BAB 19 : Uncontrollable

28.5K 1.2K 185
                                    

Niatnya mau update part ini siang tadi. Tapi kayaknya tidak pantas. Mau update abis lebaran tapi kelamaan. Yaudah malem ini aja. Happy reading 😔🙏🏻

****

Arsen menghela napas kesekian kali. Nazeera ini apa tidak punya rasa lelah? Gadis itu terus bicara sejak menaiki mobil. Membahas segala sesuatu yang sebenarnya tak begitu penting. Bahkan saat kini melewati hutan yang hanya disinari cahaya rembulan sama sekali tak membuat Arsen takut. Tak ada yang lebih horor dari berdua bersama Nazeera seperti saat ini.

Anehnya Arsen tak bisa marah. Dia hendak menaikkan emosi agar meledak, tapi emosi itu seolah menurunkan diri, mengubur dirinya sendiri jauh ke dasar bawah. Alhasil, Arsen hanya bergeming. Fokus mengemudi di mana hanya kendaraan mereka yang melintasi hutan di tengah malam itu. Mobil yang ditumpangi Shena dan Zelo tak terlihat lagi di depan. Keduanya melaju cepat, meninggalkan Arsen dan Nazeera di belakang.

"Pak."

"Hm."

"Pak Arsen single?" tanya Nazeera. Arsen berdeham mengiyakan. Sebenarnya Arsen sudah lelah menjawab pertanyaan random gadis itu, tapi ia memilih mengiyakan saja. Toh faktanya dia memang single. Single elit.

"Sama," kata Nazeera semringah.

"Kenapa kamu nggak cari calon suami?" Arsen nampak lelah sekali, sampai tak sadar akan pertanyaannya.

"Buat apa nyari, kan udah ada. Nih di samping saya." Nazeera mengulum senyum. "Tinggal nyari tanggal yang pas aja sih buat dihalalin."

Arsen mengerjap, tersadar. Kan! Kalau gini jadinya Arsen malu sendiri! Kenapa dia harus nanyain pertanyaan yang nggak berbobot kayak gitu sih?!! Arsen memilih diam, sama sekali tak berniat mengeluarkan suara lagi.

"Kenapa Pak?" Nazeera agak melotot ketika Arsen memberhentikan mobil tiba-tiba. A-apa ini? Kenapa Arsen berhentiin mobil di tengah hutan gini coba? Otak Nazeera kan bawaannya nggak bisa mikir positif.

"Sebentar. Saya cek dulu," ucap Arsen kemudian turun dari mobil. Namun bukannya duduk anteng di dalam, Nazeera malah ikut turun menyusul lelaki itu.

"Kenawhy Pak?" tanyanya.

"Bannya harus diganti," jawab Arsen.

Nazeera mengikuti arah pandang lelaki itu, di mana ban mobil terlihat kempes, pun tak memungkinkan jika harus dibawa jalan. Nazeera mengangguk. "Saya telpon montir—"

"Nggak usah," potong Arsen. "Saya ganti sendiri."

"Emang bisa?"

"Nggak ada yang saya nggak bisa."

Nazeera mendesis pelan mendengar jawaban angkuh lelaki itu. "Ada yang Pak Arsen nggak bisa!" kata Nazeera tak mau kalah. Arsen menoleh. Dia bergeming, tapi matanya seolah mengatakan bahwa ia mau penjelasan. "Pak Arsen nggak bisa nikah sama saya," ucap Nazeera dengan kepercayaan diri yang sudah tak dapat tertolong lagi.

"Bukan nggak bisa, nggak mau!" ralat Arsen.

"Ck, sok-sokan nggak mau. Padahal dalem hati pengen banget!" gerutu Nazeera pelan.

Arsen sebenarnya mendengar itu, namun ia memilih diam. Tak berniat membalas ataupun menghiraukan lagi. Arsen beralih menuju bagasi mobil, mengeluarkan ban serap yang tersedia di sana. "Nih."

"Apa?" Dahi Nazeera mengkerut ketika Arsen memberikan ponsel dengan flash menyala kepadanya.

"Pegangin. Saya mau ganti bannya."

"Tadi katanya bisa semua, tapi kok malah minta pegangin handphone sih!" cibir Nazeera, tapi tetap saja ia menerima benda tersebut.

Sementara Arsen memilih diam saja. Lelaki itu mulai sibuk membongkar peralatan untuk mengganti ban mobil agar bisa segera keluar dari hutan ini.

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang