10 - Sekeras Batu

11 7 0
                                    

"Memaafkan itu bisa saja mudah, melupakan memorinya yang susah." – Rui.

Oktober 2018

______________

"Oh iya, Revel mau gak pergi bareng aku ke Dufan?" Tanyaku langsung to the point.

"Dufan? Mau ngapain ke Dufan?" Tanyanya bingung.

"Mau mancing." Jawabku asal. Revel nih polos atau bagaimana sih tanya soal mau ngapain di Dufan. Kan disana taman bermain ya buat main.

"Haha, maksudku kenapa tiba-tiba ngajak kesana. Gak ada angin gak ada hujan." Ucap Revel sambil menertawaiku.

Iya juga sih, aku terlalu tiba-tiba mengajaknya pergi. Kok aku merasa jadi aneh ya, aku jadi malu sendiri. Aku harus cari alasan apa ya mengajaknya kesana.

"Ayo ajak Aldi ke Dufan. Dia pernah bilang ingin sekali ke sana." Kataku kemudian mengingat perkataan Aldi di kelas dulu. Bagian itu aku tidak berbohong.

"Wah boleh tuh. Ok, kapan nih kita kesana?" Tanya Revel.

"Weekend ini." Sambungku.

Yes, Revel setuju pergi ke Dufan bersama. Aku juga bilang akan membawa teman kesana. Jadi nanti kita bertemu langsung di Dufan. Revel tak tahu teman yang kumaksud adalah Rui. Rui pun belum tahu aku mengajak Revel dan juga Kei-Kai. Aku juga harus mengecek keperluan fans greetings untuk Si Kembar.

"Ada yang pernah bilang kamu cantik?" Tanya Revel tiba-tiba mengatakan hal yang membuatku bingung? Apa aku ketahuan?

"Hah? Maksudnya apa ya?" Tanyaku yang cukup gugup.

"Ada pesonamu yang terlihat feminim, tapi maaf ya kalau bikin kamu gak nyaman. Aku straight kok tenang aja." Kata Revel lagi. Jantungku dag dig dug. Aku belum bisa mencerna perkataan Revel barusan, tapi aku hawatir dia mulai curiga kalau aku perempuan.

Aku tak merespon lagi dan hanya melihat-lihat pemandangan di luar jendela. Setelah melewati dua halte, aku turun lebih dulu dan meninggalkan Revel.

"Sampai nanti." Kataku pada Revel sebelum turun bus dan Revel hanya mengangguk.

***

Saat jalan pulang, aku melewati pasar yang sudah sepi. Hanya beberapa kios yang masih buka seperti toko sembako dan toko minyak. Lalu mataku menarik minat pada seseorang keluar dari mobil sambil celingak-celinguk lalu memeriksa sesuatu dari ponselnya. Perawakannya tinggi dan wajahnya sangat familiar karena tadi siang kita baru saja bertemu.

Aku menemukan Kei sedang berdiri di dekat mobilnya. Dialah yang celingak-celinguk tadi. Sedang apa artis ke pasar? Sedang cari apa dia? Apa aku perlu menyapanya? Akhirnya aku mendekati dan menyapanya. Melihat wajahnya, dia seperti butuh bantuan.

"Kamu Kei kan?" Tanyaku.

Wajahnya terlihat terkejut melihatku. Dia mengangguk kecil untuk merespon pertanyaanku. Dia lalu bertanya sedang apa aku disini. Aku bilang ini jalan menuju rumahku.

"Gue lagi cari tahu. Mba Asha gak beliin tahu hari ini. Jadi gue beli sendiri katanya di pasar ini. Tapi udah pada tutup toko-tokonya." Kei kesal.

Aku lalu merekomendasikan dimana tempat membeli tahu yang berkualitas. Aku juga sering membeli tahu untuk lauk makanku sehari-hari. Namun memang iya kalau jam segini tokonya sudah tutup. Cuma perkara tahu wajah Kei keliatan benar-benar frustasi. Dia sangat menyukai makan berbentuk kotak itu.

"Hm, kalau gitu besok pagi-pagi aku beliin deh, terus ku antar ke kantor. Jadi kamu bisa ambil disana." Kataku.

