Chapter 7: Putri Direktur

366 62 14
                                    

Untuk alur campuran (maju-mundur) sepertinya harus dibaca pelan-pelan.




¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.



Siap sakit hati karena dokter Kim🙇.






Memakai celana pendek, sepatu, dan jaket, Taehyung memilih menghabiskan waktu paginya untuk berolahraga. Keliling lapangan sendirian. Memakai headset pada kedua telinga mendengarkan bunyi detak jantung manusia.

Lup-dup,

Begitu sepanjang kecepatan kaki nya semakin memelan. Keringat pada pelipis, ujung helai rambut tertutupi topi hitam merembeskan air pada bahu. Begitu pemikirannya terlalu larut pada suara jantung dari ponsel, Taehyung seolah terbawa pada situasi lain.

Sebuah kekacauan.

Dimana ia berada ditengah-tengah banyak orang, proyeksi layar terpantulkan video kejadian Vincent tengah bekerja dimeja otopsi rumah sakit Hellas.

Jajaran direksi, tim penyelidikan, surat penangkapan dan borgol diatas meja sudah siap menarik Vincent menuju meja pengadilan. Tatapannya lurus kearah tuan Hellas yang memandanginya sangat marah, matanya memerah dan kedua tangannya mengepal sangat erat.

Kalau saja Tuan Hellas bisa menembak dengan pistol milik Kepolisian, maka sepertinya Tuan Hellas sudah membuat kepala dan. jantungnya terciprat darah.

Marah, Tuan Hellas tak pernah menunjukkan ekspresi itu selama hidupnya.

"Kau ingin memberikan pembelaan dokter Kim?" namun tuan Hellas masih memberikannya sebuah kesempatan dalam neraka telah Vincent berikan untuk rumah sakit Hellas.

Kemungkinan besar Hellas akan ditutup sekaligus terjadi penuntutan dengan banyaknya jumlah ganti rugi usai pengkhianatan dilakukan Vincent.

Namun Vincent tidak memberikan tanggapan apapun, semua yang dilihatnya dari layar proyeksi tidak memiliki celah untuk memberi alasan.

Semuanya adalah fakta.

Apa yang dibeberkan dan kamera pengitai selama ini merekamnya diam-diam adalah kenyataan.

Sedetik tatapan Vincent bertemu dengan Tuan Hellas, lalu batinnya menghitung mundur dalam tiga langkah.

Tiga,

Dua,

Satu,

Aircon Cassette sangat besar seharusnya mengeluarkan udara sejuk ditengah-tengah plafon itu mendadak meledak.

Cipratan api keluar besar dalam waktu singkat. Asap menghitam dan bau gas, siraman air memgandung pemantik menyulitkan mata untuk melihat.

Pintu ruangan rapat mendadak terkunci. Hanya Vincent yang tidak bergerak dari tempat duduknya, selain Vincent, sudah terbatuk-batuk, melakukan segala cara menyelamatkan diri meskipun asap semakin mengepung dan api kian besar membakar ruangan itu untuk tempat pertama sebelum menjalarkan pada ruang dokumen dan seluruh Hellas pada akhirnya.

FiancéDonde viven las historias. Descúbrelo ahora