6. How to be a Star

47 4 6
                                    

Gemericik air keran terdengar begitu deras, berulang kali Binara membasuh wajahnya, dan berulang kali ia mencoba untuk menenangkan hatinya. Jantungnya bertalu kencang setelah kejadian beberapa menit lalu, tangannya pun masih gemetar hingga sekarang.

Sungguh tak pernah ia berfikir akan menggunakan tangannya untuk memukul seseorang, namun jujur saja ada sedikit rasa puas hati dalam benaknya begitu ia dapat mengungkapkan emosinya lewat pertengkaran tadi. Binara senang, namun ia juga takut, kini sekarang pun ia bingung harus bagaimana ia menghadapi situasi selanjutnya.

Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.

"Oke, tenang Binara. Semuanya akan baik-baik aja."

Ia mencoba untuk tersenyum, lewat pantulan cermin dapat ia lihat ada beberapa lebam di pipi dan juga pinggir bibir kirinya.

Binara mencoba untuk merapikan rambutnya menggunakan tangan, lalu merapikan seragamnya yang nampak kusut dan kotor akibat perkelahian tadi.

Dengan kaku ia mencoba untuk menggerakan lengannya sebagai perenggangan. Setelah dirasanya cukup, kini ia mulai meninggalkan bilik toilet. Kakinya mencoba untuk melangkah pasti, jemarinya mengepal tanda ia mulai gugup.

Dengan pasti ia mencoba untuk mengangkat kepalanya agar tak menunduk, dengan berjalan penuh percaya diri kini Binara mulai melangkah menyusuri koridor sekolah.

Setelah sampai di pintu kelas ia mulai ragu untuk mengetuk, namun setelahnya ia menarik nafas panjang.

Tok tok

Setelah mengetuk pintu ia mulai menggeser pelan pintu ke samping, sontak saja atensi seluruh kelas kini tertuju padanya begitu pula dengan guru yang sedang mengajar.

"Maaf bu, saya tadi habis dari UKS."

Sang guru mulai menilik penampilan Binara, wajah gadis terlihat terluka, pun juga seragamnya nampak kotor dan kusut.

"Kamu bisa langsung duduk."

Setelah mengucapkan terima kasih, Binara pun langsung berjalan kearah bangkunya.

"Akhh!"

Teriakan teman sekelasnya membuat beberapa pasang mata tertuju pada sang empu.

"Kamu kenapa Salsa?" Tanya sang guru.

Gadis bernama Salsa itu pun menggeleng sambil tersenyum tipis,
"Nggak papa bu, kepentok meja tadi." Jelasnya.

Sedangkan Binara hanya tersenyum tipis, ia adalah pelaku dari kesakitan Salsa. Salahkan saja gadis itu yang dengan sengaja mencoba untuk menjegalnya, langsung saja dengan santai ia menginjak kaki gadis itu tanpa belas kasih.

Binara hanya menatap datar kearah Salsa yang saat ini mengacungkan jari tengah padanya, ia tak peduli.

Ia rasa cukup sudah ia menjadi sosok yang lemah. Kini Binara tak ingin menjadi Binara sang korban bully, ia akan menunjukkan bagaimana dirinya seutuhnya.

****

Jam pembelajaran telah usai beberapa menit lalu, seharusnya kini Binara sudah siap untuk pulang. Namun hal itu harus ia urungkan karena di hadapannya kini sosok Alan telah menatapnya dengan penuh aura permusuhan.

Singkat cerita saat tadi bel tanda pulang sekolah berbunyi, tepat saat guru sudah keluar dari kelas, tiba-tiba saja area luar kelasnya terdengar sangat ramai. Lalu sosok Alan pun masuk bersama dengan kelima temannya, dan berhenti satu meter dari bangkunya.

Seisi kelas pun memberikan ruang, mereka menjadi penonton dan menanti hal yang selanjutnya terjadi. Bahkan ada beberapa yang sudah mulai menggunakan ponsel mereka untuk merekam.

Namun Binara tetap tenang, atau setidaknya ia mencoba untuk tenang. Karena jujur saja tangannya bahkan sudah berkeringat dingin, ia tahu hal ini pasti akan terjadi. Ia tahu bahwa Alan akan segera memberinya perhitungan karena sudah membuat sang primadona sekolah tumbang.

Alan yang sejak awal sudah emosi kini ia mulai melangkah menuju bangku Binara. Lalu dengan keras ia menyempar meja Binara ke samping hingga beberapa bangku lainnya ikut terlempar. Namun Binara tetap duduk tenang, seakan hal barusan bukanlah hal berat untuknya.

Jujur saja Alan terlihat sangat emosi, ia merasa menyesal karena tadi dengan bodohnya ia membolos lalu kabur dan berakhir menuju tempat angkringan. Melewatkan sesuatu yang panas disekolah, hingga ia merasa kecolongan karena kekasihnya sampai harus berakhir babak belur.

Dan hal yang paling ia sesali adalah bertemu Binara di rooftop pagi tadi.

Hingga bahkan gosip murahan harus tersebar karena keisengannya tadi.

"Gede juga nyali lo, mulai berani?"

Lelaki itu semakin mendekat bahkan kini ia manarik kerah baju Binara sehingga gadis itu kini berdiri sepenuhnya. Keduanya saling menatap, Alan menatap penuh emosi, dan Binara menatap dengan tatapan dingin.

"Gue bukan orang penyabar asal lo tau."

Namun Binara hanya tersenyum di sudut bibirnya, dan hal itu tentu membuat Alan semakin emosi.

Dari sudut matanya Binara dapat melihat Aletha yang saat ini juga ikut menyaksikan. Binara pun menelan ludahnya sebentar sebelum akhirnya ia menarik nafas pelan.

Lalu kedua tangannya menarik kerah baju Alan dengan sedikit keras, ia menjinjitkan kakinya dan mengecup bibir lelaki itu.

Sontak saja aksinya membuat siswa-siswi yang ada disana terperangah dan juga terkejut. Begitu pula dengan Alan, bahkan kini genggaman jemarinya di kerah Binara mulai mengendur.

Tak ingin melewatkan kesempatan, Binara pun kembali mengecup bibir Alan lalu membiarkan bibir keduanya menempel hingga beberapa detik.

Keadaan pun menjadi hening, bahkan kelima teman Alan yang menyaksikannya tadi juga ikut terperangah.

Binara pun akhirnya menjauhkan wajahnya, lalu mundur satu langkah.

"Udah marahnya? Aku lagi capek, besok aja dilanjutin."

Gadis itu pun langsung melangkahkan kakinya untuk berjalan ke arah pintu kelas, namun sepertinya tidak semudah itu karena kini langkahnya di hadang oleh Aletha yang nampak emosi setelah menyaksikan kejadian tadi.

"Emang dasar anjing ya lo!"

Baru saja Aletha akan memberikan sebuah tamparan untuk Binara namun dengan cepat gadis itu menahan lengannya.

Dengan kasar Binara menyentak lengan Aletha lalu setelahnya ia mulai tersenyum miring.

"Kenapa? Cemburu? Atau marah?" Ejek Binara.

"Nggak seharusnya sih kakak cemburu, karena kak Alan bukan cuma milik kakak." Lanjutnya.

Aletha nampak terkejut, bibir gadis itu bahkan sedikit terbuka dan mata gadis itu sedikit berkaca-kaca.

Namun Binara nampak masa bodoh dengan hal itu, lalu dengan penuh percaya diri ia kembali berjalan dan membelah kerumunan siswa-siswi yang juga belum bisa melepaskan keterkejutan mereka.

****

See you in next chap!!

Aku seneng banget walau sedikit tapi tetep ada yang baca cerita aku, terima kasih.
Jangan lupa untuk beri dukungan kalian ya^^

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Sep 06, 2023 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Psycho-sideजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें