11. Tragedi

1.9K 311 115
                                    

Alarm berbunyi nyaring. Zayyan hanya diam membiarkan. Sebenarnya dia sudah terjaga dari tidurnya sejak beberapa waktu lalu, namun tak berniat untuk meninggalkan tempat ternyamannya itu. Matanya sesekali terpejam, terlihat sedang berpikir keras.

Dari arah dapur, seperti biasa, mamanya akan berteriak memanggil. Rumah kecil yang di tempati oleh dua orang itu terasa hangat di pagi hari.

"Cepat bangun, Sayang! Kamu bisa terlambat jika bermalas-malasan!"

Bukan malas, sebenarnya dia hanya sedang memikirkan bagaimana dia melewati hari. Hidupnya di sekolah menjadi tambah sulit akhir-akhir ini, sejak pertemuan keluarga beberapa hari yang lalu dan kini kurang dari 3 bulan lagi, Mereka akan resmi menjadi keluarga.

Memang, mama dan calon ayah sambungnya berpesan agar mereka bersikap baik sebagai saudara, tetapi skinship yang merasa lakukan secara tiba-tiba membuatnya merinding.

Zayyan kini telah duduk di meja makan bersama mamanya, setelah beberapa menit dalam keadaan hening. Mamanya membuka suara.

"Sayang, mamah ingin bicara serius kepadamu."

Zayyan terlihat mengangkat kepalanya dan menghentikan kegiatan makannya, lalu memperhatikan mamanya bicara.

"Paman Joon, bulan depan akan pergi ke London untuk waktu yang cukup lama. Dan dia ingin pernikahan kami dimajukan menjadi akhir bulan ini."

Persekian detik Zayyan tak dapat berpikir, tetapi akhirnya dia dapat mencerna semuanya.

"Tapi, Ma, dalam waktu yang sangat singkat ini, apa cukup untuk mempersiapkan semuanya?"

"Paman Joon sudah menyiapkan segalanya."

Zayyan tak dapat berkata-kata lagi. Karena mau tak mau, cepat atau lambat hal ini pasti terjadi. Tetapi dia tak menyangka jika secepat ini.

.
.
.

Di kediaman keluarga Paman Ha Joon.

"Kenapa tidak Minggu depan saja, Yah, acaranya?" Sing tanpa dosa berkata.

"Kau pikir acara ulangtahun! Ini saja sudah mepet untuk mempersiapkan."

"Trus, jika Ayah dan Bibi Lucy menikah, Zayyan Hyung ikut tinggal di rumah kita kan? Kita punya kamar banyak. Jika dia takut tidur sendiri, dia bisa tidur di kamarku." Dengan polosnya Leo memberikan solusi yang membuat Sing kesal.

"Untuk Zayyan, ayah tidak bisa memaksanya, tetapi ayah sangat senang jika dia mau tinggal di sini bersama kita."

"Ayah, harus katakan itu kepada Bibi Lucy!"

"Ayo! Berangkat sekolah, kalian bisa kesiangan nanti.

Mereka tiba hampir bersamaan di parkiran. Melihat Zayyan Hyung yang sedang memarkirkan sepedanya Sing tidak punya dosa langsung meninggalkan Leo begitu saja.

"Selamat Pagi Hyung."

Zayyan menoleh ke arah Sing yang saat ini tengah tersenyum manis. Niat hati ingin mengabaikan, tetapi tanpa sadar dia ikut tersenyum.

"Hyung tasmu besar sekali, biar aku yang bawakan." Tiba-tiba saja Leo menarik tas ransel kebesaran milik Zayyan tanpa dia bisa menolak.

"Hyung, jangan takut, sebentar lagi kita kan jadi saudara. jadi, Hyung tidur di kamarku kan?" Leo benar-benar gencar.

"Leo! Apa yang kau bicarakan! Kita punya 6 kamar. Biarkan Zayyan Hyung memilih kamarnya sendiri."

Keributan tak jelas berlanjut hingga Zayyan sampai di kelasnya. Mengambil tasnya dari tangan Leo yang sepertinya tak sadar karena fokus bicara dengan kakaknya. Zayyan lalu mendorong ke dua orang itu yang masih sibuk berdebat untuk segera pergi ke kelasnya masing-masing.

사랑해요, Zayyan HyungWhere stories live. Discover now