02. KITA SATU TIM

1.4K 136 1
                                    

02. KITA SATU TIM

***


Tahun 2021

Turnamen nasional di tahun berikutnya berhasil menghantarkan Langit dan timnya kembali ke partai final.

Mempertemukannya kembali dengan Kafka Aksano, setelah di 8 besar berhasil mengalahkan tim voli milik Galen Mahendra, lalu di semi final sukses menumbangkan tim voli milik Jendral Airlangga.

Rasa bangga jelas tercetak jelas di dadanya, tersirat dengan sempurna di setiap senyumannya. Di sini lah, Langit berakhir.

Ia kembali naik ke panggung untuk mendapatkan perhargaan individunya. Disebut sebagai MVP dan maju sebagai juara pertama bersama timnya.

Dalam olahraga, pemain paling berharga atau sering disebut sebagai Most Valuable Player adalah sebuah sebutan yang biasanya ditujukan kepada pemain yang penampilannya terbaik dalam sebuah liga, baik saa berkompetisi atau pada tim.

Di ujung sana, ada Kafka yang tengah menatap Langit dengan sorot mata tajam.

Di tribun penonton sebelah barat ada Jendral yang menampilkan aura menyeramkan setelah kekalahannya.

Lalu di tribun selanjutnya ada Galen yang memicingkan matanya penuh dendam.

Lengkap sudah hadiah yang diterima Langit setelah sukses besar mengalahkan tim-tim terbaik di tingkat SMP dan sederajat yang ada di tingkat nasional.

Namun ada sesuatu yang kurang. Orang yang seharusnya datang menyemangatinya, tidak hadir hari ini. Di balik senyuman merekah Langit, ada rasa kecewa yang menanti.

Ayahnya sudah berjanji padanya bahwa hari ini akan datang sebagai supporter setianya. Yang selalu merasa bangga setiap kali Langit mencetak poin kemenangannya.

Langit tetap mempertahankan senyumannya, meski hatinya perlahan terasa sesak. Ia yang awalnya memperhatikan reaksi Kafka lama-kelamaan teralihkan fokusnya.

Kini pandangan Langit fokus mencari-cari keberadaan ayahnya di antara ribuan manusia yang hadir di sana.

“Langit.”

“Ya?”

“Ada sesuatu yang mau saya sampaikan padamu. Ini soal ayah kamu.”

“Ada apa sama bapak?”

Sang pelatih mengajak Langit sedikit menepi dari kerumunan. Entah karena alasan apa jantung Langit tiba-tiba berdebar kencang tak karuan.

Langit menggenggam erat medali yang terkalung di lehernya sambil menunggu pria itu berkata.

“Ada apa, Pak? Kenapa dengan bapak saya?” desak Langit.

Seketika matanya berembun melihat pelatihnya tertunduk dengan bibir yang seolah kaku untuk mengabarkan sesuatu.

“Ayahmu ....”

Langit menunggu kalimat berikutnya dengan perasaan yang campur aduk.

“Ayahmu kecelakaan. Saya baru saja dapat kabarnya setelah rumah sakit mengabari saya.”

Dadanya sesak. Air matanya yang dibendung sedari tadi, kini resmi meluruh disertai isakan yang tak tertahankan.

Entah mengapa takdir tak mengizinkan Langit mengekspresikan kebahagiaannya kali ini. Hari ini, hari dimana sepantasnya Langit mencicipi kemenangan, justru menjadi momen yang paling menyesakkan untuknya.

Kabar duka itu membuat Langit seketika melemas, hampir ambruk kalau saja pelatihnya tidak sigap menahannya.

Tidak tega melihat anak didiknya hancur, pria itu mencoba menghiburnya dengan sebuah dekapan hangat.

Blue SkyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora