Chapter 1. Tunangan yang sempurna

553 98 20
                                    

Ruang tengah, Taehyung sudah duduk menunggu Shienna untuk pergi bersama-sama. Senyuman wanita tengah menuruni tangga itu tidak lekang sedetikpun. Menemukan mama dan Haeun selesai berbincang bersama Taehyung, mama menepuk pundak Taehyung bangga, wajah sumringah mama, tawa kecil dan tatapan tenang Haeun, kemudian ketika mama pergi lebih awal Taehyung lekas membungkuk sopan.

"Pujian apa lagi yang diberikan Direktur Kang padamu, dokter Kim?"

Taehyung menoleh, melihat kearah bagaimana elegannya pecinta Dior itu dalam balutan dress vintage biru muda. Helai rambutnya terjatuh ketika menekuk lutut berdiri disamping Taehyung untuk memastikan keseriusan Taehyung mengetik sesuatu diponselnya. Bahkan hanya hitungan detik mama pergi, Taehyung benar-benar sesibuk itu.

"Tidurmu nyenyak?" Taehyung mengantongi ponsel, mengulas senyum menyentuh pipi Shienna membelainya pelan dan mencium puncak kepala Shienna tenang.

Shienna mendengus, padahal jawabannya bukan itu, seharusnya Taehyung memberitahukan kalau Mama memiliki kebanggaan terhadap Departement Forensik dan Medikolegal, tentu diluar konteks Taehyung adalah calon menantu. Namanya tengah di agung-agungkan dan sebagai orang berpengaruh terhadap eksistensi Lomanic saat ini.

Tapi kenapa Taehyung selalu membuatnya merona, dalam polesan blush on tipis namun wajahnya seperti buah persik masak merahnya. "Um, aku tidur dengan sangat baik."

Taehyung mengangguk, menggenggam tangan Shienna erat lalu keduanya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit lebih awal. Katanya, Taehyung harus ikut dalam pertemuan penyusunan pelaporan jenazah yang hari ini dikembalikan pada keluarganya. Lagipula Shienna akan berdiri sebagai perwakilan rumah sakit mengiringi sekaligus sebagai bentuk belasungkawa.

"Semalam pulang pukul berapa?" Shienna menoleh sesaat pada Taehyung menyetir disebelahnya. Kemeja beige dan celana cokelat tua, snelli miliknya bergantung dibelakang, memakai jam tangan cartier beda warna dengan yang dipakai Shienna, lalu celah mana lagi yang Shienna cari untuk ketidaksempurnaan Taehyung? nyatanya pria itu selalu terlihat sempurna dimatanya.

Membenarkan kacamata hitam dipakai, Taehyung mengambil tangan Shienna. Digenggamnya diatas pangkuan Shienna pula, "pukul empat? sepertinya aku tiba di apartement dipukul empat."

"Sepertinya?" ulang Shienna. "atau kau hanya mengirimi pesan padaku sudah di apartement dipukul setengah lima namun sebenarnya kau belum benar-benar pulang, kan?" Shienna menunjukkan kekhawatirannya lagi. "aku akan mengurangi jadwal harianmu dirumah sakit. Beristirahatlah selama kau tidak memiliki jadwal apapun."

"Shienna.."

"Tidak ada alasan. Sebagai bagian manajemen, aku memiliki hak untuk menentukan siapa yang boleh berada di ruang otopsi sementara ini. Apalagi menyangkut kesehatan seorang dokter juga."

"Sebagai bagian manajemen?" kenapa Taehyung selalu berbuat curang— kekehannya keluar serak lalu kecupan punggung tangan Shienna setidaknya dikecup tiga kali. "aku tidak mau orang-orang berpikir pihak manajemen ini telah memperlakukan tunangannya tidak professional. Mari memisahkan antara pekerjaan dan hubungan kita Shien, hum? aku akan baik-baik saja."

Shienna menghela napas, "Apa pemisahan itu termasuk pekerjaanmu yang tidak boleh aku ketahui?"

"Kita sudah membahas hal ini Shienna."

"Kenapa aku tidak boleh tau?"

"Ini ranah pekerjaan yang memusingkanmu, aku tidak suka kalau kau sampai mengkhawatirkanku lebih dari ini. Sudah ya, pembicaraan kita berakhir sampai disini."

Lalu netra Taehyung sedikit menggelap tanpa Shienna sadari. Ia menunduk, memperhatikan genggaman tangan keduanya. Taehyung tidak lagi menjawab, hanya beberapa kali ibu jarinya mengusap tangan Shienna semakin digenggamnya erat. Lalu ketika memasuki wilayah parkiran rumah sakit sekalipun, Shienna tidak mendengarkan apapun dari Taehyung. Saling diam dengan pemikiran masing-masing.

FiancéWhere stories live. Discover now