7: MAAF

450 19 1
                                    

"Ada apa bu?" tanya Reza kepada Bu Rin yang sedang duduk sambil bermain hp.

"Nah, Reza. Nanti ibu ada rapat, kamu jaga kelas ya. Jaga baik-baik, kalo ada yang ga baik tulis aja namanya"

"Kenapa saya bu?"

"Oh iya, tadi ibu lupa kasi tau kalian kalo sekarang Reza itu jadi ketua kelas"

"Oh, jadi saya ketua kelas?"

"Iya. Selamat ya, semoga kamu bisa memimpin kelas ini dengan baik"

"Makasih bu!" jawab Reza senang. Ini pertama kalinya dia menjadi ketua kelas, soalnya dari SD selalu jadi sekretaris ato paling nggak wakil ketua kelas.

"Wih, hari bersejarah gue nih! Woohooo" ujar Reza semangat.

"Eh, bentar bentar, ini bawain punya ibu ke kantor, cari aja meja ibu ada namanya kok" ucap bu Rin memberikan beberapa dokumen kepada Reza.

"Oke bu" Reza pun membawa dokumen itu menuju kantor bersama Dika. Selesai menaruh dokumen bu Rin, Dika pergi mau ke toilet, Reza disuruh pergi aja.

Karena gabut, Reza kembali ke kantin, mengingat ada Andra yang dia tinggalin di kantin, mungkin lagi nungguin dia.

Reza sampai di depan kantin dan ada Andra yang menunggu sambil melipat tangannya di dada.

"Nah, minta minum gue" ucap Reza lalu langsung mengambil botol minum yang sebenarnya milik Andra. Andra cuman diam ngeliat Reza minum air botolnya.

"Apa? Ini minum gue kan?"

"Bukan, itu punya gue"

"Kenapa ga bilang dari tadi sih njing"

"Lo dari mana?"

"Lo denger kan tadi? Gue dipanggil sama bu Rin"

"Minta maaf"

"Minta maaf? Sama siapa?"

"Sama gue"

"Hah? Ngapain gue minta maaf sama lo?"

"Karena lo pergi ga minta izin"

"Anjir, jadi karena gue babu lo gue harus minta izin dulu sama lo?"

"Iya. Udah, minta maaf cepat"

"Iya, iya, gue minta maaf"

"Yang bener"

"Gue minta maaf yaa"

"Yang betul"

"Kakak ketos, gue minta maaf yaa, gue janji ga gitu lagi"

"Panggil gue kak Andra"

Reza menarik napas frustasi.

"Kak Andra, ketos gue, gue minta maaf yaa. Gue janji ga bakal ngulangin lagi. Oke?"

"Ganti kata 'gue' dengan nama lo. Harus sopan sama kakak kelas"

Reza menampilkan sinis terburuknya, yang malah memancing tangan Andra untuk mencubit pipi Reza. Reza hanya menghela napas pasrah agar tidak emosi.

"Kak Andra, ketosnya Reza, Reza minta maaf ya. Reza janji ga bakal ngulangin lagi"

Andra tersenyum puas. Dia pun melirik jam tangannya, sebentar lagi bel masuk.

"Udahin aja lah"

"Oke, gue maafin. Sekarang lo kembali ke kelas, ini udah mau jam masuk" ucap Andra lalu menepuk kepala Reza, tapi Reza langsung menepisnya.

"Gausah pegang-pegang" ucap Reza galak. Dia pun langsung pergi meninggalkan Andra.

"Cih, ngambek" gumam Andra sambil tersenyum.

***

Nara sedang berjalan sambil menghitung jumlah kertas yang dia bawa untuk di print.

"Lima. Sepuluh. Lima belas. Dua puluh. Dua li--aduh anjing!"

Tabrakan mengenai punggungnya. Tidak terlalu keras, tapi cukup membuat sebagian kertas yang ia bawa beterbangan dan perlahan jatuh ke lantai.

"Kan jatuh lagi anj--"

"Sorry bang Nara" ucap Bintang sambil mengambil kembali buku yang ia bawa. Lalu ia menolong Nara memungut kertas yang berserakan.

"Sorry bang, tadi gue ga fokus ke jalan"

"Ck, lain kali kalo jalan ya jalan, gausah ngeliat kemana-mana"

"Iya bang, sorry. Ini kertasnya"

"Ya. Makasih"

"Eh, eh bang Nara, tunggu bang"

"Kenapa?"

"Itu leher lo ga diobatin bang?"

"Oh, ini yang kemaren? Ngga, gue males. Palingan juga nanti sembuh sendiri"

"Ngga bang. Keknya gue liat ngga deh. Soalnya gue liat luka lo makin lebar dikit"

"Oh, gapapa. Itu karena gue garuk terus lukanya, gatel"

"Bang Nara ga ada ngecek gitu lukanya? Atau bang Nara ada ngerasa perih gitu?"

"Ada sih, kalo kena air perih, tapi gue biarin aja"

"Bang, lukanya ada nanahnya juga"

"Hah? Beneran?"

"Ini lukanya kalo ga diobatin bakalan benanah terus, ga sembuh-sembuh. Sini gue obatin bang"

Bintang lalu langsung menarik tangan Nara menuju kelasnya.

Sampai di kelas Bintang yang sepi tidak ada orang, mereka berdua pun masuk. Bintang lalu menyuruh Nara duduk di kursinya dan mengambil kotak P3K di lemari.

Bintang pun berjalan ke belakang Nara lalu memegang bahu Nara dan mengoleskan obat di lehernya. Nara menelan ludahnya melihat tangan kecil Bintang memegang bahunya.

Semuanya hening, Bintang sedang serius mengobati tiga goresan yang lumayan panjang dan sedikit bernanah di leher Nara, sedangkan Nara cuman mainin jam tangannya karena gatau mau ngapain.

Setelah selesai, Bintang kembali menaruh semuanya ke dalam kotak.

"Bang, udah" ucap Bintang.

"Oh, udah? Oke makasih. Lima menit lagi masuk kelas, temen lo kenapa belum ada yang dateng?"

"Mereka tau kalo guru bakalan rapat, jadi dilama-lamain aja di kantin sampai bel masuk"

"Oh, yaudah. Gue pergi ya"

"Iya bang"

***

KETOSNYA REZA [BL]Where stories live. Discover now