11. Kunjungan Ke Mama Suh

15 1 0
                                    

Beberapa hari lalu Johnny meminta tolong kepada Mark, agar sedikit meluangkan waktu dikarenakan sang mama yang merindukan Mali. Memang mereka bukanlah saudara terikat darah, melainkan grup yang diketuai oleh Lee Taeyong membuat Johnny, Mark, beserta member lain seketika merasa bak keluarga walau telah saling sendiri. Terbukti dengan komunikasi masih terjaga. Seperti Johnny tiap hari mengirimkan pesan pada Mark, agar tak lupa membawa Mali menemui Mama Suh.

"Mali."

"Wait!"

"Lee Mali!"

"Huh! If I say wait then wait! (Apabila kubilang tunggu maka tunggu!)"

"Yak! Ma--"

Mark mengatupkan kembali mulutnya, kala mendengar langkah kaki kecil yang tampak terpaksa. Hentakan dari sepatu converse kecil membuat dia yakin apabila merupakan sang putra.

Mali membuang pandangan tak berniat menatap sang Papa. Bibirnya mengerucut, dengan dagu tampak terlipat menjadi dua, dan pipi kian mengembung bak seekor ikan. Papa Mark sehabis keluar menyapa tetangga, terkikik geli kala melihat pertengkaran Papa dan anak.

Adegan masa kini membuatnya rindu dan teringat dengan masa lalu. Dimana dia bertengkar kecil dengan Mark, dan kini Mark tampak merasakan apa yang dirinya rasakan. Kekehan melewati batas menjadi tawa receh bak tawa Mark.

Mali merubah ekspresi menjadi berbinar kala melihat sang Opa walau masih cukup jauh. Mark menjatuhkan rahang kesal, karena putranya justru bersembunyi mencari perlindungan sekaligus memperlambat waktu.

"Lee Mali, ayo kita harus segera ke rumah Grandma."

Mali tak memedulikan teguran sang Papa. Dia tetap membuang pandangan seraya berkomat-kamit kesal. Ingin rasanya Mark mengigit pipi sang putra, tetapi tak tega bila sang putra kian ngambek.

"Mali tidak peduli! Mali kecewa karena Daddy tidak sabaran! Daddy mengesalkan. Mali tidak mau ke rumah Uncle Johnny dan Aunty Seulgi!"

Tak kalah renyah dari tawa sang suami, Mama Mark tertawa terpingkal-pingkal dengan aksi gemas sang cucu. Tetapi agaknya mengesalkan di mata sang putra. Mama Mark menghampiri putranya lalu menepuk bahu.

"Mali ingin di rumah Samchon Lee saja, huh!"

Mark setengah mati meredam emosinya. Dia tersenyum selebar mungkin, berharap Mali peka menyiratkan arti senyumannya. Mali melirik kecil, bahu kecil itu bergidik melihat sang Papa mulai kesal dengan dirinya. Mali kian bersembunyi di balik ketiak sang kakek.

"Let's go my soul!" pekik Mark bahagia karena pada akhirnya berhasil menggendong paksa Mali kala lengah. Tak peduli sang putra membuatnya dijadikan bahan fokus tetangga. Mark tetap menggendong Mali bak karung beras, lalu mendudukkan di kursi balita belakang kursi kemudinya.

"Are you ready my soul?"

"No!" Jemari gembul itu menekan tombol agar jendela mobil terbuka, sehingga sang Oma dan Opa membantunya. Sayang Mark terlebih dahulu menerka hobi sang putra, sehingga dia telah menggunci pintu dan jendela mobil keseluruhan. "Oma! Opa! Daddy jahat! Tolong Mali!"

"Percuma kau mengomel sedemikian rupa sedari di rumah, Nak. Kita telah tiba di rumah Uncle Johnny. Jangan lupa beri salam Grandma dan Grandpa. Lalu kecup dahi atau pipi Aunty Seulgi bukan kecup bibirnya. Mengerti?"

Johnny menggelengkan kepala heran. Sebenarnya dia sedari tadi telah berdiri bersama sang istri di samping mobil Mark. Yang kebetulan juga sang pemilik membuka jendela, sehingga wejangan Mark terdengar jelas di telinganya dan sang istri.

"John where is my baby? (John, dimana putraku?"" canda Seulgi, seakan-akan tak mengetahui bila Mali ikut serta.

Mali melepaskan sabuk pada kursi dia duduki secara mandiri. Mali memunculkan kepala melalui jendela sang Papa. "Seulgi Mommy your baby is here! (Seulgi Mommy, putramu di sini.)"

"Mark tolong bukakan pintu untuk putramu."

Mark semula meringis karena teriakkan nyaring sang putra, seketika mengangguk asal sembari menekan pintu bagian Mali agar terbuka. Johnny menggendong Mali setelah sebelumnya sengaja dia ajak berputar-putar sebelum masuk rumah.

Mark menatap haru pemandangan di hadapannya. Gambaran masa kecil, sekaligus gambaran keluarga kecil idamannya terlintas seketika. Air mata tanpa diizinkan terlebih dahulu mengalir.

"Mark, ayo masuk. Berilah Eomma pelukan. Masak hanya cucu Eomma saja yang mengecup dan memeluk?" canda Mama Johnny.

My Daddy Is Superhero Idol (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now