14. Cium Aku, Hyung!

2.7K 269 69
                                    

Senja di ufuk barat menggores langit dengan warna jingga. Lampu-lampu jalan pun terlihat mulai menyala. menandakan hari segera berganti malam. Zayyan menatap jam yang menggantung di dinding yang menunjukkan pukul setengah enam sore.

"Sudah waktunya kau pulang, Nak! Kau terlalu keras bekerja." Seorang wanita yang berusia seumuran mamahnya itu menyuruhnya pulang.

Bibi Yu adalah salah satu orang yang membantu mamanya Zayyan dalam menjalankan toko kue ini, sampai rasanya jika bukan karena beliau toko keluarga ini sudah lama tutup. Beberapa karyawan lainnya terbilang masih muda, masih kerabat dari Bibi Yu dan kenalan dari mamahnya yang tahu betul bagaimana Zayyan tumbuh dari kecil hingga menjadi pemuda tampan sekarang.

Beberapa waktu lalu mereka para pekerja sempat di rumahkan saat perekonomian benar-benar terpuruk, hanya menyisakan mamanya seorang yang mengurus toko kue ini beberapa waktu lalu dibantu oleh Zayyan, namun, berkat ayah sambungnya  akhirnya toko itu kembali beroperasi normal dengan orang-orang lama dipanggil kembali dan Zayyan yang bertugas memastikan semua berjalan dengan baik.

Beberapa karyawan terlihat tengah membersihkan peralatan dan merapikan etalase saat Zayyan berpamitan,  Karena memang mereka pun sebentar lagi akan pulang.

Zayyan berjalan santai menikmati senja sembari berpikir banyak hal, kali ini dia tidak mengendarai sepedanya, entah apa yang terjadi tiba-tiba saja tadi pagi ban sepedanya bocor.

Maka, berjalan sekitar 20 menit dia habiskan kini untuk sampai ke rumahnya. Matanya yang indah sesekali menatap langit, dia tampak serius sampai-sampai tak sadar jika ada seseorang tengah memperhatikan dirinya sejak tadi,  sampai suara motor tepat di sampingnya, dia baru sadar dan menoleh.

"Naiklah, aku akan mengantarkanmu pulang." Zayyan bergeming, untuk beberapa saat dia berpikir bagaimana bocah ini ada di hadapannya.

Zayyan memicingkan matanya. Sing sepertinya peka dan menyadari jika Zayy tengah curiga.

"Aku ingin berkunjung ke rumahmu, Mama Lucy yang menyuruhku. Jika kau tidak ingin naik, aku tunggu kamu di rumah saja."

Sing berakting seolah ingin menjalankan motor dan meninggalkan Zayyan. Spontan Zayyan menahannya. "Tunggu, aku ikut!" Zayy menaiki motor hati-hati.

Senyum tak biasa merekah dibibir merah Sing. Dalam hitungan detik. Zayyan spontan memeluk erat Sing sambil berteriak kaget, dia dibawa ngebut.

Kurang dari lima menit mereka sampai di rumah Zayyan. Zayyan terlihat tengah membuka pintu sedangkan Sing tengah memegang pinggangnya.

"Hyung! Kau begitu kejam! Bagaimana bisa kau mencubitku begitu kencang. Aku rasa aku harus pergi ke dokter dan memvisumnya."

Zayyan terlihat tak peduli, memasuki rumahnya dengan santai diikuti Sing yang berjalan tak tegak. 

. . . .

"Hyung apa benar kau ingin melanjutkan sekolah ke luar kota?"

Sing tiba-tiba saja menanyakan hal itu saat mereka makan malam bersama membuat Zayyan ragu untuk mengatakannya.

"Apa mamahku telah mengatakan semuanya?"

"Iya, dan dia menyuruhku untuk menanyakan langsung kepadamu. Kapan Hyung akan pergi?"

"Bulan depan."

Tak ada suara yang terdengar setelahnya hanya suara denting garpu yang mendadak Sing letakkan di piring.

"Kenapa? Apa kau tidak lapar?"

"Hyung, sebenernya kamu menganggap kami apa?" Sing benar-benar kecewa karena baru mengetahui hari ini tentang kepergian Hyungnya yang tinggal satu bulan lagi.

사랑해요, Zayyan HyungWhere stories live. Discover now