"Ah serius nih? Wah bisa tenang nih gue. Boleh deh, nih gue kasih dulu duitnya." Dia buru-buru mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Eh eh gak usah. Udah gak apa-apa, ini traktiran dari aku sebagai permintaan maaf soal fans greeting Dufan. Aku minta maaf." Lanjutku.

"Ok kalau gitu. Kalau tahu yang lo rekomendasiin itu enak, gue bakal nitip terus ke lo." Katanya kemudian sembari memasukkan lagi dompetnya ke saku celananya.

"Sip." Aku memberikan jempol sebagai tanda setuju.

Setelah itu Kei pamit pulang. Aku menolak saat dia menawariku tumpangan. Bisa berabe kalau dia tahu rumahku dimana. Mungkin aku pun bisa saja dipecat. Aku juga senang sekali akhirnya Kei tak lagi dingin seperti sebelumnya. Bersyukur karena Tahu mendamaikan kami.

Keesokan harinya aku benar-benar membelikan Kei tahu. Kubawakan tahu mentah sesuai permintaannya. Dia akan mengukusnya di rumah katanya. Setelah menitipkan tahu, aku buru-buru berangkat ke sekolah.

Siangnya saat aku bekerja di toko buku, Kei mengirimku chat ucapan terima kasih dan persetujuannya mengikuti fans greeting bersama Kai. Syukurlah, aku sangat lega dia tak memusuhiku lagi. Aku sudah tidak pergi dengan mereka semua weekend ini. Semoga rencanaku lancar.

***

Hari-H berlibur ke Dufan.

Aku datang dengan Rui. Pagi-pagi Dufan sudah lebih ramai dari biasanya. Mungkin ini karena efek kedatangan Kai dan Kei. Rui beberapa kali mengambil potretku,  kami pun bergantian. Acara fans greeting sekitar 2 jam lagi, jadi aku masih punya waktu 1 jam untuk freetime.

Saat aku dan Rui berkeliling, aku melihat Aldi sedang bermain video game. Aku pun langung menghampirinya dan memberikan kejutan. Dia senang sekali. Aku memperkenalkan Aldi pada Rui. Rui pun bertanya Aldi datang dengan siapa. Saat itulah Revel muncul membuat Rui membelalakan matanya. Inilah pertemuan pertama mereka. 

Aku pura-pura tidak tahu saja. Aku bertanya pada Rui apakah dia mengenal Revel. Namun aku tak mendapatkan jawabannya. Rui sibuk melempar tatapan tajam pada Revel. Seperti mengungkapkan kenapa Revel bisa ada disini. Lama sekali mereka bertatapan, Aldi membuyarkan Revel untuk meminta es krimnya.

"Kak, aku mau makan es krimnya." Kata Aldi.

"Oh iya, ini." Respon Revel pada adiknya.

Lalu Aldi minta izin membawaku pergi untuk berkeliling bersama. Jadi Aku dan Aldi meninggalkan Revel dan Rui berdua. Aku sedikit hawatir meninggalkan mereka. Tapi aku juga berharap mereka membicarakan masalah mereka yang belum selesai. Semoga saja.

"Ngapain lo disini?" Kudengar suara Rui samar-samar dari kejauhan.

Aku dan Aldi pergi menaiki wahana istana boneka. Wahana ini cukup aman untuk anak-anak. Aldi dan aku yang baru pertama kali ke Dufan merasa takjub bisa ke taman bermain terbesar di Indonesia ini. Serasa mimpi anak desa sepertiku bermain di sini. Aldi juga banyak menanyaan tentang kebudayaan yang di-display.

Beberapa saat kemudian Revel menyusul kami. Namun aku tak melihat Rui bersamanya. Saat aku bertanya, Revel bilang Rui balik duluan. Aduh sudah dipastikan dia marah nih. Aku pun mencoba meneleponnya. Benar saja Rui marah, dia mematikan telepon dariku. Belum juga kumpul semua, malah satu orang udah pergi duluan. Aku juga harus lekas mempersiapkan fans greeting Kai dan Kei. Gagal deh rencanaku.

"Aku kepikiran Rui." Gumamku.

***

TBC

Halo readers!

jangan lupa kasih feedback ya biar aku makin semangat. Makasih banyak udah mampir ^^

Yuk saling terkoneksi di sosmed

IG : frizz.house

Tiktok : frizz.house_

Twitter : frizah14

email : triafarizah@gmail.com

MAKE A WISH [Ongoing]Where stories live. Discover now