6.Balapan

468 37 3
                                    

Happy reading 💙.

*
*
*

Luiva masuk ke dalam rumahnya, tanpa melihat apa apa lagi dia langsung bergegas menuju kamarnya, ia yakin pasti adiknya saat ini ada di kamarnya.

Pintu bercat putih itu terbuka, menampilkan seorang remaja laki laki yang terbaring lemah di dalamnya.
Luiva berjalan mendekati ranjang kamarnya, mendudukan dirinya di lantai dengan lutut sebagai sanggahannya.
Matanya menatap dalam adiknya yang masih memejamkan mata, tangannya terulur untuk mengelus lembut rambut adiknya, tanpa sadar setetes cairan bening mengalir dari sudut matanya.

Merasa ada seseorang yang mengelus rambutnya membuat Luke terusik dalam tidurnya. Matanya terbuka dengan perlahan, dan betapa terkejutnya dia melihat seseorang yang sangat di rindukannya ada di depan matanya sekarang.

" Kakak " panggil Luke dengan suara parau nya, yang membuat Luiva tersenyum hangat ke arah adiknya.

" Iya, ini kakak sayang " jawabnya dengan senyuman hangatnya yang belum juga pudar.Luke sontak terbangun dan memeluk kakaknya erat.

" Key kangen banget sama kakak " bisik Luke tepat di telinga Luiva.

Mendengar itu Luiva semakin mempererat pelukannya pada adiknya guna menyalurkan rasa rindu yang beberapa hari lalu terputus karena kelakuan gila sahabat sahabatnya.

Setelah kepergian orang tuanya, Luiva memutuskan keluar dari rumah ini karena trauma yang di milikinya akibat kejadian beberapa tahun silam. Dia selalu mengajak adiknya untuk tinggal bersama, tapi Luke selalu menolaknya dengan alasan tidak mau meninggalkan orang tuanya sendiri. Luke juga memiliki trauma yang besar, hingga membuatnya memiliki gangguan mental yang parah. Dia selalu berhalusinasi seolah orangtua mereka masih ada. Hati Luiva sangat sakit mengetahui kondisi Luke. Dan mulai dari saat itu dia berjanji pada dirinya sendiri untuk merawat dan menjaga adiknya, tidak akan ia biarkan adiknya terjatuh terlalu jauh dalam traumanya.

•••

Malam ini Ziva sedang keluar rumah untuk mencari udara segar setelah seharian ini dia hanya mengurung diri di kamarnya karena malas untuk bergerak.

" Huh kemana lagi ya gue, argh kenapa juga sih tadi gue harus ketemu dia " ujar Ziva kesal karena dirinya yang tidak sengaja bertemu dengan kakaknya di minimarket.

Satu ide terlintas di pikirannya, Ziva bergegas mengambil jaketnya lalu membayar minumannya setelahnya dia pergi keluar cafe dan melaju menggunakan motornya, entah mau kemana dia tapi yang pasti dia akan melakukan hal gila yang membuatnya senang.

Arena balap kali ini sangat rame tidak seperti biasanya yang hanya ada anak anak yang biasa nongkrong di tempat ini, tapi kalo ini ada beberapa orang asing yang terlihat santai duduk di atas motornya sembari berbicara entah apa yang di bicarakan.

" Woy Ziv sini " Ziva yang merasa terpanggil menolehkan kepalanya dan melihat siapa yang memanggilnya, rupanya teman lamanya yang mengatur semua balapan di tempat ini.

" Tumben kesini " ujar Vico yang tadi memanggil Ziva.

" Kenapa emangnya nggak boleh?! " ujar Ziva ketus.

" Buset sensi amat bos, pms Lo " Ziva menatap tajam Vico yang sekarang hanya cengengesan tidak jelas.

Ziva melirik keenam lelaki yang ada di sebelahnya, wajahnya nampak tak asing tapi dia lupa pernah bertemu di mana. Namanya juga Ziva pasti akan dengan mudah melupakan sesuatu. Hp dipegangnya saja dia masih panik mencari hpnya, katanya hpnya hilang padahal ada di tangannya sendiri. Apa namanya kalo bukan lola:).

" Oh ya kenalin mereka temen temen gue " ujar Vico yang sedang memperkenalkan teman temannya.

Ziva mengerutkan keningnya ketika mengingat siapa mereka ini, dia baru ingat jika keenam lelaki ini adalah siswa baru di sekolahnya.

Troublemaker girls Where stories live. Discover now