Part 14

543 77 3
                                    

Happy reading...



Jaehyun membukakan pintu, berbaik hati menawarkan lengannya untuk membantu Taeyong turun dari mobil, lalu mengantarkan gadis itu hingga ke lobi depan apartemen

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Jaehyun membukakan pintu, berbaik hati menawarkan lengannya untuk membantu Taeyong turun dari mobil, lalu mengantarkan gadis itu hingga ke lobi depan apartemen.

"Masuklah," ujar Jaehyun, mau tidak mau memperhatikan bagaimana jaketnya tampak kebesaran di tubuh Taeyong, juga tangan Taeyong yang terlipat di depan dada, seolah sedang memeluk dirinya erat-erat.

Maka Jaehyun mengangkat tatapan ke wajah Taeyong, yang menampakkan ekspresi jauh berbeda dari gestur tubuhnya yang terlihat rikuh. Gadis itu masih tampak seangkuh biasanya, terang-terangan menolak memperlihatkan kelemahannya. Sorot matanya tampak menantang, seolah dia menunggu Jaehyun untuk memberi komentar.

"Aku pulang dulu. Besok kau ada shooting pukul sebelas. Pastikan istirahatmu cukup," katanya.

"Selamat malam, Lee Taeyong~ssi."

***

Taeyong tidak tahu apa yang memicunya, apa yang membuatnya mendapat keberanian untuk menghentikan Jaehyun. Menahan langkah pria itu dengan menarik bagian belakang kemejanya. Mungkin karena kejadian malam ini. Atau mungkin ini semua hanya gabungan perasaan yang ditumpuknya dengan semena-mena selama dua minggu terakhir terhadap pria tersebut. Yang mana saja, dia tidak terlalu peduli sekarang.

Perlahan Jaehyun berbalik, menunduk menatap Taeyong.

"Berhati-hatilah." Taeyong berujar pelan, nyaris selirih bisikan.

"Kau tidak bisa terus bersikap seperti ini padaku tanpa memperdulikan perasaanku sama sekali. Kalau aku menyukaimu," Taeyong meralat cepat.

"Kalau aku semakin menyukaimu, kau jelas tidak akan mau bertanggung jawab, kan?"

"Lee Taeyong~ssi______"

"Berhati-hatilah," ulang Taeyong.

"Berhati-hatilah, Jung Jaehyun~ssi." Taeyong menundukkan kepala, untuk pertama kalinya tidak berani menatap pria itu langsung tepat di mata.

"Karena kau mulai membuatku berdebar-debar."

***

"Rasanya aneh," Taeyong bergumam.

"Ini pertama kalinya mereka membelaku." Taeyong mengomentari artikel yang baru selesai dibacanya.

Agensi telah berusaha keras menarik semua video insiden karpet merah tadi malam dari internet, memberikan peringatan keras pada Krystal Jung, dan sekarang, semua media berbalik mendukung Taeyong. Mereka mengomentari tindakan kekanakan Krystal yang melakukan balas dendam padanya dengan cara yang sama sekali tidak bermoral. Posisi seniornya itu begitu terjepit sekarang. Dan Taeyong sama sekali tidak merasa kasihan.

"Dengan bukti video itu, mereka akan tampak memalukan jika tidak membelamu." timpal Jaehyun.

"Tapi masih ada yang mengomentari sikap tidak profesionalku karena memilih kabur dari acara."

"Kau mengharapkan apa? Mereka yang membencimu tetap sama akan terus mencibir setiap hal yang kau lakukan."

Percakapan mereka terhenti saat pintu ruang ganti dibuka dari luar. Taeyong melihat Jongin berdiri di sana, dengan segerombolan perempuan yang berkerumun di belakangnya. Terlihat histeris sekaligus ingin tahu tujuan pria itu jauh-jauh datang ke sini.

"Kim Jongin~ssi? Sedang apa di sini?"

Jongin menutup pintu, menahan seruan-seruan heboh di luar, dan melangkah masuk menghampiri Taeyong.

"Aku mengkhawatirkanmu setelah insiden tadi malam. Kau tidak apa-apa?"

"Selain merasa malu setengah mati?" Taeyong mengatakannya dengan nada bercanda.

"Aku tidak apa-apa. Itu lumrah terjadi di karpet merah."

"Baguslah kalau begitu." raut cemas langsung menghilang dari wajah Jongin.

"Omong-omong aku membawakanmu sesuatu." lanjutnya kemudian.

Jongin mengulurkan bungkusan yang dibawanya, dan mengeluarkan dua buah kotak persegi panjang dari dalamnya.

"Sepatu?" Taeyong bertanya dengan nada bingung.

"Ya, aku tahu. Orang-orang bilang kalau kita tidak boleh menghadiahkan sepatu pada orang yang kita sukai. Karena itu aku membelikan dua jenis sepatu untukmu."

Jongin berjongkok, meletakkan kotak-kotak itu ke lantai. Dia membuka kotak pertama dan mengeluarkan sepasang high heels berwarna merah.

"Kau bisa menggunakan sepatu ini ke mana pun kau mau. Dan saat sepatu ini membuat kakimu lelah," Jongin membuka kotak satunya.

"Kau bisa menggantinya dengan sepatu keds ini. Memakainya untuk berlari pulang padaku."

***

"Apa-apaan dengan ekspresi jijik di wajahmu itu?" tuduh Taeyong setelah dia mengantarkan Jongin ke luar.

"Aku baru tahu ada pria senorak itu di dunia."

"Kau saja yang tidak romantis." ejek Taeyong, mendorong kotak berisi high heels ke samping, merasa lebih tertarik dengan sepatu keds polos berwarna putih dalam kotak yang lain.

Taeyong mencoba sepatu itu, lalu mengangkat kedua kakinya untuk dipamerkan pada Jaehyun setelah dia selesai mengikatkan masing-masing talinya.

"Cantik kan?" tidak ada tanggapan dari Jaehyun.

"Setidaknya kau bisa mengatakan, 'apa pun yang kau kenakan akan selalu tampak cantik, Lee Taeyong~ssi'. Begitu. Kau ini benar-benar!" gerutunya.

"Apa kau pikir kalimat menjijikan seperti itu akan keluar dari mulutku?"

Taeyong mencebik. Ah, bicara dengan Jaehyun hanya akan membuatnya darah tinggi. Kenapa dia masih belum sadar-sadar juga?

Otaknya berputar, memikirkan sesuatu. Beeberapa detik kemudian_______.

"Hei, kau mau aku memakai sepatu ini untuk berlari padamu?" goda Taeyong, tertawa dalam hati, berasumsi Jaehyun akan kembali mendampratnya seperti biasa. Tapi reaksi yang Taeyong harapkan tidak terjadi. Wajah serius Jaehyun-lah yang dia dapati, serta tatapan tajamnya yang penuh intimidasi.

"Sebaliknya," Jaehyun berkata muram.

"Jika kau berniat mengenakannya, jangan pakai sepatu itu untuk berlari padaku. Tapi berlarilah yang jauh, sekencang-kencangnya, dariku. Sebelum aku berhasil menangkapmu"



TBC



Semoga kalian semua suka dengan apa yang aku tulis.
Jangan lupa vote & komen nya guys biar aku makin semangat nulisnya.
Written:Bucinnyabubu






THE ARTIST & THE BODYGUARD (Jaeyong)  Onde histórias criam vida. Descubra agora