{5🍃}

230 39 0
                                    

Chapter 5 : Badai Dan Kenyamanan.

Vote dulu sebelum di baca ya!





[🌿𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐! 🌿]

Di malam hari

Di bawah langit yang berbintang, dalam kenyamanan kamarnya, gadis itu tidur nyenyak di atas lantai kayu. Selimut lembutnya membungkus tubuh gadis itu dengan nyaman, dan ia bisa merasakan kepalanya meleleh dengan nyaman ke dalam ketebalan bantalnya.

Namun, rasa kenyamanan ini tidak akan berlangsung selamanya. Kilauan kilau bulan dengan cepat diselimuti oleh awan badai yang berkumpul di langit. Hujan mulai turun dari langit, menumbuk atap rumah gadis itu dengan agresif seperti batu bata yang jatuhan.

Pemandangan yang tadinya berbintang, kini ditimpa oleh badai yang dahsyat.

Angin-angin mulai bertiup kencang dan masuk melalui jendelanya lalu menabrak nya ke tembok rumahnya, dan dapat membangunkan gadis itu dari tidur nyenyak nya.

Mata gadis itu lalu terbuka, bingung. Tetapi, ketika ia mendengar suara guntur yang menggelegar di luar rumahnya, gadis itu langsung merasakan jantungnya berdebar ketakutan.

Badai Petir.

Ledakan petir itu pun menghantam lagi, menyebabkan gadis itu tersentak. Membawa kaki Anda ke dadanya dan menutup telinga dengan erat saat ia berbaring dalam posisi janin, gemetaran.

Badai petir seperti ini tidak menghasilkan apa-apa selain membawa gadis itu kembali ke ingatan yang, Yang tidak menyenangkan. Ia emang takut terhadap petir.

Gadis itu pun bersembunyi di bawah selimut miliknya, seolah memberinya suatu bentuk perlindungan. Tapi saat ia menggeser tubuhnya, ia tidak sengaja menabrak seseorang dihadapan nya.

Penasaran, ia pun membuka kedua matanya dan melihat tubuh Rimba yang masih tertidur, posisinya pun menghadap kedepannya, mata gadis itu pun melembut.

Ia pun menghela nafas lelah, dan setelah itu dikejutkan oleh suara guntur yang tidak terduga. Mau tidak mau gadis itu mengeluarkan teriakan singkat dan sebelum ia cepat menutup mulutnya dengan tangannya.

Sayangnya, terlambat karena teriakannya telah mengganggu tidur damai lelaki itu.

Dan lelaki itu mulai terbangun, matanya terbuka untuk menemukan gadis itu di depannya.

"[Name]?" Tanyanya, menguap sebelum duduk dari posisi tidurnya.

"Ah! Maafkan aku karena telah membangunkan mu dari tidurmu itu, aku sangat menyesal." Gadis itu panik dan mulai berjalan selangkah mundur darinya. Tapi sekali lagi guntur terjadi, dan membuat gadis itu ditinggalkan dalam keadaan ketakutan, tidak tahan lagi, ia jatuh berlutut.

"[Name]!" Rimba segera melempar selimutnya ke samping dan bergegas ke [Name], rasa sakit dari lukanya telah terkalahkan dari rasa khawatirnya kepada gadis itu.

Seolah ingin melindungi gadis itu, Rimba pun memeluknya dan meletakkan kepada gadis itu di dada kanannya lalu bertanya kepadanya.

"Ada apa denganmu??" Tanya Rimba dengan lembut kepadanya sambil mengelus kepalanya dengan menggunakan tangan kirinya, tetapi gadis itu tidak menjawabnya dengan perkataan ia hanya menggelengkan kepalanya, ia pun menggumamkan namanya dengan napas yang terengah-engah.

"Rimba.."

"Kamu bisa kembali tidur, jangan khawatirkan ku. Nanti aku akan kembali normal kok.." Bisik gadis itu sambil menunjukkan senyum lembut untuk menghentikan rasa khawatir dari lelaki itu.

"Tidak mau." Jawab singkat Rimba, tidak mampu memaksa dirinya untuk meninggalkan gadis itu dalam keadaan begini, ia malah mempererat pelukkannya.

"Aku selalu memeluk saudara ku seperti jika mereka sedang bersedih atau sedang berada dalam masalah, dan aku senang karena mereka telah berhenti untuk bersedih setelah aku melakukannya dan itu membuatku lega." Ujar Rimba dengan lembut.

Gadis itu pun membalas pelukkannya, dan meremas pelan pakaian bagian belakangnya, Sambil menahan air mata gadis itu berkata.

"Terima kasih.." Sebelum membiarkan gadis itu bersandar ke bahu Rimba, Rimba merasakan kelembapan air matanya di pakaiannya.

"Rimba, apakah aku telah membebanimu?" Tanya gadis itu.

"Tentu saja tidak, setidaknya biarkan aku membalas budi mu dari yang kau telah lakukan banyak untukku." Kata Rimba tertawa kecil.

Gadis itu pun tersenyum senang kepadanya.

"Kau tidak harus melakukan apa pun untukku, waktu yang kuhabiskan bersamamu.. Itu sudah lebih dari cukup." Ucap [Name] kepada Rimba, sebelum tangannya yang meremas bagian belakang pakaian Rimba telah berjatuh ke lantai.

"[Name]?" Panggilan Rimba kepada mu. Tetapi tidak tersampaikan karena kau telah tertidur di pelukannya. Ia pun mulai membaringkan tubuh gadis itu lalu mengambil selimut nya lalu mamakainya kepada mereka berdua, dan ia juga memeluknya agar sang gadis tidak merasa kedinginan.

"Tidurlah yang nyenyak, bungaku yang berharga." Gumam Rimba dengan tersenyum lega dan sebelum ia juga tertidur bersamanya.





[🌿𝚃𝚘 𝙱𝚎 𝙲𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍🌿]

𝐓𝐡𝐞 𝐖𝐚𝐫𝐫𝐢𝐨𝐫 || 𝘙𝘪𝘮𝘣𝘢 𝘟 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum