Chapter 4-KELUAR ISTANA

993 140 6
                                    

"Alena, kau yakin ingin keluar seperti ini?" Tanya Velix yang menatap gadis didepannya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Alena, kau yakin ingin keluar seperti ini?" Tanya Velix yang menatap gadis didepannya.

Di pagi-pagi buta dimana semua orang sedang terlelap. Alena menculik Velix dari rumahnya. Gadis itu menarik remaja yang lebih tinggi darinya pergi ke arah hutan.

"Kamu mau membunuhku diam-diam rupanya." Kata Velix dengan nada bercanda.

"Jangan bicara saja, cepat bergerak!" Seru Alena pada remaja itu.

"Beritahu dulu kenapa kita ada disini? Kau itu sedang jadi pelaku penculikan loh~"

"Diam."

Alena sampai di depan rawa beracun. Gadis itu membuka pakaian luarnya dan hanya menyisakan pakaian dalam yaitu gaun tidur panjang. Wajah Velix memerah dengan aksi berani yang dilakukan olehnya.

"Woi!! Aku ini laki-laki, kamu kok bisa buka baju sesantai itu?!"

Alena tidak menjawab apapun. Dia masuk ke dalam rawa dan tenggelam. Velix yang melihat kejadian itu awalnya berpikir bahwa gadis kecil itu mencoba bunuh diri dan hanya diam menonton. Tetapi semakin lama waktu berlalu, dia semakin panik.

"Alena!"

"Berhenti bercanda!"

"Ayo keluar dari sana!"

Velix semakin panik karena tidak ada tanggapan dari orang lain. Dia mencoba melepaskan pakaiannya dan masuk ke rawa beracun, sebelum sesuatu atau sosok merah melesat masuk melompat ke dalam sana.

BYUR!

Velix terpaku di tempatnya dengan pemandangan tersebut. Dia baru pulih setelah melihat cahaya merah yang menyilaukan keluar dari dalam rawa.

BOOM!

Seekor naga raksasa bersisik merah dengan sepasang sayap mengepak keluar dari dalam rawa. Naga itu mendarat jauh dari lokasi rawa dan membuka mulutnya. Alena meluncur keluar dari dalam mulut naga itu dengan kondisi tidak sadarkan diri.

Saat Velix sampai disana dia baru sadar bahwa penampilan gadis kecil itu sudah berubah menjadi lebih tinggi dan besar seperti anak berusia 10 tahun. Cairan hitam keluar dari mulutnya dan saat menyentuh tanah malah melepuh.

Naga merah itu menggerakkan lidahnya ke tubuh Alena agar gadis itu bangun. Alena yang terusik perlahan membuka matanya dan melihat sosok merah di depannya.

"Ugh!" Dia tiba-tiba bangun dan mundur ke sudut pohon dengan waspada. Saat dia menunduk dia baru saja bahwa dia tidak memakai sehelai pakaian apapun. Wajahnya memerah karena malu dan menutupi bagian tubuhnya dengan susah payah.

"Alena!" Velix berlari ke arahnya dan menyerahkan pakaian gadis itu kembali. "Tolong malu lah pada kami para laki-laki!"

Alena mengambil pakaiannya dan bersembunyi di belakang pohon. Naga merah tadi juga berubah ke wujud manusianya kembali.

"Kenapa dia bisa bersama mu , Velix Egonia!" Seru Evan yang uratnya mulai menonjol karena emosi.

"Ugh! Kenapa kamu malah nanya ke aku, tanya ke dia soalnya dia yang culik aku ke sini!"

Evan mendorong remaja itu ke belakang dengan kuat yang hampir membuat Velix jatuh. Evan berjalan ke belakang pohon dan tidak menemukan siapapun disana. Alena sudah melarikan diri dari tempat ini saat keduanya tidak memperhatikan.

"Kamu harusnya tahu dengan baik kenapa anak itu memilih menggunakan racun untuk melawan racun ditubuhnya sendiri." Kata Velix yang sudah terbang ke atas dengan sepasang sayap hitam di punggungnya. "Dia tidak ingin mati."

Evan menunduk dan menatap ke tanah dengan eskpresi tidak terlihat jelas. Velix pergi dari sana karena dia tidak ingin berurusan dengan naga Tsundere semacam Evan

••

Alena membaringkan dirinya ke kasur dengan menahan rasa sakit. Tubuhnya sudah mengeluarkan sebagian racun yang membuat dia kehilangan kekuatannya dan membuat tubuhnya sulit untuk tumbuh. Kepalanya terasa sakit seolah di pukuli terus menerus. Akhirnya dia tertidur karena kelelahan akibat rasa sakit yang di rasakan olehnya.

Evan berjalan masuk dengan langkah ringan melihat gadis itu tertidur dengan lelap tanpa ada rasa waspada lagi. Tangannya terulur mengelus kepalanya dengan penuh kasih.

"Jangan lakukan hal berbahaya lagi, Lena." Katanya dengan suara serak. "Biarkan aku yang menghadapi semuanya, kita tidak akan saling membunuh. Aku tidak bisa kehilanganmu lagi untuk kedua kalinya."

Alena yang tertidur. "Ugh..kak..sakit..tolong..Alena.. kesakitan..."

Evan mengerutkan keningnya dan meletakkan telapak tangannya di atas kepala gadis itu. "Aku disini."

••

Di malam harinya, Alena menemui ayahnya dan menyampaikan keinginan dia untuk pergi ke akademi setelah memberikan bukti undangan padanya.

"Evan akan ikut denganmu." Kata Ayah dengan nada dingin.

Alena tidak membantah dan hanya mengangguk setuju. Dia dalam keluarga ini tidak memiliki hak atau kuasa untuk menentang apapun, hanya bisa patuh menerima semuanya.

"Saya mengerti, Ayah."

Setelah itu dia berbalik keluar dari ruangan itu dengan ekspresi datarnya. Di dalam ruangan, Evan keluar dari balik pintu dengan wajah memerah.

"Aku sudah melakukan apa yang kau inginkan, Evan." Kata Ayah dengan nada datarnya.

"Terima kasih, Ayah." Evan membungkuk dan berbalik keluar dengan senyum puas dibibirnya.

Keduanya mulai menyiapkan keperluan mereka untuk perjalanan yang akan mereka lakukan. Alena membawa beberapa ramuan dan emas lalu menyimpan semuanya dalam ruang sihir miliknya. Dia juga mengambil beberapa pakaian.

Setelah selesai, dia berjalan keluar istana dan melihat bahwa Evan sudah berada di dalam dalam wujud naga miliknya. Alena mendesah kecil dan dibantu oleh prajurit di samping untuk naik ke dalam kereta. Evan memang tidak suka duduk di dalam kereta jika ingin melakukan sebuah perjalanan.

Mereka di kawal oleh prajurit milik Evan dan beberapa pelayan yang disiapkan untuk melayani keduanya. Alena membuka buku sihir miliknya dan membacanya seperti biasa saat dia mencoba menghabiskan waktunya.




Bersambung...

Bersambung

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
THAT'S YOU !!!MY VILLAINSOnde histórias criam vida. Descubra agora