27. HARI KEDUA

615 66 5
                                    

27. HARI KEDUA

***

Hari ini adalah haru kedua latih tanding bersama SMA Okeanos.

Langit mencoba keluar dari zona nyamannya dan ingin lebih menikmati waktu dengan Raden, sebelum teman lamanya itu kembali ke Surabaya.

Langit biasanya mengantre makan siang dan snack yang disediakan sekolah bersama kelima sahabatnya.

Namun spesial untuk hari ini, Langit yang sama sekali tidak mau melewatkan makanan gratis rela mengeluarkan uang membeli fried chicken dengan segelas ice tea yang dibelinya di kafe.

Langit melakukannya demi bisa menemani Raden makan di gazebo taman di samping gedung IPA.

Wah, Raden merasa diistimewakan karena Langit jarang—bahkan tidak pernah melewatkan barang gratisan.

Kebetulan juga timnya Raden diperbolehkan datang satu setengah jam lebih awal dari biasanya. Mereka juga diizinkan untuk menggunakan semua fasilitas yang ada di lapangan indoor khusus voli untuk latihan timnya.

Maka dari itu, saat istirahat kedua tiba, Langit bisa mengobrol sejenak dengan Raden sebelum ia mengikuti pelajaran satu jam lamanya. Baru setelah itu diizinkan pulang lebih awal untuk mengikuti latihan bersama.

Bimantara harus tetap mempertahankan mutunya menjadi sekolah unggulan terbaik yang melahirkan murid-murid berprestasi dalam hal akademik.

"Wajar aja sih, jadi sekolah termahal yang bayarannya nyaris satu milyar per-tahun. Orang fasilitasnya gila-gilaan gini," kagum Raden menyedot es tehnya.

Pertama kali tiba di sini, Raden diajak untuk mengelilingi SMA Bimantara bersama dengan semua timnya.

Selama perjalanan mereka dibuat berdecak kagum, menganga kaget, bahkan tak bisa lagi berkata-kata. Seolah semua dana yang ada, dikelola dengan baik untuk meningkatkan serta memperbaiki fasilitas yang ada di sana.

Di Bimantara tidak menggunakan pintu kayu tapi pintu kaca dengan ruangan yang kedap suara, lebih sering menggunakan lift ketimbang tangga, seluruh ruangan menggunakan AC dingin, dispenser, bahkan ada beberapa yang memakai kulkas.

Tidak ada cat dinding yang mengelupas, tidak ada platfon yang berjamur ataupun berlubang, tidak ada kerak kuning atau bau pesing di kamar mandi, bahkan tidak ditemukan tai cicak di dekat jendela.

Tersedia pula klinik dengan dokter dan perawat, sebuah minimarket yang menjual barang dengan lengkap.

Demi apapun, Raden tidak pernah menemukan sekolah yang sempurna tanpa cela seperti Bimantara seumur hidupnya.

"Luasnya aja 10 hektare cuy! Sebulan lo sekolah di sini pasti kurus nggak perlu diet," tambah Langit menggebu.

"Lo pernah nggam sih, kesasar di sekolah ini?"

"Pernah lah! Sampe sekarang malah." Langit mengangguk lalu mengunyah kulit ayamnya yang crispy.

"Ya lo bayangin aja. Bimantara punya gedung IPA sendiri, IPS sendiri, Bahasa sendiri, belum lagi gedung utama, sama auditorium yang mirip ballroom hotel. Setiap gedungnya punya 4 sampai 5 lantai. Tangga? Nggak, Bimantara punya lift."

Raden menganga mendengar cerita Langit.

"Nggak cuma itu aja, setiap klub olahraga punya lapangannya sendiri. Lapangan sepak bola ada, fulsal indoor ada, basket indoor ada, voli indoor ada, kolam renang ukuran olimpiade. Belum lagi masjid sama gereja yang di depan itu. Taman juga ada dimana-mana, belum tempat parkir yang bisa dijadiin parkiran pesawat."

Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang