Bab 8 - Curhat

143 18 0
                                    

Bulan ini kebetulan Bara mendapatkan jatah libur sedikit lebih banyak. Jadi ia bisa beristirahat dan memfokuskan diri pada studionya. Sudah banyak yang mengenal studio foto milik Bara. Ini terjadi semenjak Bara memposting foto hasil jepretannya di galeri lukis milik Kalangga. Efeknya sungguh luar biasa hanya dengan memposting sebuah foto berlatar galeri yang memang sudah dikenal banyak orang. Keuntungan juga untuk Bara. Studionya ikut menjadi terkenal.

Disini sudah ada Marvel, karena hari ini ada satu keluarga yang menyewa jasanya untuk di buatkan foto keluarga. Tugas Marvel mengedit dan mencetak foto yang diinginkan pihak penyewa. Marvel masih duduk di kursi kerjanya di hadapan komputer. Dengan segelas kopi yang masih mengepulkan asap, tanda kopi tersebut baru saja dituang air panas.

"Jam berapa mulai na Bar?" Tanya Marvel sambil meniup gelas kopi tersebut.

"Cenah jam sembilan kesini nya. Bentar lagi meureun." Bara melirik jam dinding yang menempel, masih menunjukkan pukul delapan pagi. Ia masih bisa menyiapkan kameranya.

Marvel jadi ingat kejadian malam dimana mereka bertemu dengan Kalangga untuk pertama kali dan juga temannya. Satu kejadian yang Bara lakukan pada Kalangga membuat atensi temannya yang lain menjadi heboh.

"Bar, urang mau nanya." Ucap Marvel usai menyesap kopinya. Bara yang diajak bicara mengalihkan pandangannya pada Marvel.

"Maneh sama Kalangga udah ada status belum?" Mendengar pertanyaan Marvel, Bara berhenti melakukan aktivitasnya. Menaruh kameranya diatas meja.

"Belum atuh, masih pengen kenalan lebih jauh sama doi." Jawab Bara. Memang kenyataannya belum ada hubungan apa-apa antara Bara dengan Kalangga. Ia rasa harus mengeluarkan semua yang ia pikirkan pada Marvel.

"Pas di kedai tea, sikap maneh ke Kalangga bikin heboh. Sampe si Bhanu ngomong kaya gitu. Urang kira udah ada hubungan kalian teh. Maneh sama dia udah kenal berapa lama?"

"Baru juga tiga bulan."

"Udah lumayan lah buat pendekatan mah. Terus maneh udah ke rumahnya? Ketemu sama Mama Papanya?" Tanya Marvel lagi.

Bara menganggukkan kepalanya. "Udah, ketemu Mamanya mah waktu mau sunmori. Kalo sama Papanya yang pulang malem tea."

Marvel mengangguk paham atas penjelasan Bara, membenarkan posisi duduknya.

"Bar, kalo maneh serius, deketin dianya jangan setengah-setengah. Urang ngerasa maneh masih tarik ulur sama perasaan maneh. Sedangkan si Kalangga udah berharap pisan. Sok liat sikap maneh ke dia seolah-olah bener ngasih harapan. Kasian atuh kalo maneh ga serius mah. Tiga bulan diperlakukan baik sama dominan, submissive mana yang ga suka? Apalagi maneh dominannya. Saran dari urang, mulai sekarang lebih serius deketinnya lagi. Kalo udah ketemu sama Mama Papanya, sok ke rumahnya lagi, deketin orang tuanya dia. Urang percaya maneh bisa buat ambil hati orang tuanya. Mau gimanapun, submissive mah akan di perlakukan seperti seorang wanita sama orang tuanya. Maneh udah paham lah, belajar dari masa lalu juga. Kalo masa lalu maneh gagal, coba buat yang sekarang harus berhasil. Maneh juga perlu kebahagiaan Bar. Sekarang urang tanya, apa yang bikin maneh jadi tarik ulur buat deketin Kalangga?"

Bara mendengar penjelasan panjang dari Marvel. Benar apa kata Marvel, ia merasa sedang menarik ulur pendekatan ia bersama Kalangga.

"Rasa trauma urang buat ngejalanin sebuah hubungan Vel. Urang takut kejadian sama Naura ke ulang lagi. Tapi posisinya bukan dia yang selingkuh tapi urang nya yang malah selingkuh. Urang takut ga bisa ngejaga dia, atau bikin luka dia. Tapi urang juga ga mau kehilangan dia." Bara menundukkan kepalanya saat menjelaskan mengapa ia bersikap seperti itu.

Bandung Dan KamuWhere stories live. Discover now