17. Kegaduhan Pagi Hari

14 0 0
                                    

Mentari mulai menyingsing di cakrawala, melukis angkasa sebelum siap menampar dengan teriknya. Hampir saja tangan besarnya hendak menindih sang buah hati. Mematikan alarm berkarakter singa, hasil hadiah fanmeeting -nya ntah saat dimana karena Mark pun lupa.

Mark bergeming dalam posisi terduduk, melarutkan lamunan kala teringat kejadian semalam. Pergerakan tiba-tiba Mark membuat Mali seketika menyesuaikan cahaya pandangan.

Mali mengernyitkan dahi secara tajam, netranya juga berulangkali mengucek-ngucek memastikan kefokusan objek pandang. Merubah menjadi posisi tengkurap sembari memiringkan kepala menatap lekat-lekat sang papa.

"Dad."

"Daddy."

"Lee Minhyung!"

Bukan-bukan ini bukanlah teriakan dari si menggemaskan Mali. Melainkan teriakkan ini dilakukan oleh wanita tengah bersandar pada pintu. Pergerakan menekan kenop pintu dilakukan sunyi senyap, membuat ekspresi antara Mali dan Mark kompak sama.

"Ma--"

Menulikan pendengaran dengan sapaan terkejut  dari sang cucu dan putra, yang mengucapkan sama-sama dua huruf belaka. Tetapi memiliki arti panggilan berbeda. Mama Mark memilih langsung mendekati putra dan cucunya.

"Mali sudah cuci muka atau belum?" Pertanyaan dari sang Oma dibalas dengan cenggiran polos Mali.

"Mandi sekalian lalu ganti baju seragam dan ke bawah. Mengerti, Sayang?"

"Siap laksanakan, Oma."

"Lakukan." Sesuai perintah sang Oma. Mali seketika mencari bibi pengasuh terkadang mengurusnya kala sang Oma atau Opa sibuk.

Mama Mark menatap tajam sang putra, sebelum perlahan duduk di ujung kasur agar berhadapan dengan sang putra.

"Wanita bermata kucing di meja makan siapa, Lee Minhyung?"

Mark membelalakkan mata terkejut. Apakah berarti kedua orangtuanya melihat Yeji? Kapan? Apakah saat malam hari atau baru saja? Apabila reaksi sang Mama demikian, lantas bagaimana reaksi sang papa?

"Oma! Mengapa ada Noona cantik dengan mata kucing?!" teriak Mali dari arah meja makan.

Mark menghela nafas pasrah merasa setengah frustasi, dengan awal pagi hari yang menurutnya sangat mengesalkan.

"Turun, jelaskan, dan tindakan Lee Minhyung tidak hanya sebatas membisu!" Terkesan sarkas dan kasar memang, tetapi Mama Mark tak suka bilang sang putra berbohong, bermain di belakang, dan terkesan bermain kotor.

Bak mengamati suatu nilai karya lukis dari seniman baru. Dengan nama belum melambung, tanpa bakat turunan, masih pemula, sedikit pengagum. Papa Mark tak mengedipkan mata dan mengendurkan rahangnya yang mengetat. Mali dengan santai menikmati sarapannya sembari mengamati wanita membuatnya menjerit terkejut sehabis bersiap sekolah. Yeji dijadikan objek fokus tampak acuh dan justru menatap lurus saja.

"Apa yang hendak kau lakukan duduk di sana? Putramu saja tak pernah kau temani, tetapi bisa-bisanya kau membawa pulang wanita tengah malam! Siapa yang mengajarimu demikian Lee Minhyung!" bentak Papa Mark langsung, kala melihat Mark hendak duduk di samping Yeji.

Mama Mark memang kesal tetapi dia ntah mengapa jauh lebih kesal sang suami membentak buah hati mereka. Kekesalan menampar menyadarkan keheranan, mengenai bagaimana bisa Papa Mark bisa tahu.

Mark menggeram dengan menggenggam erat kuku-kuku tangannya hingga urut menonjol. Tegang suasana meja makan agaknya membuat keempat orang dewasa, melupakan bila masih terdapat Mali menyimak. Bahkan Mali diam-diam tengah meredam ketakutan melihat urat-urat sang papa. Pemikiran salah paham membuat Mali tak nafsu makan.

"Permisi. Bolehkah Mali berangkat sekarang bersama supir?"

"Berangkat bersama Daddy saja sekalian, My Soul."

"Biar Opa antarkan, Nak."

Papa dan anak itu spontan mengucapkan penawaran untuk orang sama dengan kalimat berbeda. Mali mengigit bibir bawahnya ketakutan. Mali menatap liar sekitar asal bukan ke keempat orang dewasa.

"Ma--Mali takut. Bye-bye Oma, Opa, Daddy, Noona cantik," pamit Mali langsung berlari keluar mencari sang supir.

Papa Mark menatap lekat kepergian sang cucu, tengah mondar-mandir mencari supir seorang diri. Memastikan sang cucu telah berangkat bersama sang supir, membuat Papa Mark kembali ke sang putra..

"Begini kelak kau berharap Mali akan mencontohmu, Lee Minhyung?!"

"Pa, tenanglah," ucap Mama Mark menegur.

Papa Mark melirik kesal sang istri lalu menghela nafas panjang. "Singkirkan wanita atau gadis itu dan jangan bawa kemari. Atau kau yang tak perlu kemari lagi. Yang tentu saja juga tak perlu bertemu cucuku lagi!" perintah Papa Mali. Tak ingin dibantah oleh siapapun membuat Papa Mali berlalu meninggalkan meja makan.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Feb 24 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

My Daddy Is Superhero Idol (SLOW UPDATE)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz