{6🍃}

227 38 0
                                    

Chapter 6 : Rasa Panik.

Vote dulu sebelum di baca ya!





[🌿𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐! 🌿]

Saat matahari pagi merayap melalui bukaan jendela gadis itu, kehangatan lembut memenuhi ruangannya.

Kedua matanya mulai terbuka perlahan-lahan, dan menyesuaikan dengan cahaya lembut kamar dia, ia menemukan dirinya di atas tempat tidur punya dia, terbungkus lembut di selimutnya.

Gadis itu pun menguap, lalu bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk, kemudian ia mulai melihat sekitarnya dan ia tidak menemukan sosok lelaki rambut hijau itu.

Ia pun mulai panik plus khawatir, apakah ia telah pergi? Tetapi setidaknya ia harus membiarkan lukanya sembuh total terlebih dahulu, bahkan pakaiannya yang sudah dijahit oleh gadis itu sudah tidak ada.

Gadis itu hanya menghela nafas pasrah, ia masih khawatir dengan lelaki itu. Bagaiman jika lelaki itu telah di serang lagi? Atau mungkin ia terluka lagi? Gadis itu pun mulai menepuk kedua pipinya dengan tangannya untuk menghilangkan pikiran itu.

"Ukh.." gadis itu meringis pelan sambil mengelus kedua pipinya, ia sepertinya terlalu kencang menepuknya.

Namun, gadis itu pun memutuskan untuk memulai aktivitasnya tetapi sebelum itu ia harus membersihkan badannya atau mandi terlebih dahulu, ia pun mengambil handuknya dan mulai menuju kamar mandinya.

Beberapa menit telah berlalu, gadis itu telah selesai mandi, ia mengeringkan tubuh dan rambutnya dengan menggunakan handuknya, gadis itu pun menggunakan pakaian yang sama. Dikarenakan ia tidak memiliki pakaian yang lain, dan tidak lupa dengan syal yang ia selalu pakai itu.

Setelah selesai menggunakan pakaian, ia pun mulai menuju pintu rumah nya dan memegang pegangan pintu tersebut, ia sudah memperbaiki pintu itu sejak ia sambil membersihkan rumahnya.

Gadis itu pun membuka pintunya perlahan dan cahaya matahari pun menyambut nya, gadis itu merasa hangat, ia pun sudah berada diluar rumahnya dan mengangkat kedua tangannya dan menurunkannya seolah ia sedang melakukan pemanasan sebelum memulai aktivitasnya.

Tanpa gadis itu sadari, ternyata seseorang telah berada dibelakangnya, ia menyeringai sebelum mengagetkan gadis itu.

"Boo!" Lelaki itu mengagetkan gadis itu dengan memegang pundak sebentar, gadis itu berteriak lalu setelah mengetahui bahwa itu Rimba, ia pun cemberut kesal. Lelaki itu hanya menertawakannya.

"Ini masih pagi loh, dah main kagetan aja ihh.." Ucap [Name] kesal.

"Hehe maafkan Rimba, habisnya Rimba ga mungkin ninggalin sebelum berterima kasih kepadamu. Apakah kamu khawatir aku telah pergi?" Kata Rimba dengan wajah yang bercanda.

"Umm..." Gadis menyembunyikan bagian wajahnya yang merona tipis dengan syal nya, ia pun melanjutkan kata²nya.

"Tunggu.. Apakah lukamu itu sudah baik² saja Rimba?" Tanya si gadis balik kepadanya.

"Sudah baik kok, ini juga berkat bantuan darimu." Jawab Rimba tersenyum lembut.

"Syukurlah kalau begitu..." Leganya.

"Kau emang sebaiknya tidak lama berada disini."
Gumam gadis itu dengan wajah datar dan ia mulai melangkah pergi dari Rimba.

"Hey [Name].. Tunggu tadi kau bilang apa? Dan kau ingin kemana?" Tanya Rimba mengikutinya dari belakang.

"Tidak bilang apa² kok hehe, aku ingin menanam sesuatu di kebun ku." Jawab [Name] dengan senyumnya.

"Maka biarkan aku membantumu." Kata Rimba dengan berharap.

"Haha baiklah, tetapi jika kau merasa luka mu masih sakit jangan memaksakan diri yaa, ayo mari kita kesana" Ajak [Name] kepada Rimba.

[Name] setelah memberi tahu itu ia memulai langkah menuju ke kebunnya, Rimba pun mengangguk lalu mengikuti langkah gadis itu menuju kebunnya.

Selama perjalanan tidak ada yang berbicara karena mereka berdua saling menikmati udara di pagi hari itu, [Name] berjalan sambil memasang wajah yang senang.

Rimba yang menyadari wajah gadis itu, ia pun menatapnya dengan perasaan senang, sepertinya gadis itu sudah melupakan apa yang terjadi pada badai semalam, tapi emang sebaiknya begitu saja, gadis itu tidak cocok jika sedang bersedih pikir si Rimba.

🌿🌿🌿

"Hah..akhirnya kita telah sampai ke kebun ku- apa?!" Kaget si [Name].

Rimba yang melihat [Name] terkaget, ia pun mempercepat langkahnya dan sudah berada di sampingnya. Ia pun dapat melihat kebunnya dan ikutan terkejut.

Kebunnya milik si [Name] telah menjadi berantakan, tanaman yang telah ia tanam telah hancur dan berserakan dimana². [Name] yang mengetahui itu ia pun merasa sakit hati ia merawat kebun itu dengan sendirinya dan itu butuh usaha yang besar baginya dan sekarang mereka sudah hancur di depan matanya.

"Apakah ini karena badai semalam?" Pikir Rimba, lalu ia menoleh ke [Name] yang masih terlamun melihat kondisi kebunnya.

[Name] begitu kaget dengan apa yang telah terjadi ke kebunnya dan melamun, ia tiba² mulai terbatuk-batuk. Ia terbatuk-batuk hingga hampir tidak punya waktu untuk bernapas di sela-sela setiap batuk.

Ia memegangi perutnya sambil berlutut, ia hampir terjatuh ke tanah untung Rimba cepat menangkapnya dengan melingkar lengannya di leher sang gadis lalu menyederkan kepalanya di dadanya Rimba.

"[Name]! Apa kau sakit!?" Tanya Rimba sambil meletakkan tangannya ke dahi sang gadis.

[Name] tidak sempat membalasnya karena ia terus terbatuk-batuk, [Name] pun meletakkan tangannya di depan mulutnya, berharap itu akan menghentikannya. Setelah beberapa menit akhirnya berhenti.

"A-aku tidak apa-apa Rimba, ini s-sudah biasa kok bagiku." [Name] yang masih menutup mulutnya, berusaha untuk bangkit namun ia terlalu lemas saat ini, ia pun hanya bisa pasrah di tangan Rimba, dengan tatapan melemah, tangan yang menutupi mulutnya pun terlepas dari mulutnya.

Rimba memasang ekspresi yang ngeri ditambah panik dan matanya melebar setelah [Name] melepaskan tangannya dari mulutnya, terdapat darah yang menetes dari mulut [Name].

[Name] merasa pusing. Dan pandangannya mulai memburam dan menjadi hitam, tetapi sebelum sepenuhnya hitam ia terakhir kali mendengar Rimba memanggilnya dengan wajah yang panik.





[🌿𝚃𝚘 𝙱𝚎 𝙲𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍🌿]

𝐓𝐡𝐞 𝐖𝐚𝐫𝐫𝐢𝐨𝐫 || 𝘙𝘪𝘮𝘣𝘢 𝘟 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳Where stories live. Discover now