BAB 13 : I'm back (2)

26.9K 1.2K 26
                                    

Double update karena ngejar target biar revisi ini cepet selesai. Tapi kayaknya bakal lama karena aku masih noob dalam menulis. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya 🙏🏻

Happy reading! 🤍

****

"Pertemuan dengan vice president Tech Company dilakukan dalam dua hari mendatang. Bertempat di Century Hotel pukul empat sore, Tuan," tutur Lenia.

Arsen menerima iPad yang diberikan perempuan itu. Keduanya berada di ruang kerja Arsen di kantor—berdiri saling berhadapan. Dilihat dari pintu masuk, kesalahpahaman bisa terjadi, di mana Lenia yang membelakangi pintu menjadikan posisi keduanya seperti tengah bercumbu.

Arsen mendongak, menyerahkan iPad kepada Lenia setelah selesai membaca pembahasan. "Pastikan—"

"PAK ARSEN!"

Suara itu lantang terdengar dari ambang pintu. Arsen dan Lenia kompak menoleh ke sumber suara. Kening Arsen mengkerut melihat presensi seorang perempuan di sana. Perempuan yang kemarin sama sekali tak ada kabar bak hilang ditelan bumi. Perempuan yang membuat Arsen tanpa sadar kelimpungan mencari keberadaannya. Riweuh sekali.

"Nazeera," gumam Arsen, kemudian menoleh kepada Lenia. "Kamu boleh pergi."

"Baik Tuan," ucap Lenia.

****

"Kenapa teriak-teriak?" tanya Arsen. Lelaki itu berkacak pinggang. Setelah Nazeera tiba-tiba muncul pagi ini seraya berteriak, Arsen langsung mengeksekusinya.

Saat ini Nazeera duduk di sofa ruang kerjanya. Kepalanya menunduk. Alih-alih merasa iba, Arsen malah merasa lucu. Gadis itu terlihat menggemaskan. Kendati demikian, tetap saja lelaki itu mendatarkan wajahnya. Tak ada ekspresi di sana. Lempeng-lempeng saja.

"I-itu Pak. Tadi ada ...." Nazeera berdeham. Bingung harus menjawab bagaimana. Tidak mungkin ia jujur alasannya refleks berteriak itu adalah karena salah paham melihat posisi Arsen dan Lenia, di mana ia pikir keduanya tengah menabrakkan bibir. Nazeera menggeleng. "Y-ya ... nggak kenapa-napa sih Pak. Lagi ngetes pita suara aja tadi." Nazeera menyengir tak berdosa.

Arsen menatap Nazeera masih sama datarnya. "Tau kemarin absen?"

Nazeera mengangguk. "Tau Pak."

"Selama dua hari. Kamu tau?"

Nazeera kembali mengangguk. "Iya, Pak."

"Dan nggak izin sama sekali. Tau?"

"Iya Pak." Nazeera mengiyakan saja karena itu memang faktanya.

"Kamu tau, karena sikap yang tidak bertanggung jawab kamu ini jadwal saya berantakan kemarin?" Arsen terus merecoki Nazeera dengan berbagai pertanyaan yang tak ada jedanya.

Nazeera jengah sendiri. Gadis itu hendak protes, tapi ini salahnya. Nazeera menghela napas pelan. "Iya Ay. Maaf ...."

"A-Ay?" Arsen mengulang perkataan Nazeera. Matanya membola dengan kening mengkerut sarat kebingungan.

"H-Hah?" Nazeera otomatis mendongak. Dia mengerjap bingung. Nazeera mengigit bibir bawahnya—merutuki dirinya yang asal bicara. "A-Ay ... Ayanghaseyo," katanya tersenyum lebar.

Arsen menyipit. Lagi dan lagi dia dibuat kebingungan. Perempuan ini tidak jelas sekali. Kendati jauh dalam hatinya, Arsen salah tingkah.

"A-apa Pak?" Nazeera mengernyit ketika Arsen menyodorkan handphone padanya.

"Nomor kamu," kata lelaki itu.

"Hah?" Nazeera tidak paham.

"Minta nomor handphone kamu agar saya bisa menghubungi kamu langsung jika kejadian seperti kemarin terulang," jelas Arsen.

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang