3. Menulis Lagu

28 4 0
                                    

Dikarenakan jadwal yang tak sepadat biasanya, dan tak ada acara di luar, membuat Mark memiliki sedikit waktu walau masih sembari bekerja.

Seperti saat ini dimana dia dapat satu ruangan dengan putranya. Mali dengan asyik bermain, dan Mark asyik dengan merangkai kalimat demi lirik lagu.

Ya, selain menyanyikan lagu, membuat gerakan dance sendiri, Mark juga mandiri dalam membuat lagu sendiri. Tak kalah dengan lagu ciptaan produser lain, lagu ciptaan Mark juga terkenal dan sangat enak didengar.

Mali menopang dagu di atas meja, meja yang berbagi dengan sang Daddy. Mali mengedarkan pandangan studio milik Mark yang ada di agensi.

Dia memajukan bibir kesal, mengetukkan telunjuk ke dagu. Mark mengernyit bingung, netranya melirik kecil mengawasi kegiatan Mali. Pantas saja sunyi tak lagi membuat dialog kecil dengan mainan, ternyata putranya tengah mengamati sekitar.

"Lee Mali."

"Hm."

"Mali Lee."

"Huh."

"Nak, Sayangnya Daddy."

Mali memfokuskan pandangan menatap Mark, "What's up, Dad? (Kenapa, Pa?)"

Mark meletakkan pena sembarang ke meja, menyisir rambut Mali dengan jemarinya sendiri. Menatap lamat-lamat Mali, Mark menyadari hal yang terlambat dirinya sadari. Ternyata melakukan hal bersama Mali, jauh lebih menyenangkan dan candu dibandingkan dilakukan seorang diri.

"Daddy," tegur Mali kesal, karena Mark justru melamun.

Mark tertawa gemas melihat kesabaran putranya. "Mali lapar?"

Mali menggelengkan kepala, "Nope, Daddy (Tidak, Pa),"

Mark memiringkan kepala, mengernyit bingung, memindahkan tangan dari puncak kepala Mali ke dahi Mali. Mali menatap heran Mark, lalu memegang tangan Mark yang mengecek suhunya.

"Mali baik-baik saja, Dad."

Mark menatap ragu putranya. Benarkah? Lantas mengapa tiba-tiba putranya diam dan hanya mengamati sekitar?

"Mali bosan menemani Daddy?"

Sunyi bersarang cukup lama, Mali bimbang menjawab ya atau tidak. Dia menatap lekat-lekat sang ayah.

"Nak."

Mali tersenyum canggung, menampakkan sedikit gigi rapinya, "Sedikit, Dad."

Mark tersenyum maklum, mengusap surai putranya, "Mali ingin dijemput Oma atau Opa saja?"

Mali menggelengkan kepala ribut. Tidak. Dia hanya sebatas bosan, tetapi bahagia mampu melihat sang ayah bekerja.

"Tidak mau, hm?" tanya Mark memastikan, yang dibalas anggukan oleh putranya.

"Mali hanya sedikit bosan saja, Dad."

"Hm, mau Daddy hubungkan uncle-uncle?"

Mali bergeming menimang-nimang pilihan, dia rindu para paman NCT-nya. Tetapi waktu bersama Mark yang langka lebih penting.

"Tidak mau, Dad."

"Mali, ingin cemilan atau ke suatu tempat? Ah, tapi yang dekat-dekat saja."

Mali menatap datar Mark, apakah Mark kira dirinya ini atlas? Globe? Peta? Atau google maps ?

"Dad, Mali tak tahu nama tempat dekat sini."

Mark menggaruk tengkuk tak gatal, lalu tersenyum jahil. "Mali mau? Apabila ingin cemilan bisa Daddy pesankan secara online."

Masih dengan jawaban yang sama yaitu gelengan kepala. Mark dibuat bingung dan pusing, mengalahkan berhari-hari mengejar deadline demi lagi. Apakah ini pengaruh dirinya tak pernah memiliki waktu bersama Mali?

"Mali hanya ingin bersama Daddy saja."

Otak Mark tiba-tiba sulit bekerja, Mark mematung dengan tatapan datar, lidah kelu, dan hati terasa bak dihunus. Mali mengigit bibir takut dengan ekspresi Mark.

Sama seperti Mark yang tak begitu mengenal Mali melalui waktu bersama. Mali juga sulit menerka apalagi mengartikan arti tatapan Mark.

"D--Dad maaf."

Mark mengangkat kepala, kembali menatap hangat Mali kala mendengar suara menahan tangis.

"Peluk Daddy, Nak."

Mali semakin mengencangkan gigitan bibir bawahnya. Mark tersenyum, keluar dari meja dan mendekap tubuh putranya.

"Ayo kita keluar, Nak. Atau Mali mau langsung pulang ke rumah?"

Dibalik Mali yang sesenggukan, tangan Mark yang mengusap punggung kecil putranya, terdapat otak Mark yang antara memikirkan lirik lagu baru dan keinginan Mali. Mali menggelengkan kepala di balik ceruk leher Mark.

"Mali akan pulang ke rumah bersama Daddy kok bukan dijemput."

"Ta--Tapi Daddy belum selesai kerja."

Mark tersenyum haru, lalu mengusap punggung Mali. "Tidak apa-apa, bisa Daddy kerjakan nanti di rumah atau besok juga tak apa-apa."

Mali ingin egois dan kekanakan tetapi juga tak ingin Mark dimarahi. Mali kembali menggelengkan kepala menolak.

"Ma--Mali di--di sini saja bersama Daddy."

Ah, kalimat putranya yang terakhir membuat Mark ingin menangis dan memukuli dirinya sendiri.

"Benarkah tak apa, Nak?"

Mali mengangguk tak mempermasalahkan, menjauh dari ceruk leher Mark demi menatap Mark.

"Bagaimana bila Daddy bekerja di taman, supaya Mali bisa bermain juga."

Mali hampir saja menatap berbinar, tetapi kembali tersadar. Pekerjaan sang papa memerlukan kesunyian, kefokusan, dan perasaan stabil. Akankah taman tak mempengaruhi ketiga hal tersebut?

"Lee Mali. Nak, apabila yang hendak kamu katakan ke Daddy, katakanlah apa dan kapan saja, ok? Apabila Mali hanya diam, Daddy juga tak salah menerka."

Mali mengangguk paham, "Apakah tak apa-apa ke taman?"

Lagi dan lagi Mark dibuat tersenyum teduh. Bukannya dia yang memahami sang putra, ini justru kebalikannya. Sang putra yang memahami dan selalu memikirkan dirinya, sedangkan dia hanya memikirkan lagu dan bernyanyi hingga lupa alasan dia bekerja keras.

"Tak apa-apa, tapi maaf bila Daddy akan membawa ke taman belakang agensi yang sepi di jam segini."

Mali tersenyum cerah lalu mengangguk penuh semangat, "Tidak apa-apa Dad, asalkan Daddy juga ikut."

"Mali tidak takut?"

"Opa bilang lelaki harus pemberani, Dad. Kan Daddy juga di taman menemani Mali sembari menulis lagu."

Mali mengecup pipi Mark, "Semangat Daddy, semoga lagu Daddy segera tertulis. Mali tak sabar mendengarkan."

Mark dibuat terharu dengan lisan mungil sang putra. Semangatnya langsung membara, disertai ide lagu yang cerah. Tak perlu berlama-lama karena bahkan Mark langsung memiliki tiga pilihan lagu dalam sekali bikin.

 Tak perlu berlama-lama karena bahkan Mark langsung memiliki tiga pilihan lagu dalam sekali bikin

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
My Daddy Is Superhero Idol (SLOW UPDATE)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora