13. Hujan & Kalian

1.6K 277 43
                                    

Langit yang beberapa saat lalu tampak cerah tiba-tiba saja berganti warna kelabu. Angin pun bertiup kencang membawa dedaunan kering yang terbang melayang, jatuh menghiasi jalan yang tampak sepi. 

Zayyan sekuat tenaga mengayuh sepedanya berharap hujan turun setelah dia sampai di rumah. Seolah langit mendengarkan doa-nya, rintik-rintik mulai jatuh bertepatan dengan Zayyan memarkirkan sepeda di garasi rumah, lalu hujan turun dengan derasnya.

Zayyan termenung sesaat memandangi air hujan yang jatuh dari atap rumahnya dengan wajah sendu. Pandangannya jauh menerawang, memikirkan hidupnya yang mulai terasa sepi.

Dia akan selalu merasa seperti ini jika hujan turun, tiba-tiba merasa melow.

Beberapa bulan sudah mamanya pergi dari rumah ini, meninggalkan Zayyan dan kenangannya, sesekali mamanya menghubungi dan mengirimkannya makanan, tetapi hal itu benar-benar tak cukup untuk mengobati rasa yang kosong di hatinya.

Ujian akhir sekolah telah selesai, kurang dari satu bulan Zayyan akan lulus dari sekolah menengah atas, dan dia telah yakin untuk melanjutkan kuliah dan  mengambil jurusan baking and pastry art.

Tanpa sepengetahuan mamanya, Zayyan mencoba mendaftar di salah satu universitas ternama dan telah mengikuti test. Jika dia lolos, sepertinya dia akan pergi dari kota ini.

Zayyan sudah bertekad akan melanjutkan bisnis keluarga yang sudah turun temurun itu. Mamahnya awalnya menolak. Dia ingin Zayyan mengambil jurusan yang dia sukai, tetapi setelah mendengar alasannya, mamahnya pun terharu, tak ada alasan untuk  melarangnya. Toko yang terancam tutup itu akhirnya terlihat ramai kembali. Beberapa karyawan loyal yang sempat dirumahkan, kini kembali bekerja. Zayyan benar-benar mempersiapkan segalanya.

Membuktikan keseriusannya, dia mulai fokus di toko kue. Seperti sekarang ini, sekolah sudah mulai tidak aktif, Zayyan memanfaatkan waktu untuk pergi ke toko kue untuk bekerja setiap hari dan kembali di sore hari.

Toko kuenya tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Hanya berjarak sekitar 3 blok, membutuhkan waktu kurang dari 10 menit mengendarai sepeda.

Zayyan tersadar dari lamunan panjangnya, cipratan air hujan kini mulai membuat pakaiannya lembab, Zayyan berniat akan masuk ke rumah, namun matanya tak sengaja menatap jauh memperhatikan pepohonan yang mengayun ke sana kemari seolah tengah menari. Di tengah-tengah jalan di antara pepohonan itu tampak lampu sorot sepeda motor yang memaksa menerobos hujan.

Zayyan berkali-kali mengucek matanya, meyakinkan lagi apa benar yang dia lihat di depannya itu, semakin lama semakin mendekat ke arahnya. Dua orang tampak berboncengan motor berwana merah, senyum keduanya cerah setelah melihat Zayyan yang terpaku di depan teras rumahnya tak bergerak.

"Zayyan Hyung!! Kami datang!!" Mereka berdua kompak berteriak sebelum akhirnya memarkirkan motornya tepat di depan Zayyan.

Whatt!!! Zayyan ingin berteriak melihat kakak adik tersebut yang saat ini basah kuyup dari atas kepala sampai ujung kaki.

Bagaimana bisa mereka berdua bermain hujan-hujanan!

.
.
.

Zayyan tengah membuat susu cokelat hangat, sedangkan dua makhluk itu tengah mandi. Suara keributan di dalam sana dapat Zayyan dengar dari dapur yang berjarak sekitar 5 meter. Entah apa yang saat ini tengah mereka perdebatkan.

Awalnya mereka tidak ingin saling mengalah. Berlomba-lomba ingin mandi duluan, karena kesal melihat adegan seperti bocah itu, Zayyan menyuruh mereka mandi bersama. Mereka saling menolak. Hingga akhirnya menyerah dan masuk kamar mandi berdua dengan wajah cemberut.

"Leo! Nyalakan showerya!" Seluruh wajah dan rambut Sing telah penuh busa.

"Nyalakan sendiri!"

"Aku tidak bisa melihat! Cepat!"

"Tidak mau!"

"Lihat saja! Akan aku balas kau nanti!"

Keributan itu terus terjadi hingga 20 menit berikutnya. Akhirnya mereka keluar dari sana.

"Hyung, baju kami basah." Leo mode anak baik yang tengah laporan.

"Aku tahu, sudah aku siapkan di kamar. Kalian bisa memakainya."

Sing yang mendengar itu langsung lari ke kamar Zayyan diikuti Leo yang tidak ingin mengalah.

Tampak kamar bernuasa biru yang tak terlalu besar itu terlihat begitu nyaman dan tertata rapi. Di sudut ruangan terdapat rak buku yang sepertinya berisi koleksi dari novel dan komik kesukaan Zayyan.

Setelah sibuk melihat-lihat. Mereka menuju kasur. Di atas kasur dengan seprei berwarna biru kotak-kotak itu terdapat kaos, celana pendek juga celana dalam yang sepertinya baru---karena masih terdapat lebel di sana.

"Sing, lihatlah!" Leo mengangkat celana dalam ukuran M di depannya. "Milik Hyung sangat imut."

"Apa yang kau pikirkan? Kita coba saja dulu."

Mereka memakai kaos milih Zayyan, tampaknya pas, karena memang Zayyan suka memakai kaos oversize. Dan saat memakai celana dalam masalah terjadi.

"Leo, sepertinya tidak bisa, punyaku terjepit." Sing tampak kesusahan menurunkan lagi.

"Sama, kasian king cobraku bisa mati sesak napas." Percakapan absurd yang mungkin akan membuat orang salah paham untuk yang mendengarnya.

Tak lama mereka keluar dari kamar Zayyan. Tampak segar dan tampan. Melihat Zayyan menyiapkan makanan di meja, mereka berdua langsung duduk seperti anak kecil yang menunggu makan dengan sabar.

Zayyan tampak meletakkan kue dan susu cokelat panas di meja yang langsung di sambut antusias oleh kedua bocah itu.

"Hyung, apa sudah boleh dimakan?" Leo bertanya. Sedangkan Sing menoleh ke arah Leo dengan mulut sudah belepotan cokelat.

"Kau boleh makan sepuasnya."

Mereka tampak lahap memakan aneka kue dan roti yang Zayyan bawa dari tokonya.

Sekilas senyum Zayyan terukir saat melihat tingkah mereka berdua yang saat ini tengah berebutan kue.

Awalnya Zayyan merasa kehadiran mereka berdua adalah pengganggu selama ini, tidak jarang mereka hanya membawa masalah di hidupnya.

Akan tetapi setelah status mereka  berganti menjadi saudara tiri, Zayyan mulai merasa, jika kehadiran mereka mampu mengobati hatinya yang kosong.

Zayyan memandangi kedua adik tirinya itu dengan pandangan tak biasa. Ada banyak hal sebenarnya yang ingin Zayyan katakan. Tetapi, akhirnya dia urungkan.

Hujan masih turun rintik-rintik, sepertinya sepanjang malam akan tetap seperti ini. Sing dan Leo terlihat tengah menatap hujan dari balik jendela kaca.

"Hyung, sebenarnya kami ingin pulang, tapi lihatlah, airnya turun lagi, pasti sangat dingin di luar sana, ya, kan, Leo?"

"Iya, kami pasti akan sakit jika memaksa pulang sekarang."

Sebenarnya Zayyan juga tak akan tega hati menyuruh mereka untuk pulang saat ini, tetapi melihat alasan mereka yang dibuat-buat membuat dia sedikit kesal.

Apa katanya? Sakit? Mereka masih memikirkan sakit? Tadi siang siapa yang dengan sengaja main hujan-hujanan? Apa mereka pikir aku bodoh?

Bersambung.

A/n: Pergerakan cerita sangat lambat, aku ingin menikmati prosesnya. Aku ucapkan terima kasih untuk yang tetap setia menunggu cerita ini update.

01-08-23

사랑해요, Zayyan HyungDonde viven las historias. Descúbrelo ahora