(9) Penyerang Kevin Anoraga

11 1 0
                                    

Di dalam Si Hiu, Ars mengamati home base GPPN yang tampaknya bekas rumah tinggal yang cukup asri. Di depan rumah itu ada tiga penjual makanan yang masing-masing sibuk melayani pembeli. Aroma siomay yang menguar membuat Ars teringat perutnya yang hanya terisi beberapa potong sandwich tadi pagi. Setelah urusan dengan GPPN selesai, aku harus makan, Ars mengingatkan dirinya. Jangan lupa makan, Ars. Ars menggigit bibir bawahnya saat tiba-tiba pesan Diaz berkelebat di otaknya.

Ketika Ars berjalan mendekati gerbang, seorang pria yang rambutnya dipenuhi uban menyambutnya. Setelah Ars menunjukkan lencana detektifnya, pria bernama Tarjo itu mengajak Ars untuk mengobrol di gazebo yang terletak di halaman depan, di samping kiri taman.

"Kevin anak yang baik, detektif. Kalau datang kemari sering membawa makanan, dibagi-bagikan pada pengurus," Pak Tarjo memulai ceritanya saat Ars menanyakan tentang Kevin semasa hidupnya.

"Apa dia pernah bermasalah dengan anggota-anggota atau pengurus-pengurus, pak?" Tepat saat Ars menanyakan itu, lagi-lagi hidungnya menangkap aroma siomay. Ars dengan cepat merubah keputusannya. "Pak, maaf, sebentar, saya ingin memesan siomay." Ars melangkah lebar lalu sebentar kemudian kembali. "Apa dia pernah bermasalah dengan anggota-anggota atau pengurus-pengurus, pak?" Ars mengulangi pertanyaannya.

"Tidak. Setahu saya tidak pernah, detektif," Pak Tarjo menggeleng. "Kevin tidak neko-neko. Dia aktif dalam hampir setiap kegiatan GPPN. Terutama saat kunjungan ke sekolah-sekolah. Dia sering ngobrol dengan saya. Dia juga kerap kali mengatakan keprihatinannya karena anak muda jaman sekarang seperti kucing. Punya sembilan nyawa. Mencoba berbagai macam obat-obat terlarang yang tidak karuan juntrungannya. Ujung-ujungnya hanya mengantar mereka ke kuburan." Pak Tarjo tidak habis pikir.

"Apa Pak Tarjo kenal dengan Yongki?"

"Ah...Yongki," Pak Tarjo tersenyum lega. "Dia adalah anak muda yang diberkati Allah karena akhirnya dia sadar kejamnya pengaruh narkoba pada dirinya. Dia minta tolong Kevin untuk membantunya keluar dari pengaruh narkoba. Dan Kevin dengan senang hati membantu. Itu memang tidak mudah, detektif. Saya sendiri yang menyaksikan perjuangan Kevin membantu Yongki. Setiap kali Yongki tergoda ingin kembali ke kelompoknya, Kevin mengalihkan perhatiannya, mengajak Yongki ke tempat-tempat yang membuat Yongki senang."

"Misalnya?"

"Banyak, detektif. Nonton bioskop, nonton pertandingan bola, makan-makan. Kevin juga mengajak Yongki sholat dan mengaji di masjid."

"Dimana rumah Yongki, pak?"

"Apa detektif ingin menemui Yongki?"

Ars mengangguk.

"Sebentar. Saya panggilkan. Yongki ada di dalam."

"Oh, kebetulan."

Ars memeriksa pesan-pesan di ponselnya sembari menunggu kedatangan Pak Tarjo dan Yongki. Keduanya datang selang lima menit setelah Ars memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Yongki, saya detektif Ars Zhen dari DPM. Saya ikut menyesal atas meninggalnya Kevin."

Wajah Yongki dingin. Dia hanya mengangguk merespon ucapan belasungkawa Ars.

"Apa kau sudah makan? Saya memesan siomay. Kalau kau belum makan, saya bisa memesankannya untukmu. Kita makan sama-sama di sini," tawar Ars.

Yongki menggeleng. "Terima kasih. Saya kenyang."

"Oh, baiklah. Kita mengobrol di sini sebentar ya." Ars cukup berhati-hati menghadapi pemuda yang diperkirakannya berusia sembilan belas tahun itu. Dia berusaha bersikap dan berbicara sesantai mungkin agar tidak mengguncang kondisi kejiwaan Yongki. Sebentar lagi mereka akan membicarakan seseorang yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan pemuda berambut ikal itu. Ars butuh informasi dari Yongki untuk menemukan petunjuk baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua Kematian (Seri ke-1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang