(7) Kevin Anoraga

9 0 0
                                    

          Meski kabar kematian korban tentunya sudah disampaikan oleh polisi berseragam beberapa jam sebelum dilakukannya autopsi, Ars masih harus menguatkan hati saat bertemu dengan keluarga korban. Kemuraman hatinya karena kehadiran Diaz Dirgantara menjadi semakin pekat saat Ars memarkir mobilnya di depan rumah Kevin di Jalan Trembesi. Meskipun terletak di dalam gang, rumah-rumah di jalan itu terbilang cukup besar meski tidak sebesar dan semegah rumah-rumah di daerah Araya. Ars melihat banyak pelayat yang datang tapi Ars tahu betapapun banyaknya orang yang melayat, kesepian dan kesedihan ditinggal orang yang dicintai untuk selamanya masih tetap menunjukkan tajinya. Kesepian itu akan terus berdiam di rongga dada sampai tiba saatnya untuk pergi. Hanya Tuhan dan orang yang merasakannya sajalah yang tahu kapan rasa sepi itu akan pergi. Ars pernah merasakannya. Dan masih merasakannya sampai kini. Penculikan saudara kembarnya, Arthur, di depan matanya yang terjadi saat keduanya berjalan kaki pulang sekolah saat mereka kelas satu SMP lalu masih terus terekam dalam ingatannya hingga kini. Usaha pencarian yang tidak ada hasil sampai bertahun-tahun kemudian telah menciptakan rongga kosong di dalam hatinya dan seluruh anggota keluarganya. Itulah salah satu alasan terkuat Ars menjadi anggota polisi. Di sela-sela tugasnya dia tidak pernah berhenti mencari informasi atau data-data penculikan dan orang hilang yang terjadi empat belas tahun yang lalu. Dia memang belum menemukan petunjuk yang berarti hingga kini tapi Ars sudah berjanji pada dirinya sendiri dan juga pada kedua orang tuanya bahwa dia akan terus berusaha mencari petunjuk sekecil apapun tentang Arthur, meskipun suatu hari nanti petunjuk itu hanya berupa gundukan tanah makam saja.

Ars keluar dari mobilnya, sengaja memasang lencana detektifnya sedemikian rupa di ikat pinggangnya agar logam mengkilap itu mudah terlihat. Meski terkesan arogan tapi setidaknya lencana itu akan membuat orang yang menolak memberi informasi yang dibutuhkan detektif akan berpikir dua kali. Memang keberadaan polisi berseragam dan detektif memberikan penagruh tersendiri bagi masyarakat. Polisi berseragam dengan seragamnya yang bernuansa abu-abu serta lencana bintangnya senantiasa menciptakan keramahan dan pengayoman. Sementara detektif dengan seragam bebas dan lencana perisainya seakan-akan disetting untuk bersikap garang. Apabila masyarakat diminta untuk memberi keterangan oleh polisi berseragam, mereka akan melakukannya tanpa takut-takut. Sebaliknya, jika yang meminta keterangan polisi detektif, menurut pengakuan sebagian besar mereka, seperti ada raksasa yang berdiri di belakang mereka dan siap menelan kapanpun juga. Saat teringat analogi itu Ars sempat tersenyum tipis seraya melangkah memasuki halaman rumah Kevin. Ars berharap pihak keluarga Kevin tidak menolak ataupun menunda menyampaikan informasi yang ia butuhkan.

Hampir seluruh pelayat memandanginya saat Ars berjalan ke rumah Kevin. Diabaikannya suara bisik-bisik yang memuji kecantikannya. Pujian seperti itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Dia sangat berterima kasih pada Tuhan telah memberinya kecantikan tapi kedatangannya ke rumah Kevin adalah untuk mengusut kematian. Karenanya, seperti biasanya, dia tidak mempedulikan bisik-bisik itu.

Ars memperlebar langkahnya masuk ke rumah Kevin. Pak Ricky Bhaskoro menyambutnya di depan pintu.

"Detektif," Pak Ricky menjabat tangannya. "Terima kasih sudah datang kemari."

Ars tersenyum tipis. "Pak, saya perlu berbicara dengan anggota keluarganya. Maaf, maksud saya keluarga inti, bukan om atau tantenya." Ars memandang Pak Ricky.

Wajah Pak Ricky yang tadinya ramah berubah sedikit masam. "Saya paham, detektif. Tapi dapatkah Anda mengajukan pertanyaannya nanti, setelah urusan pemakaman selesai. Saat inipun jenazahnya masih belum sampai rumah." Ars menangkap tatapan mohon pengertian dari bola mata Pak Ricky. Sebisa mungkin Ars menghela nafas panjang agar Pak Ricky tidak menyadari kalau penolakan Pak Ricky tadi telah membuatnya kesal.

"Mohon maaf tidak bisa, Pak Ricky. Saya mengerti situasinya tidak tepat, tapi saya minta kerja sama Anda dan keluarga. Saya minta waktu sekitar lima belas sampai dua puluh menit untuk mendapatkan informasi dari ayah, ibu, kakak, atau adik korban sebelum pembunuh keponakan Anda merencanakan hal lain yang akan menyulitkan penangkapannya." Meski bernada memaksa, Ars menyampaikannya dengan pelan namun tegas dan berharap tidak ada bantahan kali ini.

Dua Kematian (Seri ke-1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang