Chapter 20 - Kehidupan Normal

354 42 2
                                    

Alan membuka matanya tiba-tiba dan menemukan bahwa dia berada di dalam kamarnya tanpa ada siapapun di sisinya. Dia segera bangun dari kasurnya yang membuatnya hampir terjungkal ke depan yang pasti wajahnya akan sangat sakit jika itu terjadi.

Hup!

"Harusnya kamu tidur saja dulu." Alena segera membantunya berbaring kembali ke kasur.

Alan tidak melepaskan pelukannya dari lengan gadis itu. Rasa takut akan kehilangan masih membayangi remaja itu.

"Kamu harus makan dulu."

"Jangan pergi!" Alan tanpa sengaja menaikkan volume suaranya saking paniknya jika Alena pergi dari sisinya.

"Aku disini. Kita akan menyuruh pelayan membawakan sarapan mu." Kata Alena yang mengalah.

Tidak butuh lama pelayan datang dan menyajikan makanan untuk keduanya. Alena baru saja akan memotong daging panggang untuk Alan, lengannya sekali lagi di tahan oleh pihak lain.

"Tidak! Jangan pergi!" Jerit remaja itu seolah tidak ingin Alena bergerak dari sisinya.

"Kamu harus makan. Pegang saja lenganku, biarkan aku memotong dagingnya dulu," ujar Alena lembut.

Alan akhirnya mau mengalah dan mengambil lengan kanan gadis itu. Memeluk lengannya erat-erat agar pihak lain tidak menjauh dari sisinya.

Alena menyuapi Alan dengan sabar. Dia juga tidak bisa pergi dari sisi remaja itu karena di tahan dengan kuat oleh pihak lain. Alan tidak membiarkan Alena pergi kemanapun dan harus tetap di sisinya.

"Alan."

"......." Remaja itu tidak menjawab dan hanya menenggelamkan dirinya di pelukan gadis itu.

"Aku tidak akan pergi kemanapun." Ujar Alena sambil mengusap kepala remaja itu.

"Bohong."

Deg!

Alena memaksa remaja itu untuk menatap ke arahnya. "Benar, aku pernah berbohong padamu. Tapi..ku lakukan apapun untuk mendapatkan kembali kepercayaan itu. Aku tidak akan pergi kemanapun dan selalu berada disisi mu."

Mata yang tadinya masih hampa seolah kehilangan harapan itu kini perlahan memulihkan cahaya di dalam retina samudra itu.
"Benarkah?"

Alena mengaitkan kedua jari kelingking mereka dan saling menempelkan kedua kening mereka.
"Aku berjanji."

Rasa panas di tenggorokan Alena perlaha menghilang secara ajaib. Dia melirik ke arah bagian dada remaja itu dan menemukan pola naga di sana yang perlahan menghilang menyatu dengan kulit mereka.

'Ternyata bocah ini yang memberikan tanda Mate itu, haruskah aku bersyukur atau tidak?' batin Alena melihat pola tersebut.

Alena akhirnya harus tidur di kamar yang sama dengan Alan kembali karena remaja itu tidak ingin ditinggalkan sejengkal pun. Matanya melirik ke arah remaja yang tertidur di sampingnya sambil memeluk tubuhnya erat.

"Alena..Lena..Lena..pergi..jangan..pergi..Lena!" Mata remaja itu terbuka dengan panik dan melihat sekitar ruangan dengan rasa takut.

Saat dia menyadari bahwa sosok ramping berbaring di sampingnya dengan mengusap kepalanya walau matanya sudah terpejam. Tubuhnya yang tegang perlahan kembali tenang dan berbalik menenggelamkan wajahnya di ceruk tengkuk leher gadis itu. Aroma manis dan menyejukkan yang tidak akan di temukan di parfum mahal manapun.

•••

Keesokan harinya, Alan terbangun dan pertama-tama dia mengecek di sisi kanannya. Dia bernafas lega saat melihat kalau Alena masih tertidur dengan damai.

THAT'S YOU !!!MY VILLAINSWhere stories live. Discover now