15. Lost Control 🔞

1K 103 55
                                    

Tiga bulan telah berlalu, kini Zayyan telah berada di kota jauh dari keluarga dan kedua adik tirinya untuk melanjutkan pendidikan. Awalnya dia benar-benar merasa kesepian, tetapi saat mengingat hari-hari sebelum keberangkatannya, sepertinya ini memang jalan terbaik sebelum semuanya menjadi semakin tak terkendali.

Zayyan yang tak memiliki pengalaman berpacaran dihadapan pada situasi di mana seseorang menyatakan perasaannya, bukan cuma satu orang, tetapi dua sekaligus, dan yang lebih gilanya mereka adalah seorang lelaki dan adik tirinya.

Masih jelas diingatan Zayy saat Sing tiba-tiba datang ke toko rotinya menjemputnya pulang, tepatnya beberapa hari sebelum keberangkatannya ke luar kota. Tidak seperti biasa Sing yang akan datang bersama Leo, kali ini dia datang sendrian.

Zayy yang saat itu sedang berbincang dengan salah satu pelanggan rotinya dikejutkan dengan kedatangan Sing yang menatapnya tajam dari balik kaca. Zayy baru menyadari jika posisi berdiri dirinya dan pelanggan itu terlalu dekat. Dia pun memilih mundur beberapa langkah, tetapi sialnya dia tersandung kaki kursi dan nyaris jatuh.

"Kau tidak apa-apa?" Tuan Lee, menangkap pinggang ramping Zayy dengan cekatan.

"A-aku tidak apa-apa." Zayy segera melepaskan diri dari posisi yang benar-benar canggung, sedangkan Tuan Lee tampak tersenyum penuh arti.

Zayy menggunakan apron cream, mendatangi meja pelanggan setelah custumer loyal itu memaksa untuk menemui pembuat roti yang sangat dia sukai.

Dia juga mengajukan beberapa tawaran baik untuk toko kue Zayy agar semakin terkenal, terakhir Zayy baru mengetahui jika lelaki itu seorang pemilik yayasan dan bisnisman yang selama ini diam-diam selalu datang hanya untuk melihat Zayy.

Mengantarkan pelanggan yang telah memborong kue dan rotinya, lelaki di awal usia 30-an itu menunjukkan sikap ketertarikan yang tidak ditutupi kepada Zayyan. Tetapi sepertinya orang yang dimaksud tidak menyadari itu.

"Kau pulang jam berapa? Bisakah aku---"

"Hyung! Ayok pulang!" Tiba-tiba saja Sing menyerobot antrian. Berdiri di antara mereka.

Lelaki itu menatap Sing tak suka, begitu juga dengan Sing yang sepertinya siap untuk berkelahi saat ini juga. Zayy yang merasakan situasi tidak baik segera mengatasi situasi cangung itu.

"Ah, Tuan Lee, sepertinya adikku sudah datang untuk menjemputku. Hati-hati di jalan. Terima kasih atas kunjungannya." Zayyan bersikap profesional menundukkan tubuhnya membuat lelaki itu mau tak mau segera pergi dari sana di bawah tatapan tajam Sing.

"Ah, Sing kau datang sendiri? Di mana Leo?"

"Aku tinggal di kantin." Seolah tak memiliki salah Sing mengatakan itu dengan entengnya.

Pada akhirnya Zayy pulang bersama Sing, seperti biasa mereka menikmati kue dan secangkir susu cokelat sambil berbincang di ruang keluarga. Zayy yang awalnya canggung dan membentengi diri dengan tembok kasat mata untuk siapa pun yang mendekat, kini menjadi terbiasa dengan kehadiran adik tirinya yang seolah menerobos paksa pertahanan Zayy itu.

"Kita ini kan saudara, Hyung!" kata andalan mereka yang membuat Zayy dengan terpaksa membuka pintu rumah dan hatinya. Ditambah kisah sedih yang mereka ceritakan tentang ibu mereka membuat Zayy yang memang berhati lembut itu merasa kasian dan empati.

Percakapan sore itu bergulir, membahas banyak hal, tidak ada yang aneh selain Zayy yang dapat merasakan mood Sing buruk setelah Sing membahas tentang pelanggannya di toko tadi.

"Hyung, kau jangan berbicara dengan lelaki itu lagi!"

"Lelaki? Siapa yang kamu maksud?"

"Yang tadi berdiri begitu dekat denganmu dan dengan beraninya menyentuh tubuhmu! Bahkan aku bisa melihat dari tatapan matanya yang selalu tertuju ke bibirmu! Rasanya ingin aku patahkan tangannya dan congkel kedua bola matanya."

사랑해요, Zayyan HyungWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu