#3 Saat bersamanya (2)

178 126 63
                                    

Luke benar - benar membuat Livana diam seperti batu. Bekas gigitan Luke pun tertampak jelas.

Dua hari sesudah kejadian itu, gigitan Luke tak kunjung pudar dan masih terlihat di Leher Livana. Lalu, Ia pun menanyakannya, "Luke! Apa bekas ini tidak bisa hilang?"

"Biarkan seperti itu dan anggap saja bekasnya sebagai tanda," Timpal Luke sembari bersiap - siap.

Ia sedikit kesal dengan jawaban ketus Luke.

-------------

Saat akan datang Fajar, Livana mendengar suara Pintu terbuka, Ia langsung menghampiri.

"Luke? Ada apa? Tumben kamu datang jam segini?"

Seketika Luke memeluk Livana dengan erat. Jantung Livana berdebar kencang, Ia kaget dengan perlakuan Luke.

Livana mencoba melepaskan pelukan itu, tapi Luke menahannya. Banyak pertanyaan muncul di otak Livana. Kenapa dia tiba - tiba seperti ini? Dia kesambet?
Lagi - lagi Livana di buat bingung dengan Perlakuaan Luke.

Pelan - pelan Livana berbicara pada Luke dan menanyakan, "Kenapa Luke? Kamu sedang ada masalah?"

"Iya."

"Aku mengerti. Apa kamu butuh sesuatu?"

"Biarkan seperti ini dulu dan jangan lepaskan pelukannya," Pertama kalinya Luke mengeluarkan suara lembutnya, itu terdengar sangat nyaman.

Kalau pun tidak tahu apa yang terjadi, tapi selama seharian ini, Livana benar - benar menemani Luke.

~ Memang benar kata orang - orang, terkadang di saat datang masalah, yang di butuhkan bukan saran
melainkan kenyamanan.~

Karena bosan, Livana tak sadar Ia tertidur. Kemudian, seseorang menyentuh hidung Livana
dan berkata, "Hey, Bangun."

Kedua pupil mata Livana membesar, Ia kaget Luke berada di hadapannya sambil tersenyum. Ini pertama kalinya, aku lihat Luke tersenyum, Batinnya.

Mereka saling bertatapan satu sama lain, di suasana seperti ini, muncul perasaan tidak biasa di Hati Livana.
Sesegera mungkin Livana mengalihkan pandangannya ke sekitar Kamarnya.

"Um, Luke? Apa kamu sudah merasa lebih baik?"

"Sudah, Livana."

Setelah itu, Luke berdiri dan memberi tanda agar Livana memegang tangannya, "Malam ini, Ayok kita pergi ke Pantai," Ucap luke.

Dengan sigap Livana pun langsung menyetujui itu. Sesampainya di sana dan saat melihat ke sekitaran, tidak ada siapapun selain mereka.

Hantaman Ombak yang besar, membasahi Kaki mereka. Di sini juga terlihat, bintang - bintang bersinar terang di langit yang cerah itu.

Livana tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, Ia selalu tersenyum ketika melihat keindahan Pantai itu.

"Cantik," Kata Pujian itu keluar dari Mulut Luke.

"Pantainya memang Cantik," Jawab Livana.

Luke menatap Livana dengan tatapan dinginnya, "Bodoh! Bukan Pantainya."

Ia langsung tersadar, perasaan Livana jadi tidak karuan. Padahal di sini anginnya cukup kencang, tapi rasanya jadi panas sekali.

Untuk menghindari perasaan canggungnya, Livana mendekat pada Luke dan berbisik, "Coba kejar aku!" Sesudah mengatakan itu, Livana segera berlari sekencang - kencangnya.

Luke berteriak, "Livana! Aku sudah peringatkan kamu, jangan pernah menantangku!" Dia berlari menyusul Livana.

Mereka menikmati waktu bersama - sama, dan tepat di Malam ini, Livana bisa melihat sifat Luke yang belum pernah dia tunjukkan.

Sembari mengatur napasnya, Livana berhenti sesaat.

"Kena deh." Luke memeluk Livana dari belakang.

"Hufttt, aku nyerah."

"Cih, lemah."

"ENGGAK!" Livana mengelak.

Sesudah itu, ketika hampir sampai di Rumah, Luke menghentikan langkahnya dan menatap Livana, Dia berkata, "Livana? Aku ingin kamu jadi Istriku."


****


Gimana? Lanjut gakkkk???


Have a nice day!
Jangan lupa follow dan vote juga

Makasih ✿

Vampire's Wife [END]Where stories live. Discover now