9 - Rencana Gila

14 8 0
                                    

"Aku ingin menghapus memori itu"- Rui

Oktober 2018

_________________

Selama bekerja di toko buku aku melamun karena kepalaku sibuk memikirkan cara bagaimana mempertemukan keempat sahabat itu. Lamunanku tersadar karena kedatangan Rui. Rupanya pekerjaannya di lab sudah selesai. Begitulah, Rui tak bisa langsung pulang karena dia bekerja sebagai laboran sekolah. Dia harus membereskan alat-alat dan memastikan lab bersih untuk digunakan esok hari. Setelah beres dengan pekerjaannya dia pasti kesini untuk lanjut mengerjakan PR atau membantuku sesekali jika toko sedang ramai.

"Gimana hari ini? Rame?" Tanyanya sambil melepas tasnya.

"Gak sih, lumayan sepi nih." Jawabku.

"Eh gue penasaran, lo tuh tinggal dimana sih?" Tanyanya malah kepikiran tempat tinggalku.

"Ngapain nanya-nanya." Kataku yang lumayan ketus. Aku tidak mau memberitahu siapapun dimana tempat tinggalku.

"Dih nanya doang, apaan sih lo gitu amat responnya." Dia masuk ke dalam untuk mencari meja yang nyaman untuk mengerjakan PR.

Bersamaan dengan itu notif HPku berbunyi. Aku mendapat pesan dari penerbit buku bahwa review yang aku tulis untuk buku terbaru terpilih menjadi review terbaik, aku mendapat hadiah dua tiket ke taman ria, Dufan. Wah, aku hebat juga ya.

Saat itulah aku menemukan ide untuk membuat skenario pertemuan keempat sahabat yang telah lama terpisah itu. Yakni mengajak keempatnya liburan ke Dufan. Aku lalu segera membuat list rencananya dan memikirkan bagaimana mendatangkan Revel dan Kei-Kai. Kalau urusan Rui, dia bisa pakai tiket punyaku.

Aku memulai rencananya. Dua tiket yang aku dari dari hadiah adalah untukku dan Rui. Kupikir cara mengajak Revel bukanlah perkara sulit. Revel orang baik, ditambah lagi aku bisa meminta Revel membawa Aldi untuk liburan. Namun aku cukup berpikir keras untuk mendatangkan Kei-Kai ke Dufan di sela jadwal mereka yang padat. Aku punya ide, namun ini ide yang gila. Aku bisa dimarahi habis-habisan oleh agensi.

"Fin, gue butuh buku kimia. Di rak mana sih?" Rui datang lagi ke mejaku untuk menanyakan buku yg dibutuhkannya.

"Lah, kamu ilang ingatan apa gimana sih. Padahal kemarin kamu bantu-bantu beresin raknya. Itu di rak no 9." Kataku menunjukkan letak buku kimia yang dia cari.

"Eh iya ya, haha. Sorry gue lupa." Katanya sambil tertawa garing.

"Eh iya Ru, gue memang giveaway nih dapet dua tiket ke Dufan. Pergi bareng yuk." Ucapku memberi penawaran pergi bersama. Padahal nantinya sih tidak hanya berdua.

"Wih, dalam rangka apa nih lo ngajak gue? Kenapa lo gak ajak temen lo aja?" Tanyanya kemudian sembari mengambil buku dari rak.

"Lah lo kan temen gue." Kataku mulai pakai gue-lo agar terdengar akrab.

"Haha aneh banget lo. Yuk lah gass, kapan?"

"Ntar gue kabarin lagi."

Rui mengangguk lalu pergi ke mejanya lagi untuk melanjutkan PRnya. Setelah itu toko buku jadi hening. Pengunjung pun tak terlalu banyak yang datang.

***

Hari ini aku pergi ke kantor agensi untuk mengambil reimbursed biaya operasional seperti kuota data dan ATK untuk penunjang kerjaku. Aku bertemu dengan manager Kei-Kai. Kami mengobrol santai awalnya, dia juga menanyakanku apakah aku sudah menemukan ritme bekerja yang nyaman.

"Iya Kak, aku udah bisa menyeimbangkan." Kataku masih canggung. Aku menemukan note yang selalu dibawa-bawa Mba Asha. Mungkin aku bisa lihat itu untuk menemukan jadwal Si Kembar. Saat Mba Asha meninggalkanku ke toilet, aku diam-diam mengintip catatan Mba Asha dan aku menemukan tanggal kosong mereka disana.

MAKE A WISH [Ongoing]Where stories live. Discover now