TTM 13 - RED DAY

55 30 11
                                    

Desti salah satu teman Alvia yang berasal dari kelas 12 IPS-1 bertamu di kelas Alvia. Gadis itu menghampiri Alvia tergesa-gesa dan segera duduk menyamping di depan bangku Alvia.

"Vi! Temen lo kenapa pindah di kelas gue?" Tembak Desti.

"Gue juga nggak tau. Tadi pagi gue tanya dia nggak mau ngaku. Masa gue paksa, sih!"

"Iya ... enggak, cuman, kan lo temen satu kelasnya dia gitu," jawab Desti menopang dagu dengan satu tangan.

"Temen satu kelas nggak mesti tau masalahnya temen satu-satu, kan," cibir Alvia. Pasalnya, Desti ini si tukang gosip nomer satu. Si yang paling update dan tau satu persatu masalah teman-temannya atau percintaan mereka.

Jadi, jika ingin mencari teman ghibah, Desti jawabannya! Tetapi, dibalik tukang gosipnya Desti, otak dia juga lancar dalam pelajaran dan sering terlibat juga dalam olimpiade atau cerdas cermat bersama Alvia dan Farah.

Desti sedikit memajukan tubuhnya. Bertanya sedikit berbisik kepada Alvia yang masih duduk sendiri. "Terus ... lo sama Gilang gimana?"

Gadis itu menatap Alvia setengah mengejek juga kedua alis yang di naik turunkan membuat mood Alvia seperti roller coaster.

"Nggak gimana-gimana. Tetep, kayak tom and jerry," sahut Alvia sembari tersenyum datar.

"Tom and jerry versi romantis, ya?"

Tepat setelah itu, Desti berlari keluar tertawa senang meninggalkan Alvia yang uring-uringan di dalam.

***

Alvia menghela napas saat mengikuti pelajaran. Entah kenapa, hari ini semangatnya menurun. Mood-nya sedari pagi juga tak terkontrol.

Seperti pagi tadi dengan ibunya, Leni sedang menyiapkan sarapan untuk Herlambang serta teh hangat. Ketika Alvia keluar dari kamar, gadis itu langsung menuju meja makan. Ia langsung duduk menatap meja makan dan tak menemukan selai roti yang biasa dia makan.

"Ma, selai roti yang biasa Via makan mana?" tanya Alvia menatap Leni.

Leni menoleh sekilas. "Tinggal sedikit tadi dihabisin sama ayahmu," sahut Leni menaruh roti bakar milik Alvia di depan.

Herlambang menatap putrinya sembari menggigit roti yang sudah dioles dengan selai sisa tadi.

"Ayah makan, nggak papa?" tanya Herlambang memastikan.

Gadis itu seketika mengerucutkan bibir, menunduk. Tiba-tiba kesal karena selai roti yang biasa dia makan habis.

"Nggak papa. Toh, nanti mama beli lagi kok," jawab Alvia setengah hati.

"Vi? Nggak dimakan rotinya?" Leni bertanya. Sedari tadi ia perhatikan putrinya hanya diam tak menyentuh sarapan paginya.

"Mau dibuatin telur mata sapi aja buat ganti selai?" tawar Leni.

Alvia menatap Leni dan mengangguk. Sebetulnya, Alvia diam karena menahan tangisnya yang tiba-tiba. Gadis itu juga tak mengerti dengan dirinya sendiri pagi ini.

Hanya perkara selai habis, ia menjadi melankolis seperti ini. Alvia mencoba mengatur napas dan mengeluarkan secara perlahan.

Kali ini, di jam pelajaran sedang berlangsung, ia seperti tak bernafsu untuk belajar.

Puncaknya, ketika jam istirahat berdering Fatah pura-pura melewati meja Alvia. Diam-diam ia mencoba untuk menjahili dengan memberikan cicak mainan di pundak Alvia.

Kondisi saat itu, baik Liana, Laras, Mela dan Alvia sendiri sedang mengerjakan tugas bahasa indonesia yang belum selesai.

Entah mendapat ide dan cicak mainan dari mana laki-laki itu dapatkan. Liana, Laras dan Mela tak menyadari jika Fatah mendekat dan menaruh cicak mainan di pundak Alvia.

Tetangga Tapi Mesra [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora