10. Memilih Oleh-Oleh Bersama

15 2 0
                                    

Bukan snack dengan tanggal kadaluwarsa ataupun pulsa dengan masa tenggang, tetapi memiliki secuil persamaan. Masa Daddy and Son yang Mark minta akan habis besok.

Besok... Tak ada lagi senyum manis putranya kala dirinya berbicara, tak ada lagi pula netra yang menatapnya penuh rindu. Terkadang Mark hendak mengumpat pada waktu, yang hobi sekali berjalan cepat kala senang. Tetapi terasa lambat nan memuakkan kala hal yang tak disukai.

Mali dan orang tua Mark yang berencana pulang besok siang, seketika membuat Mark memiliki ide dadakan yang sepertinya seru serta semoga tidak membosankan bagi Mali. Memilah oleh-oleh untuk yang berada di Korea Selatan. Bukankah ide ini terdengar tak begitu buruk?

Mark mengobrak-abrik koper kecil milik sang putra, mencari kira-kira baju kembaran untuk terakhir sebelum perpisahan besok. Mali mengusap-usap mata sekaligus mengumpulkan nyawa. Dia mengernyit lalu memiringkan kepala karena penasaran dengan hal dilakukan Mark.

"Dad?"

"Ya?"

"Dad."

Mark mengabaikan isi-isi koper yang berserakan. Baginya suara sang putra sekarang bagaikan alarm. Apabila Mali telah berbicara maka Mark usahakan untung langsung bertatapan dengannya.

"Why my soul?"

"Daddy melakukan apa? Mengapa hari ini Daddy juga tidak bekerja? Biasanya saja tiap menit bahkan detik bekerja. Tapi sebentar, Dad. Menit dan detik banyak mana, ya? Mali tak salah bila banyak menit bukan?"

Tangan mungil itu tak menampar paras tampan Mark, tetapi lisan mungil tersebut yang menamparnya. Tak sebatas tamparan kecil, karena rasanya hati Mark seketika jungkir-balik. Penyesalan? Ya, tentu saja ada. Kesadaran? Ah, tentu saja hal ini tak mungkin tertinggal. Barisan kalimat tamparan balik? Inipun ada. Karena Mark juga menolak kalimat putranya yang seakan menampar kegilaan kerjanya.

"Dad?"

Mark mengabaikan koper lalu menghampiri sang putra. Dia duduk tepat di hadapan Mali lalu menatap lekat-lekat putranya. Paras yang kata para teman Mark, orang tuanya, dan beberapa orang lain bila paras Mali mirip Mark.

"Nak."

"Yes Daddy. (Jangan dibaca bernada)"

"Mali mandi yuk lalu kita lanjut bersenang-senang."

Mali hampir saja hendak langsung menuju ke kamar mandi. Tetapi bukankah anak kecil itu pengingat? Apalagi topiknya masih sangat hangat, mengalahkan hangatnya roti baru keluar dari panggangan.

"Dad my question please (Pa, pertanyaanku tolong)."

Mark menganggukkan kepala membenarkan pertanyaan sang buah hati. "Ya, benar. Detik lebih sedikit dari menit, tetapi menit tak lebih banyak dari jam."

Apakah kalian menyiratkan kalimat dengan perumpamaan lain? Bila iya, maka selamat kalian sangat peka. Mungkin saja kasih sayang dari seseorang bukan dari keluarga, sangatlah legit, manis, dan hangat. Tetapi tahukah apabila selegit-legitnya sahabat, karena keluarga memberi kasih sayang tak layaknya kasih sayang.

Maka Sang Pencipta tak henti-henti menebar kasih sayang sama rata pada ciptaan-Nya. Ntah dengan mendatangkan ujian ataupun keberuntungan. Kasih sayang sesama dapat tak adil, tetapi kasih sayang Sang Pencipta terkadang dijuluki tak adil justru sangatlah adil.

"Terima kasih Daddy."

Mark menganggukkan kepala lalu tersenyum hangat sebelum pintu kamar mandi tertutup rapat. Dia kembali asyik mengobrak-abrik mencari baju kembaran. Akhirnya yang Mark cari-cari berhasil ditemukan. Layaknya kemarin kala keluar bersama sang putra, Mark dan Mali kembali tampak bak 'Daddy and son goals'.

"Dad, kita mau kemana?"

"Mali akan tahu tapi jangan jauh dari Daddy seperti semalam mengerti?"

Mali menatap bersalah Mark. Bayang-bayang Mark yang khawatir semalam, masihlah sangat jelas di benak Mali. Dia kira kesibukan Mark membuat Mark tak peduli padanya seketika walau seujung kuku.

Tak sebatas sepasang ataupun dua pasang yang menatap Mark dan Mali. Pesona ketampanan ayah dan anak itu rasanya sangat menyilaukan mata. Bahkan keberadaan kacamata hitam pada mata saja terasa tak berguna.

Mali menatap gelisah sekitar, rasanya canggung dan tak percaya diri. Dirinya memang tampan dan menggemaskan, tetapi apabila terlalu menjadi pusat perhatian juga membuatnya ingin bersembunyi.

"Dad, apakah kita masih lama?"

"Daddy."

"Dad."

Percuma. Mark telah asyik memilih-milih apa saja yang akan menjadi oleh-oleh. Jemari kecil Mali tiba-tiba ada yang mengetuk-ngetuk. Mali mendongakkan kepala menatap sang papa terlebih dahulu, sebelum menatap hangat gadis dengan rambut pirang dan bermata biru di hadapannya.

"Bolehkah kita berkenalan?" pinta sang gadis yang berusia lima tahun.

Mali melepaskan tautan dengan Mark secara perlahan, mengulurkan tangannya lalu tersenyum hangat. "Lee Mali. Panggil saja aku Mali."

Mali menatap kesal gadis di hadapannya. Jemari-jemari gembul Mali tampak meremas. Merasa ada yang kesal dengan reaksi yang dirinya berikan, gadis di hadapan Mali seketika berhenti tertawa.

"Thea."

Lama kesunyian terjadi setelah jabatan tangan tanda kenalan. Hanya suara decitan sepatu saja dari kaki Mali dan Thea.

"Mali, maukah kau bermain bersamaku? Tempat bermainnya ada di seberang toko ini kok."

Mali melebarkan mata terkejut. Dia mengedarkan pandangan mencari Mark. Beruntunglah orang-orang masih belum puas membidik kamera, sehingga Mali mampu percaya letak posisi Mark. Dia tak tega menolak karena takut menyakiti perasaan seseorang, terutama bila adalah gadis. Mali menganggukkan kepala menyetujui.

The mendapatkan keberuntungan dengan sepinya jalanan. Tetapi saat Mali hendak melangkah, mobil tiba-tiba saja melintas hingga menabrak tubuh mungil Mali. Suara benturan cukup keras membuat para penghuni pusat oleh-oleh, spontan berlari keluar guna menuntaskan rasa penasaran.

Dada Mark tiba-tiba saja dibuat sesak. Dia baru menyadari bila ternyata tangannya tak lagi ada yang menggenggam. Otak Mark seketika tak lagi memikirkan rangkaian kalimat lagu ataupun berbelanja. Putranya. Nama tersebut membuat Mark spontan berusaha keras menerobos kumpulan massa.

 Nama tersebut membuat Mark spontan berusaha keras menerobos kumpulan massa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Daddy Is Superhero Idol (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now