

Pagi ini sudah terlihat kesibukan di kediaman Bara. Bunyi peralatan masak yang memenuhi dapur menandakan bahwa sang empunya rumah sudah bangun. Ruangan televisi yang biasanya hening pun, dipenuhi oleh suara dari layar yang menampilkan acara berita pagi. Sang kepala keluarga menatap layar televisi ditemani dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan asapnya.

Bandung Dan KamuOnde histórias criam vida. Descubra agora