9. history

231 31 0
                                    

Rasanya baru kemarin Sunghoon memanggilnya, mengusiknya ditengah-tengah hujan.

Rasanya baru kemarin Sunoo berteman dengan Sunghoon. Rasanya baru kemarin mereka saling menukar janji dan melempar senyuman indah.

Rasanya menyakitkan bila mengingat kenangannya bersama Sunghoon.

Sunoo menangis tujuh hari tujuh malam. Bercanda haha. Mana mungkin dia kuat menangis selama itu. Namun tak bisa dipungkiri jika hatinya masih terasa pedih.

Dia bahkan enggan meninggalkan kamar Sunghoon.

Sunoo terlalu menyayangi Sunghoon.

Sunoo tidak ingin meninggalkan Sunghoon.

Sunoo ingin Sunghoon tetap ada. Dan menyangkal fakta jika anak yang ia sayangi telah pergi untuk selamanya.

Dia pergi. Dan takkan pernah kembali.

Berlarut-larut dalam kesedihan. Membuat Sunoo hilang arah, seolah berjalan tanpa tujuan. Hingga membuat Jisoo masuk campur dalam pengendalian emosi anak itu.

"Sunoo." Panggil Jisoo sembari menyibak gorden, membiarkan cahaya masuk menghapus kegelapan yang selama ini menghuni kamar anaknya.

Sunoo mengerjap kecil, mengusak mata lalu merubah posisi tidurnya menjadi duduk tatkala wanita cantik itu berdiri disisinya.

Jisoo mengelus puncak kepala anak itu dengan lembut. Bersenandung dan menyandarkan tubuh pada sandaran ranjang.

Jisoo tersenyum getir. Begitu dingin hawa ruangan ini. Sampai ia merasa Sunghoon masih ada disini.

"Ibu." Kini Sunoo yang memanggil.

Sunoo mendongak kecil. Menilik wajah Jisoo yang basah.

Sudah banyak kali Jisoo berusaha untuk bertabah diri menghadapi kenyataan yang menyakitkan. Tapi tetap saja hatinya terasa pedih, bila mengingat senyuman Sunghoon untuk terkahir kali.

Tanpa kata. Jisoo mengambil Sunoo masuk ke dalam pelukannya. Memeluk tubuh kecil Sunoo yang mungkin bisa mengobati kerinduan pada Sunghoon-nya.

"Sunoo, Sunghoon pasti sedih melihatmu seperti ini." Ujar Jisoo tak mau melihat Sunoo terlarut dalam kesedihan tanpa sebarang semangat untuk menjalani kehidupan.

"Kau anak baik, tidak seharusnya kau seperti ini. Hidupmu lebih panjang jadi gunakanlah waktu itu sebaik kau bisa." Tambah Jisoo meskipun ia juga merasakan kepahitan dunia yang belum ia ikhlaskan.

Jisoo mengelus puncak kepala Sunoo, mencurahkan kasih sayang seorang ibu pada anak walaupun anaknya telah tiada.

"Kau tidak ingin melihat Sunghoon sedih kan?" Tanya Jisoo dengan wajah sembab menilik wajah Sunoo yang ikut basah karenanya.

"Minta maaf, m-maaf, aku hanya, Sunghoon..." Bibir Sunoo bergetar tak sanggup melanjutkan kata.

Dengan sisa tangisnya Jisoo tersenyum simpul, kembali mengelus puncak kepala anak itu dengan lembut.

"Tidak apa-apa, temui aku saat sarapan." Ucap Jisoo.

Jisoo bangkit. Berundur perlahan, dan pergi dari sana. Memberi peluang bagi Sunoo untuk memikirkan ucapannya yang entah di dengar atau tidak.

Memandangkan anak itu cukup emosial. Perihal Sunghoon.

Dan kematiannya.

Sunoo tak pernah membayangkan akan jadi seperti pada akhirnya. Harapan yang ia langitkan bersama Sunghoon nyata hilang dan sirna.

Banyak waktu yang berlalu namun janji mereka tetap  menunggu, sampai tak lagi mampu untuk dihajatkan.

Sunghoon lebih dulu perpulang ke rumah tuhan tanpa sebarang harapan untuk kembali. Itu mustahil.

Luvin U (Sunsun) || REVISI 2024Where stories live. Discover now