8.Menghabiskan Waktu Seharian

20 5 0
                                    

Tetap ku update sampai tamat walau nggak ada yang baca ninu-nini🏃

******

Mark berencana mencuri waktu saat putranya terlelap, Mark menelfon sang manajer pada waktu subuh. Tak peduli sejauh apa alam mimpi sang manajer, karena bagi Mark pertanyaannya sangat-sangat penting dan perlu langsung ditanyakan.

"Halo, Hyung."

[Hm.]

"Hyung."

[Wae.]

Mark terkekeh dengan aksi kejahilannya kali ini. Tapi bagaimana lagi, karena bila nanti maka keburu sang manajer menarik dengan aneka kegiatan.

"Hyung, aku libur ya hari ini. Apabila hatimu sangat berlapang dada, maka besok dan lusa pun."

Sial. Penuturan seketika membuat nyawa sang manager terkumpul penuh dalam sedetik. Dia seketika terduduk di kasur hotel.

[Besok?]

"Ya, hari ini, besok, dan lusa, Hyung."

[Apabila aku berkata tidak?]

"Maka aku akan merayumu sehingga mendapatkan jawaban iya. Ayolah Hyung, aku telah menghubungi CEO agensi kita juga. Sehingga keputusan hanya dari kau saja."

[Memang pihak sana menyetujui?]

Boom! Sepertinya kebohongan Mark tercium langsung. Nyatanya jawaban yang diberikan sang CEO, justru teguran bahwa tour ini untuk konser solo bukan untuk tamasya Mark. Sehingga Mark tak mengenal istilah libur, apalagi mengambil libur dadakan dimana hanya berlaku bila di Korea saja.

[Mark-eu.]

"Ah, nee Hyung. Ya, agensi menyetujui."

Walau tanpa dilihat oleh sang lawan bicara, tetapi manager Mark tetap menganggukkan kepala dari seberang sana.

[Ya sudah.]

Kening Mark mengernyit bingung, "Ya sudah? Bagaimana Hyung?"

[Ya, silakan menikmati sekilas liburanmu selama di sini. Tetapi...]

Jeda cukup lama terjadi pada panggilan Mark dan manager. Rasa kantuk Mark pun kembali hinggap.

[Tetapi sebagai gantinya kau justru sedikit lebih lama di Canada, karena kau harus menyelesaikan pekerjaan yang tertunda selama tiga hari.]

Mark menimang-nimang keputusan. Dia ingin mengajak Mali bersenang-senang sesekali, tetapi dia juga harus membayar ganti dengan pekerjaan kejar tayang.

[Bagaimana? Setuju, Mr. Mark Lee?]

"Tak bisakah aku pulang bersama putraku juga, Hyung?" Raut wajah Mark berubah sendu, dadanya terasa sedikit sesak, netranya melirik putranya yang dia kira terusik tetapi justru merubah posisi tidur.

Lagi dan lagi. Sudah tahu tak terlihat oleh netra Mark, tetapi sang manajer mengayunkan bahu dengan ringan.

[Tergantung bila kau cepat menyelesaikan, maka dapat segera bertemu Mali di Korea. Tetapi untuk pulang bersama ini berisiko, Mark. Mali terlalu dini untuk pusing dengan para wartawan. Namamu terlalu melambung tinggi, hingga barisan wartawan bak antrean sembako.]

Mark terkekeh geli menahan tawa recehnya. Penuturan sang manajer bermaksud gurauan belaka, tetapi sayangnya perumpamaan terakhir membuatnya terkekeh.

"Ya sudah Hyung, selamat kembali beristirahat hingga lusa."

Manager Mark memutar bola mata malas. Istirahat darimana bila dirinya justru tak bisa tidur. Bagaimana cara istirahat bila besok dia justru harus mengurus ulang jadwal kerja Mark.

Panggilan diputuskan dari pihak Mark. Mark tersenyum hangat sembari menatap Mali, tangan penuh urat keunguan tersebut mengusap surai kecoklatan sang putra.

"Mari bersenang-senang besok pagi, Nak," tutur Mark sebelum mengecup kening Mali.

Mali terbangun terlebih dahulu dibandingkan Mark. Sang Papa tampak masih asyik menyelami alam mimpi. Mali menatap lekat-lekat paras tampan menyerupai dirinya.

"Daddy selelah itukah mencari uang untuk Mali? Dad, Mali janji tidak akan nakal selama, lama, lama, lama, lamanya, Daddy."

Mali yang berbicara di paha Mark, membuat Mark mendekap sang putra. Sebenarnya dia telah bangun bersamaan dengan Mali, tetapi mendengar penuturan manis setelah bangun dari lisan mungil ternyata membuat raganya penuh semangat dan hatinya hangat. Mark mengecup kening dan pipi Mali penuh kasih sayang.

Mali membelalakkan mata lucu, lalu mengedip-ngedipkan mata. Sepertinya dia baru menyadari suatu hal karena dekapan Mark.

"Loh ini Daddy?!"

Mark tertawa khas kebapakan, "Yaps, it's me my baby (Ya, ini aku sayangku)."

Mali mengucek-ucek matanya berulangkali guna memastikan.  Mali menjauh dari Mark, dia menuju ke kamar mandi guna mencuci muka. Barangkali dengan cuci muka, netranya lebih jeli.

Mark menggelengkan kepala gemas. Gemas. Sangat gemas. Kaki gembul Mali menapaki ubin kamar dengan berlari kecil.

"Bagaimana sudah segar, Nak?" tanya Mark dengan menahan tawa.

"Daddy?"

"Iya Nak, ini Daddy. Mau kamu jutaan kali ini benaran Daddy, Sayang."

Mali mengusap-usap dagunya dengan jari telunjuk dan ibu jari. "Hm, apabila bohong hidungnya panjang melebihi Pinokio?"

Mark tersenyum mengayunkan tangan, agar Mali kembali mendekat. "Ini Daddy, Sayang."

"Daddy tak kerja? Ah, tidak bukan karena Mali tak suka bersama Daddy hanya--"

Mark menepuk-nepuk kepala Mali, "Hari ini, besok, dan lusa adalah hari Mali bersama Daddy."

Netra bulat Mali seketika berbinar. Waktu yang dirinya impi-impikan akhirnya tiba. Waktu yang konon kata sang teman adalah terindah dari terindah.

"Mali, ingin apa?"

"Semua hal asal bersama Daddy. Tapi Dad, Oma dan Opa?"

"Mereka akan beristirahat, Sayang. Ingin bersama Oma dan Opa juga?

Mali menimang-nimang pilihan hatinya. Oma dan Opanya perlu beristirahat, dirinya ingin menghabiskan waktu bersama Mark, tetapi dirinya juga takut. Takut bila tiba-tiba sang Papa menghilang dengan pekerjaan.

"Tapi kenapa Daddy di sini? Apakah pekerjaan Daddy sudah selesai?"

Mark tersenyum kecut. Putranya bahkan menanyakan mengenai dirinya tanpa bosan, sedangkan Mark hanya sibuk mengurus pekerjaan. Sepertinya dia harus mulai perlahan berubah seperti perkataan Johnny.

"Iya, Nak."

Maaf telat update dikarenakan puyeng cari cara nonton Suju, NCT all unit, dan RIIZE😭

Maaf telat update dikarenakan puyeng cari cara nonton Suju, NCT all unit, dan RIIZE😭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Daddy Is Superhero Idol (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now