CHAPTER 15 - MAU DI MANJA

328 39 0
                                    

Jendela ruang rawat sengaja di buka sedangkan pendingin ruangan di matikan. Kedua orang tua Alan dan Dokter sudah keluar dari ruangan Alena beberapa jam yang lalu. Alena belum tertidur dan hanya duduk bersandar di ranjangnya sambil memperhatikan suasana malam yang begitu tenang.

"Kamu harus kembali ke rumah besok pagi, Alan." Kata Alena pada remaja yang berbaring sambil memeluk pinggangnya.

"Ung~" Desah remaja itu seperti kucing malas. "Alena tidak suka aku disini?" Tanyanya.

Gadis itu hanya menghela nafas berat dan mengusap kepala remaja itu pelan. Matanya beralih pada luka di bagian tengkuk Alan yang membentuk pola seperti sebuah Bulan sabit. Luka yang disebabkan oleh Alena, hal itu selalu membuatnya merasa bersalah pada Alan karena hampir membunuhnya.

"Alan.. bagaimana jika aku pergi dari sini saja-?!!"

Ucapan Alena belum selesai saat tubuhnya tiba-tiba di tekan dengan kuat dibagian bahu kanan dan kiri oleh tangan Alan. Mata remaja itu kini berubah menjadi tajam dan hawa di sekeliling tubuhnya menjadi gelap.

"Dimana kamu mau pergi, hm?" Bisiknya di samping telinga gadis itu. "Aku akan mengurung kamu jika kamu mencoba melarikan diri dariku, Lena."

Alena tercengang dan tubuhnya tidak bisa digerakkan. Dia curiga Alan bukan manusia dengan kekuatan yang sekuat ini, bahkan dia yang seorang Naga malah kewalahan.
"Lepaskan aku!" Seru gadis itu sedikit kesakitan.

"Lena hanya bisa menjadi milikku dan selalu di sisiku, jangan coba-coba untuk melarikan diri."

Setelah mengatakan kalimat itu, Alan langsung mendekatkan bibirnya di leher Alena dan mengigit leher gadis itu kuat.

"Ah~" Mata putri Naga itu melebar karena kelakuan remaja di depannya.

Tiba-tiba dari leher Alena muncul cahaya merah yang bergerak membentuk sebuah pola. Alena merasakan tubuhnya mulai terasa panas dan seolah di rangsang oleh sesuatu untuk mencium bibir dingin remaja di depannya. Dia buru-buru menghentikan pikiran buruknya itu dengan mengigit bibirnya kuat.

Tangan Alan terulur dan mengusap bibir gadis yang berusaha menahan sesuatu dalam dirinya. Semakin lama keduanya dalam posisi itu, semakin kuat pula rangsangan yang menyiksa pikiran Alena.

"Hah...hah..hah..." Alena mengangkat pandangan matanya hingga dia menyadari bahwa mata Alan bukanlah biru lagi melainkan emas yang sangat aneh.

BRAK!

Atap ruang rawat tiba-tiba hancur karena ulah seseorang yang menerobos masuk dari atas sana. Alena segera mendorong tubuh remaja itu dari atas tubuhnya dan meraihnya untuk bersembunyi di belakang gadis itu.

Alena menarik pedang dari ruang dimensi miliknya. Sebuah pedang dengan bilah hitam pekat dan gagang berwarna merah darah. Alena memasang posisi siaga sambil mengawasi sosok yang tertutup oleh debu. Sirene rumah sakit sudah berbunyi dan tidak akan lama lagi para penjaga akan tiba.

Tiba-tiba sebuah suara yang akrab di telinga gadis itu muncul dari arah dalam debu didepannya.

"Aku menemukanmu, Adikku."

Perlahan debu mulai menghilang menampilkan sosok tinggi tegap dengan pakaian tradisional. Rambut merah menyala dengan simbol di pipi kanannya dalam bahasa kuno naga.

"Waktu bermainnya sudah selesai Adikku, sekarang kamu harus pulang denganku."

Alena terkejut dengan kemunculan sosok didepannya. Dia tidak menyangka bahwa Evan akan datang ke dimensi ini dan hal itu bukanlah sesuatu yang bisa di lakukan oleh Raja sekalipun.

"Ka-Kakak?" Gadis itu menjatuhkan pedang di tangannya dengan tubuh membeku.

Evan menatap sosok adiknya yang tumbuh dengan baik terlihat dari gumpalan kenyal di bagian pipinya dan kemerahan di wajahnya, berbeda dengan saat dia masih di wilayah Naga.

THAT'S YOU !!!MY VILLAINSOnde histórias criam vida. Descubra agora